Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mencari Bintang Cipta Nyanyi

Reality show yang menggabungkan lomba cipta lagu dengan bernyanyi. Lebih menantang, ingin berbeda.

26 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENERIMA gulungan kertas berisi judul lagu, Widya Castarena tampak ragu. Dari panggung, mojang 24 tahun asal Bandung itu berujar, ”Saya coba lagu melankolis. Minggu lalu saya membawakan lagu riang.” Di gulungan kertas yang baru diterimanya tersurat Maafkan Aku—lagu ciptaannya sendiri.

Widya bukan penyanyi profesional, tak juga komponis sohor. Perempuan yang biasa dipanggil ”Bintang” cuma finalis Cipta Lagu Populer (Cilapop), program TV7 bersama perusahaan rekaman Sony-BMG Indonesia.

Dalam acara yang ditayangkan sejak awal September lalu itu, terjaring 10 finalis pencipta lagu dan 10 penyanyi—yang diwajibkan menyanyikan lagu karya para pendatang baru itu. Setiap naik panggung, seorang penyanyi memilih lagu secara acak. Kebetulan, Bintang—juga Indra Perdana, 22 tahun—menjadi finalis pencipta sekaligus penyanyi.

Cilapop merupakan reality show yang mengikutsertakan publik sebagai juri dengan—seperti biasa—mengirimkan suara melalui pesan pendek telepon seluler. Yang mendapat SMS paling sedikit, ya gugur. Tapi tontonan ini dikemas seolah-olah lebih berbobot, dengan menggabungkan ”cipta” dan ”nyanyi”.

Untuk para pencipta lagu, tantangannya lumayan berat. Selain oleh pendatang baru, karya mereka juga akan dinyanyikan biduan profesional seperti Syaharani, Andi /Rif, Pinkan Mambo, T-Five, dan Tofu. Kelompok ini akan menyanyikan lagu yang juga dipilih acak, dengan interpretasi khas sang penyanyi.

Pada pekan berikutnya, giliran kelompok amatir tampil, bisa dengan mengekor gaya penyanyi pro atau membuat interpretasi sendiri. ”Setiap minggu ada penyanyi tereliminasi, tapi lagu hanya berubah naik turun peringkatnya,” kata Panca Barisman, penyelenggara Cilapop. Pada akhirnya hanya ada tiga lagu yang akan direkam Sony.

Arranger lagu-lagu baru itu, Tohpati, punya tugas memberikan geliat dan pesona pada setiap tembang. Tentu setelah berdiskusi dengan penciptanya. Ketika ia membuat aransemen Pernah Kumiliki, karangan Lingga Sumbada, 26 tahun, Tohpati mengubah lagu yang semula bergaya Melayu itu ke nada musik 1970-an, menjadi lebih rhythm & blues. ”Mengapa tidak?” katanya.

Aransemen baru juga bertujuan memberikan pengetahuan bagi para pencipta lagu yang masih ”hijau” itu. ”Menginterpretasi lagu baru bagi penyanyi baru bukanlah hal mudah,” kata Syaharani, penyanyi bersuara jazzy yang membawakan Aku di Sampingmu, karya Denny I. Rumendi dan Indra.

Cilapop dirancang berbeda dari lomba menyanyi biasa. Tak juga, kata penyelenggaranya, meniru tontonan di luar negeri. ”Jarang ada acara mengangkat komposer,” kata Yovie Widiyanto, pentolan grup Kahitna, yang sudah menulis lagu sejak 1989.

Pencarian bibit baru penulis lagu, melalui lomba, memang sudah lama tak dilakukan. Dulu, pada 1970-an, ada Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang diadakan radio Prambors. Nama James F. Sundah, Harry Sabar, Ingrid Widjanarko, dan Chris Manusama lahir dari ajang ini.

Sekarang, unsur ”pop”: kemasan, komersialisasi, dan sarana penyebaran, lebih kuat ketimbang masa lalu. Perlu upaya lebih keras untuk benar-benar menemukan ”bintang”. Pasar jadi muara terakhir, karena mereka juga harus mampu menembus industri rekaman. Seperti kata Yovie, ”Bila pencipta itu bibit unggul, dia mampu melampaui satu sampai dua tahun berkreasi.”

Evieta Fadjar P.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus