Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menguji Nyali di Bisnis Grosir

6 Desember 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENCOBA peruntungan di bisnis perkulakan, yang sempat mati suri, LotteMart mengambil jalan pintas dengan mengakuisisi PT Makro Indonesia pada Oktober 2008. Dengan bendera PT Lotte Shopping Indonesia, Lotte menguasai 19 gerai perkulakan Makro dan mengubahnya menjadi LotteMart Wholesale.

Pada awal 1990 an, pemain di bisnis grosir lumayan ramai. Selain Makro, ada Goro, Alfa Gudang Rabat, dan Indogrosir. Namun pelan pelan bisnis ini surut digencet hi­permarket retail. Goro tamat bersamaan dengan runtuhnya Orde Baru. Alfa berubah menjadi Carrefour.

Hanya Makro dan Indogrosir yang masih berkibar. Dengan catatan, sampai hari ini Indogrosir cuma punya beberapa gerai. Seakan tidak jeri melihat kerasnya persaingan, manajemen Lotte memandang positif bisnis grosir di Indonesia.

Direktur Komersial Lotte Shopping Indonesia Joseph Buntaran mengatakan Lotte berusaha membuat berbagai program untuk mempertahankan pelanggan. Di antaranya memberikan tip dari juru masak eksekutif bagi pelanggan hotel, restoran, dan katering. Lotte juga berencana menyandingkan gerai grosir dengan gerai retail. Targetnya, dalam lima tahun telah tegak 50 gerai baru di seluruh Indonesia.

Apa pun kata Lotte, para peng­amat memperkirakan bisnis perkulakan modern sulit berkembang di Tanah Air. Pasalnya, konsumen yang berbelanja di toko grosir kebanyakan ibu rumah tangga yang membuka usaha warung rumahan.

”Konsumen jenis ini lebih suka berbelanja dengan bertatap muka dan terlibat tawar menawar,” kata Pelaksana Harian Asosiasi Peng­usaha Retail Indonesia Tutum ­Rahanta.

Jika ingin bertahan, perkulakan modern disarankan memberikan penawaran yang lebih baik daripada pasar tradisional atau gerai retail. Kalau, misalnya, harga tiga barang yang dikemas menjadi satu sama dengan harga satuan, orang akan lebih memilih gerai retail.

Kurangnya minat pengusaha bermain di bisnis perkulakan diakui Direktur Retailer Services Nielsen Yongky Susilo. Dia berujar sebagian besar pebisnis lebih memilih konsep retail dengan alasan penjualan langsung ke konsumen lebih menguntungkan.

Tantangan lainnya, pelanggan toko grosir adalah pengusaha hotel, restoran, dan katering yang jumlahnya terbatas. Maka, untuk menjaga bisnis grosir modern, pebisnis harus memperkuat promosi sekaligus menyediakan pelayanan yang paripurna.

Kuncinya, kata Yongky, tentu saja kelengkapan barang, harga yang stabil, dan pelayanan satu atap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus