Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri acara peresmian kapal berbahan dasar bambu buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) pada Senin, 2 Juli 2018 di Taman Hiburan Pantai Kenjeran. Kapal tersebut merupakan kapal berbahan dasar bambu pertama di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Susi mengatakan akan membantu sertifikasi kapal buatan ITS yang diberi nama Baito Deling 001 jika sudah siap diproduksi secara masal. “Sebuah pilihan di tengah mahalnya kapal berbahan baku kayu dari nelayan,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa 3 Juli 2018. Ia berharap kapal tersebut dapat diselesaikan segera agar dapat digunakan oleh para nelayan.
Baca: Susi Pudjiastuti: Perdagangan Perikanan Kuartal I Surplus US$ 1 M
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Susi mengatakan tugasnya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan adalah memastikan kedaulatan laut dan membangun dunia perikanan di Indonesia, khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. “Kapal ikan harus buatan Indonesia dan yang menangkap ikan juga harus dari Indonesia, tidak boleh tidak,” ucap dia.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, hadir dalam peluncuran kapal berbahan dasar bambu laminasi yang pertama di dunia di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran, Surabaya, Senin, 2 Juli 2018. Foto: Humas ITS
Inventor dan Ketua Tim Baito Deling Research Heri Supomo menjelaskan kelangsungan industri kecil menengah (IKM) galangan kapal berbahan kayu menjadi tidak menentu akibat tingginya harga jual kayu di pasaran. Hal ini disebabkan oleh penebangan liar yang tidak diiringi reboisasi dan berimbas pada meroketnya harga kapal kayu di Indonesia.
Baca: Susi Pudjiastuti Ajak Norwegia Berantas Kejahatan Perikanan
Persoalan inilah yang mendorong timnya untuk membuat terobosan baru penggunaan material bambu pada kapal tangkap ikan Baito Deling 001, melalui penelitian yang dilakukan sejak 2012. "Kapal ini mampu menekan biaya hingga 60 persen, menjadikan bambu sebagai material alternatif masa depan,” kata Heri.
Ia menjelaskan bambu memiliki banyak keunggulan seperti jumlahnya yang melimpah, harganya yang murah murah, kekuatan tarik dan tekuk lebih besar dari kayu, masa panen 10 kali lebih cepat dibandingkan kayu. Penggunaan bambu petung dan bambu ori dipilih karena nilai kuat tarik dan tekuk sebesar 180 MPa dan 84 MPa serta renggangan mencapai 8,93 persen, di mana lebih baik daripada kayu jati. “Semakin terkena air laut bambu itu akan semakin kuat,” katanya.
Baca: Berantas Ilegal Fishing, Susi Pudjiastuti Tuai Pujian di Roma
Sementara itu Rektor ITS Joni Hermana bangga dengan peluncuran kapal yang sudah memiliki dua hak paten dan mendapat dukungan dari banyak institusi pemerintahan ini. “Salah satunya dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan beberapa pemerintah daerah di Indonesia,” kata dia.
Menurut Joni, hal ini menjadi sebagai bentuk komitmen ITS untuk menjawab permasalahan masyarakat. “Selain itu, inovasi ini mengingatkan saya pada pesan Bung Karno agar ITS terus mengembngkan kelautan dan perkapalan Indonesia,” ucap dia. Penelitian ini juga mendapatkan penghargaan The Distinction Medal dari The Royal Institution of Naval Architects (RINA), sebuah organisasi terbesar yang menaungi bidang perkapalan sejak tahun 1860 yang bermarkas di Inggris.