DARI sebelah ruang kontrol utama TVRI, tepat pukul 10 pagi,
Edwin Saleh Indrapradja menjawab sebuah panggilan: "Ya, saya
sudah siap di sini." Lalu, sambil tetap menarahkan suaranya ke
mikrofon, Edwin meranjutkan: "Untuk hari ini kami memiliki dua
item: pelantikan Presiden Soeharto dan kelahiran kuda Nil di
Kebun Binatang Ragunan ...."
Berikutnya Edwin, yang ditemani seorang kerabat kerja, mendengar
dan mencatat tanya-jawab orang lain. Pagi itu, 17 Maret, Edwin
memang melayani kontak pertama editorial morning conference
dalam acara tukar-menukar berita dengan stasiun televisi
negara-negara ASEAN. Konperensi melalui satelit, yang diatur
oleh stasiun televisi di Kualalumpur sebagai koordinator,
berlangsung kurang lebih 30 menit. Percakapan tentu saJa
mempergunakan bahasa Inggris.
Gagasan tukar-menukar berita, menurut Kepala Pelaksana Harian
Subdit Pemberitaan TVRI Willy A. Karamoy, kurang lebih adalah:
"Sesama negara Asia perlu mengetahui keadaan negara-negara Asia
sendiri." Di sampmg itu, masih menurut Karamoy, arus berita dari
Barat perlu diimbangi dengan berita-berita Asia.
Untuk maksud itulah sepanjang bulan ini dilakukan percobaan. Ini
adalah kesepakatan anggota ABU (Asian Pacific Broadcasting
Union) Zone ASEAN dalam pertemuan terakhirnya, Januari lalu, di
Kualalumpur. Melalui Intelsat setiap pagi para anggota
mengadakan konperensi dengan tukar menukar berita sebagai acara
tunggal.
Aturan mainnya secara sederhana begini. Mula-mula Kualalumpur
menanyakan berita apa saja yang dimiliki para anggota.
Berikutnya setiap angota boleh memesan berita yang sudah
dikumpulkan koordinator. Sclesai konperensi, masing-masing
anggota mengirimkan beritanya ke Kualalumpur melalui teleks,
yang segera akan dikirimkan kepada pemesannya oleh koordinator
melalui cara yang sama. Pengiriman gambar atau foto melalui
satelit, sekitar vukul 14.00, juga diatur oleh koordinator.
"Dengan cara begitu kami tidak mendapat berita yang sia-sia,"
kata Willy Karamoy, "karena selalu sesuai dengan yang sudah kami
pesan." Sampai kini, katanya pula, berita yang disodorkan TVRI
tidak ada yang ditolak. Mulai dari berita mengenai SU-MPR,
kelahiran kuda Nil, sampai menetasnya telur Komodo.
Menurut Willy Karamoy, tidak ada syarat khusus bagi berita yang
ditukarkan, kecuali harus untuk dan dari anggota ABU. Juga tak
dipungut bayaran. Para anggota hanya diharuskan membayar iuran
pemakaian satelit Intelsat sekitar Rp 600 ribu per 10 menit dan
biaya tambahan setiap 1 menit dikenakan Rp 21 ribu. Dalam masa
percobaan ini selama sebulan - TVRI akan mengeluarkan biaya
sekitar Rp 42 juta.
Pola pertukaran berita yang ditiru ABU ialah EBU (European
Broadcasting Union) dan ASBU (Arab State Broadcasting Union).
Tapi pelaksanaan pertukaran berita antar-anggota ABU memang agak
tersendat-sendat. "Kami sebenarnya sudah memikirkannya sejak
sepuluh tahun lalu," tutur Willy Karamoy, yang juga penanggung
jawab siaran Programa 2 (bahasa Inggris) yang mengudara sejak
awal tahun ini. Yaitu ketika negara-negara yang tergabung dalam
ABU mengadakan lokakarya tentang caracara pertukaran berita
sesama negara Asia di Tokyo.
Pelaksanaan pertukaran berita baru dimulai 1978 - itu pun
pengirimannya dilakukan dengan menitipkan berita melalui pesawat
terbang. "Belum terpikirkan lewat satelit," kata Willy. Berita
yang diprtulidrkan umumnya bersifat awet. Sedang berita yang
bersifat hot news tak mungkin karena selalu terlambat. Barulah
pada 979 pemakaian satelit mulai dipikirkan. Tapi Palapa tak
bisa digunakan kalangan internasional akan berkeberatan sebab
Palapa adalah satelit domestik. Akhirnya dipakailah Intelsat.
Percobaan pertukaran berita masih harus dievaluasi. Bagaimana
hasilnya, itulah yang menentukan akan dilaksanakan seterusnya
atau tidak mulai 1 Januari tahun depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini