Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Mengenal Rencana Bisnis Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman

Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman, diisukan meninggal akibat tak terlihat di publik sejak April 2018.

20 Mei 2018 | 19.51 WIB

Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman berbicara dengan seorang pangeran Saudi di Riyadh, Arab Saudi, 2012. Ia berusaha mendorong sejumlah reformasi sosial dengan dukungan dari ayahnya, Raja Salman. AP
Perbesar
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman berbicara dengan seorang pangeran Saudi di Riyadh, Arab Saudi, 2012. Ia berusaha mendorong sejumlah reformasi sosial dengan dukungan dari ayahnya, Raja Salman. AP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salam, diisukan meninggal akibat tak terlihat di publik sejak April 2018. Ia dikabarkan tewas dalam insiden baku tembak pada akhir April lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dikutip dari Pakistantoday.com pada Ahad, 20 Mei 2018, pemberitaan media Iran dan Rusia pada akhir pekan ini mencoba membuktikan keraguan terhadap kesehatan dan keberadaan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Meski begitu, pria kelahiran Jeddah, 31 Agustus 1985 ini terkenal dengan berbagai kebijakan transformasi di Arab Saudi, khususnya dalam hal diversifikasi ekonomi. Ia berniat menjadikan Arab Saudi sebagai pusat dunia Islam dan Arab. 

Ia juga ingin negaranya menjadi sebuah hub bagi tiga benua dalam hal pusat investasi dan ekonomi. Mohammed kemudian menuangkan hal-hal tersebut dalam program yang diberi nama "Vision 2030".

Bahkan, pada tahun ini, Mohammed berencana menjual sekitar lima persen saham dari perusahaan raksasa pertambangan minyak, Saudi Aramco. Ia berencana menghasilkan sekitar 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari penjualan saham itu serta US$ 200 miliar lainnya dari privatisasi Aramco.

“Program privatisasi bertujuan untuk memperkuat persaingan, meningkatkan kualitas layanan dan pembangunan ekonomi, meningkatkan lingkungan bisnis, dan menghilangkan hambatan yang mencegah sektor swasta memainkan peran yang lebih besar dalam pembangunan kerajaan," ujar Menteri Ekonomi Mohammed al-Tuwaijri seperti dikutip dari Reuters pada Ahad, 20 Mei 2018. 

Mohammed juga berencana membangun zona industri dan bisnis senilai US$ 500 miliar di atas lahan seluas 26.500 kilometer persegi. Kota bernama NEOM yang membentang hingga Yordania dan Mesir ini akan berfokus pada industri termasuk manufaktur yang canggih, bioteknologi, energi, hiburan, makanan, dan air.  

Selain itu, Saudi Arabia telah mengumumkan rencananya membangun kota hiburan seluas 334 kilometer persegi di Riyadh. Nantinya, proyek yang bernama Al-Qiddiya ini akan menampilkan berbagai macam aktivitas hiburan, budaya, dan olahraga.

Seperti dikutip dari Firstpost.com, proyek ini merupakan bagian dari upaya diversifikasi Arab Saudi yang dilakukan Mohammed bin Salman, serta untuk mendorong pembangunan ekonomi dengan menciptakan peluang kerja bagi warganya. 

ADAM PRIREZA | REUTERS | FIRSTPOST | SUCI SEKARWATI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus