Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jumlah pengguna aplikasi Pluang mendekati 8 juta investor.
Reksadana dan saham menjadi produk favorit investor baru.
Ada 8,62 juta investor retail di pasar modal per akhir April 2022.
JAKARTA – Tren investasi investor perorangan atau individual diperkirakan terus meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi nasional. Pertumbuhan minat berinvestasi investor retail itu dibuktikan oleh para penyedia instrumen investasi berbasis digital, seperti startup Pluang.
Vice President of External Affairs Pluang, Wilson Andrew, mengatakan produk layanan entitasnya kini dipakai 6,7 juta pengguna aktif. Padahal, pada akhir 2021, jumlah pengguna hanya sekitar 4 juta. "Jumlah pengguna terdaftar kami sudah mendekati 8 juta investor yang terdaftar di pasar saham," ucapnya saat berkunjung ke kantor Tempo, Jakarta, kemarin.
Menurut Wilson, keinginan berinvestasi menguat karena kemudahan akses permodalan pada era digital. Sementara sebelumnya pemodal harus mendaftar ke sekuritas ataupun bank, kini investasi bisa masuk melalui bantuan aplikasi. Menargetkan investor individu, mayoritas pengguna Pluang merupakan generasi milenial berusia 18-35 tahun, yang bisa mengasup modal kurang dari Rp 10 juta per orang. Meski begitu, manajemen tak mengabaikan potensi dari segmen investor usia 40 tahun ke atas yang berani menanamkan dana jumbo.
Director of External Affairs Pluang, Wilson Andrew (kanan), bersama tim mengunjungi kantor Tempo di Jakarta, 31 Mei 2022. TEMPO/Hendartyo Hanggi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdiri sejak 2019, Pluang menyediakan berbagai opsi investasi, dari emas, aset kripto, reksa dana, saham, hingga ekuitas global. Salah satu strategi andalan manajemen untuk memancing lebih banyak pengguna baru adalah tawaran investasi berbiaya murah. "Harus terjangkau dan bisa dimulai dengan nilai kecil. Misalnya, berinvestasi emas dapat dimulai dengan membeli 0,01 gram senilai Rp 10 ribu," tutur Wilson.
Tim Pluang pun menggandeng sejumlah penyedia toko daring atau e-commerce ternama untuk pemasaran produk. Dengan fitur mini atau mini-apps, produk Pluang bisa lebih mudah ditemukan pengguna aplikasi yang ceruk pasarnya besar, seperti Gojek, DANA, Bukalapak, dan Tokopedia.
Ketua Nasional Komunitas Investor Saham Pemula, Frisca Devi Choirina, menyebutkan pemodal pemula terus bermunculan karena administrasi digital yang tak lagi rumit. Sejauh ini, kata dia, reksa dana dan saham selalu menjadi produk terfavorit bagi investor baru.
"Tapi generasi milenial yang melek teknologi tetap mencari tahu soal pilihan instrumen lain," ucap Frisca. "Sebagian dari mereka sudah pintar memilih instrumen berdasarkan profil risiko masing-masing."
Jumlah pengguna produk keuangan di Indonesia masih terhitung minim bila dibandingkan dengan total populasi penduduk. Para penyedia produk keuangan dan investasi kini menggencarkan edukasi melalui ruang digital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, pun mengungkit soal pertumbuhan jumlah investor individu yang andal menimbang risiko investasi. "Pilihan produk memang harus sesuai dengan risiko yang disanggupi ditanggung investor. Makanya, edukasi dari pemerintah pun penting untuk menciptakan investor berkualitas," kata Nico.
Derasnya pertumbuhan investor individu diperkirakan belum akan mereda dalam waktu dekat. Setelah dua tahun menahan pengeluaran akibat pandemi Covid-19, tutur Nico, sebagian masyarakat akan mulai membelanjakan tabungan untuk produk investasi.
Senin lalu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, mengatakan sudah ada 8,62 juta investor retail atau perorangan di pasar modal per akhir April 2022. Sebanyak 60,2 persen atau mayoritas dari jumlah tersebut merupakan kaum milenial berusia di bawah 30 tahun. "Jumlah itu meningkat 15,11 persen secara year to date dibanding posisi pada 30 Desember 2021."
Hoesen meminta masyarakat lebih selektif saat mencari produk investasi. Pemahaman produk dan legalitas diperlukan pemodal agar tidak terjebak pada investasi bodong atau tawaran ilegal dengan imbal hasil yang tidak wajar.
Senada dengan Nico, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi, mendesak adanya pemerataan edukasi pasar modal di berbagai daerah di Indonesia. Menurut dia, tingginya tren berinvestasi harus disambut dengan pendidikan saham yang sepadan. "Generasi milenial sekarang lebih berani bertransaksi saham daripada mencari pekerjaan formal. Tugas pemerintah mengarahkan mereka agar metodenya benar."
HENDARTYO HANGGI | YOHANES PASKALIS | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo