Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mencari Pasar Baru

Kelebihan produksi tekstil mencemaskan API tak mampu mencarikan pasaran. Keuntungan Centex merosot rp 1 milyar lebih. Rakernas API melahirkan asosiasi baru untuk pemasaran.(eb)

5 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI sebenarnya kabar gembira buat A.R. Soehoed yang memimpin Departemen Perindustrian sejak 1978. Laju perkembangan tekstil mencapai rekor. Sasaran -- memenuhi kebutuhan sandang dalam negeri yang pada akhir Pelita I diproyeksikan tercapai pada Pelita IV (16 meter per kapita per tahun) -- ternyata bisa dipenuhi pada pertengahan Pelita III ini. Bahkan khusus pemintalan dan pertenunan kapasitas produksi tercatat 20% di atas target. Tapi ternyata tak seorang pun bisa bersorak puas. Soalnya, produsen, pedagang, pengekspor dan mereka yang bergerak di dunia tekstil saat ini sedang murung menghadapi problem yang seragam: sulit memasarkan barang. Keluhan itu sudah kerap terdengar sejal awal tahun ini. Di Pasar Tanah tbang, Jakarta, tekstil malah bisa dibeli kiloan saking sulitnya menjual meteran. Kuola dari beberapa negara anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan penurunan bonus rangsangan ekspor (sertifikat ekspor) oleh pemerintah, membuat produsen tambah menjerit. Sebagian besar terpaksa mengurangi ekspor dan mengalihkannya ke pasaran dalam negeri. Century Textile Centex), misalnya, tahun ini mengalihkan, 20-30% ekspornya ke pasaran dalam negeri. PMA (Jepang) yang sudah memasyarakatkan sahamnya--harga nominal Rp 5.000--ke 116.000 anggota masyarakat itu tahun 1980 merosot keuntungannya. Perusahaan ini, yang sudah dua kali memberikan dividen untuk pemegang sahamnya, tahun 1980 hanya untung Rp 409 juta. Merosot jauh dari Rp 1,9 milyar yang diperoleh mereka tahun 1979. "Dividen ketiga November nanti, mungkin tak lebih besar dari yang sudah," kata sumb(r TEMPO di Perserikatan Perdagangan Uang dan Effek. Itu salah satu contoh yang tampaknya membuat Soehoed harus ikut prihatin. Maka, seraya tak lupa menyampaikan penghargaannya pada API, Menteri Perindustrian menyampaikan hasil pengamatannya atas masalah yang melunglaikan para pengusaha tekstil tersebut. "Pola pemasaran yang ada sekarang masih terlalu berorientasi ke dalam negeri " ujarnya ketika membuka Rapat Kerja Nasional API, yang berlangsung tiga hari di kantornya, mulai 24 Agustus lalu. Karena itu, ia menganjurkan para anggota API agar "memperluas cakrawala, supaya dapat melayani permintaan beragam konsumen di luar negeri." Caranya? Soehoed memang tak memperinci secara panjang lebar. Tapi, dengan mengusulkan "pengembangan ekspor wool dalam bentuk pakaian jadi" maksudnya bisa ditebak. Yaitu perluasan ekspor lewat penganekaragaman produk dan pasar. Soal inilah yang ramai dibicarakan Komisi Perdagangan pada Rakernas itu. Dan Ir. Safiun, bekas Dirjen Tekstil yang kini menjadi wakil ASEAN dalam komisi tekstil pada GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) yang berkantor di Jenewa memperjelas maksud Menteri Perindustrian itu. Safiun di depan Rakernas itu mengungkapkan bahwa kurang bervariasinya produk tekstil dan pasar mengakibatkan para pengusaha segera merasa terpukul begitu adanya kuota. "Masih banyak jenis tekstil lain yang tak kena kuota. Demikian juga masih terbuka lebar pasar di luar negeri. Jangan hanya Eropa dan Amerika. Jepang yang lebih dekat, bisa kita coba," katanya mengajak. Tepuk Tangan Ia mengakui memang salah satu persoalan yang agak pelik antara lain adalah bagaimana penetrasi itu bisa berhasil dijalankan. Sering-sering, pengusaha Indonesia, katanya, tak mengetahui apa yang dimaui konsumen luar negeri. Banyak unek-unek dan kesulitan pengusaha dalam memasarkan produk mereka dilontarkan di Rakernas. Akhirnya Rakernas memutuskan membentuk Asosiasi Pemasaran. Tugasnya mencari pasar di dalam dan luar negeri bagi para anggota API. Asosiasi baru ini direncanakan secara struktural tidak berada di bawah API. Pengurusnya bisa anggota API tetapi lebih diutamakan tenaga profesional. Asosiasi baru ini nanti akan dinaungi Departemen Perdagangan, seperti halnya API dinaungi Departemen Perindustrian. Menteri Perdagangan Radius Prawiro tampaknya menyambut gembira gagasan itu. Katanya, ia akan segera memerintahkan stafnya untuk membentuk tim yang akan bekerjasama dengan API dalam mewujudkan kehcndak memecahkan masalah mencari pasar itu. "Saya akan pinjamkan trade-center yang ada di luar negeri, agar bisa lebih mempromosikan tekstil saudara-saudara," katanya berjanji, disambut tepuk tangan meriah peserta Rakernas. Beberapa pengusaha yang dihubungi TEMPO tampaknya penuh harap pada asosiasi tersebut. "Khusus ekspor, promosi tekstil Indonesia akan dipergiat oleh tenaga profesional dan informasi tentang selera konsumen di luar negeri secepatnya akan bisa sampai kepada pengusaha anggota API di sini," kata Wartomo, Ketua Komisi Perdagangan API. Sambil senyum, ia mengatakan optimistis dalam waktu dekat soal pasar segera bisa diatasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus