Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Start-up Hypefast bercita-cita membantu pengusaha mengembangkan merek dan produk lokal.
Hypefast berfokus melakukan investasi, membina tim ahli e-commerce, serta membangun ekosistem penunjang.
Saat ini Hypefast sudah mempunyai perwakilan di Malaysia, Singapura, dan Thailand.
JAKARTA – Pengalaman menjadi Chief Marketing Officer (CMO) di Lazada Indonesia selama satu setengah tahun membuat Achmad Alkatiri paham betul soal kebutuhan para pemilik merek. Distribusi produk melalui e-commerce bukan hal baru bagi lulusan Universitas Telkom yang juga sempat bekerja dalam tim pemasaran Shopee ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski bisa menghasilkan produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen, pengelola toko daring ternyata masih kesulitan membesarkan bisnis masing-masing. Keluhan itu terdengar dari berbagai komunitas penjual yang diikuti Achmad. “Biasanya mereka membutuhkan growth capital (pertumbuhan modal), keberadaan tim retail yang berpengalaman, serta ekosistem yang mumpuni,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alih-alih mencipta dan menjual produk, Achmad lebih tertarik menjadi mitra pengembangan merek. Ia lalu membangun usaha rintisan Hypefast pada Januari 2020. Lewat start-up ini, Achmad ingin menyediakan layanan untuk memenuhi tiga kebutuhan para pemilik jenama dan pengelola toko daring di Tanah Air.
“Konsep Hypefast adalah house of brands. Artinya, kami berkolaborasi dengan brand lokal berbasis e-commerce terpilih,” tuturnya. Nama Hypefast dipilih untuk menggambarkan niat manajemennya untuk mempercepat pertumbuhan setiap pengguna jasa.
Meski model bisnis Hypefast masih awam di telinga masyarakat umum, konsep sponsor merek ini bukan barang baru. Beberapa entitas besar di industri fashion dan gaya hidup merupakan pelopornya, misalnya Procter and Gamble (P&G) serta PT Mitra Adiperkasa (MAP) yang lazim membangun jenama dan produk dari nol. Namun, menurut Achmad, para perusahaan besar itu biasanya masih menggunakan lisensi merek luar negeri. “Sementara kami berkolaborasi dengan brand lokal.”
Founder Hypefast, Achmad Alkatiri. Dok. Hypefast
Menurut Achmad, Hypefast berbisnis tanpa memiliki aplikasi seperti start-up pada umumnya yang menjual jasa atau produk. Manajemen berfokus melakukan investasi, membina tim ahli e-commerce, serta membangun ekosistem, teknologi, dan infrastruktur penunjang seperti gudang terpusat maupun toko konvensional. Bagi Hypefast, kualitas merek lebih krusial daripada jumlah produk yang dipasarkan. Perusahaan rintisan ini otomatis diuntungkan bila sebuah produk ramai terjual. “Platform dan marketplace lain menjadi saluran kami,” ujarnya.
Penurunan daya beli dan permintaan barang pada gelombang pertama penularan Covid-19 ikut memukul bisnis Hypefast. Namun Achmad memastikan kondisi rumit itu bisa dilewati bersama 250 tim retail perusahaan yang tersebar di Asia Tenggara. Terikat dengan lebih dari 20 merek, pendapatan Hypefast kini tumbuh 18 kali lipat dibanding pada November 2020. Artinya, perusahaan sudah untung sebelum ulang tahun kedua.
Achmad menuturkan perwakilan Hypefast juga sudah tersebar di Malaysia, Thailand, dan Singapura. Unit cabang menjadi jalur ekspansi produk lokal Indonesia ke tingkat regional. Manajemen sudah menargetkan investasi yang lebih besar pada tahun depan. “Kami memberikan modal hingga US$ 10 juta kepada masing-masing brand yang terpilih.”
Saat ini ekuitas Hypefast sudah menembus US$ 22 juta, belum termasuk debt capital yang jumlahnya tak disebutkan. Bisnis rintisan Achmad disokong beberapa ventura besar, seperti Monk's Hill Ventures, Jungle Ventures, Strive, Arkblu, dan Amand Ventures.
Mitra Hypefast pun bertambah. Yang terbaru adalah Cosmax Indonesia dari Cosmax Group, entitas pengembang produk kosmetik dan kesehatan. Achmad memastikan akan menggaet lebih banyak mitra selama dua tahun ke depan. “Mencari top talents dengan misi yang sama, untuk menumbuhkan brand lokal.”
YOHANES PASKALIS
###
Profil Hypefast
Nama perusahaan: PT Hypefast Karya Nusantara
Awal berdiri: Januari 2020
Sektor usaha: retail dan investasi
Founder: Achmad Alkatiri (CEO)
Sumber pendanaan: Monk’s Hill Ventures, Jungle Ventures, Strive, Arkblu, dan Amand Ventures
Alamat: Hypefast Tower, Jalan Halimun Raya Nomor 39, Guntur, Jakarta Selatan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo