Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tak Lagi Gemuk Ke Singapura

Dengan adanya kenaikan surat keterangan fiskal dari Rp 25 ribu menjadi Rp 150 ribu, jumlah turis Indonesia yang masuk singapura menurun. Garuda mengurangi penerbangannya, sia menukar pesawatnya. (eb)

26 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SINGAPURA mulai merasakan akibat perubahan beleid perpajakan Indonesia. Kenaikan surat keterangan fiskal dari Rp 25 ribu menjadi Rp 150 ribu pertengahan Novennber lalu telah menyebabkan lumlah turis Indonesia yang masuk Singapura pada Desember 1982 turun 25%, dibandingkan Desember 1981. Padahal biasanya justru di saat libur Natal dan Tahun Baru itu banyak orang Indonesia berkunjung ke sana. Ini merisaukan berbagal kalangan yang berkepentingan dalam memberikan jasa. Perusahaan penerbangan Singapore International Airlines (SIA), misalnya, terpaksa menukar pesawat berbadan lebar Airbus (247 tempat duduk) dengan Boeing 727 (134 tempat duduk) untuk penerbangan Medan Singapura, setelah jumlah penumpang ke Singapura turun sekitar 40%. Dari Medan itu, SIA setiap hari kini hanya mengangkut rata-rata 60 penumpang, sebelumnya 100. Karena itulah, kata C.T. Rajan, kepala kantor Cabang SIA di Medan kepada Nian Poloan dari TEMPO "SIA hanya bisa sekali terbang setiap harinya." Untuk menarik penumpang dengan menurunkan tarif resmi Rp 79 ribu (US$ 113) sekali terbang, tidak bisa seenaknya dilakukan. "Kami terikat dengan ketentuan untuk menyesuaikan tarif seperti yang berlaku di Garuda," kata perwakilan SIA itu Garuda bahkan telah mengurangi frekuensi penerbangan Jakarta-Singapura dari 5 menjadi 3 kali sehari mulai 14 Maret. Jika jumlah penumpang yang bakal diangkut dianggap terlalu sedikit, perusahaan penerbangan itu setiap saat akan menggantikan jenis pesawat yang dipakai untuk menghemat pengeluaran, antara lain bahan bakar. Jadi kalau suatu saat penumpang kurang dari 100, maka pesawat yang dipakai adalah DC-9 yang berkapasitas 102 tempat duduk, bukan DC-10 dan Airbus. Secara keseluruhan, menurut M. Yusuf Maaruf, manajer stasiun Garuda di Halim Perdanakusuma, Jakarta, jumlah penumpang pada Desember-Februari turun 30% jika dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Penurunan pendapatan sebesar 40 % untuk tahun ini sudah disasarkan akan terjadi oleh pihak Otorita Halim Perdanakusuma. Tahun lalu pendapatan otorita ini, yang antara lain berasal dari ongkos parkir pesawat, dan pajak pelabuhan udara, mencapai Rp 11 milyar, atau 40% di atas sasaran. Sejumlah biro perjalanan terkemuka di Jakarta, yang mengatur kunjungan turis Indonesia ke luar negeri (terutama Singapura), juga mengeluh. "Jumlah orang yang berangkat dengan kami jauh menurun, kami rugi," kata dr. H. Haditono, direktur PT Vaya Tour, Jakarta. "Kerugian itu antara lain disebabkan kami sebelumnya harus membayar deposit untuk pesan kamar hotel." Kerugian memang harus dipikul Vaya karena ratusan peserta paket pariwisata membatalkan rencana perjalanannya akibat kenaikan surat fiskal. Pembatalan di luar dugaan tadi, kata Haditono, telah menyebabkan orang yang berangkat dengan Vaya pada Desember 1982 turun 75% dibandingkan Desember 1981. Untuk mencegah kerugian lebih besar, biro perjalanan yang berdiri sejak 1965 itu kini menggalakkan usaha mendatangkan turis luar negeri ke Indonesia. Seorang eksekutif Vaya hari-hari ini tengah berada di Eropa menjajakan jasa yang bisa diberikan perusahaan itu. Pokoknya "segala cara kami lakukan supaya perusahaan tetap bisa hidup," ujar Haditono, yang memimpin 60 karyawan. Sri Mulyono Herlambang, ketua umum Asita, memperkirakan pendapatan anggotanya rata-rata turun 40%, termasuk PT Desa Air, biro perjalanan yang juga mengurusi tiket milik Herlambang. Rencana pemerintah membatasi orang Indonesia menghabiskan devisa di luar negeri dengan menaikkan fiskal "memang sudah tercapai," katanya, "paling tidak untuk saat ini." Akibatnya turis Indonesia yang masuk Singapura tahun lalu berjumlah 456 ribu, atau cuma naik 3,5% dibandingkan tahun IS81. Tingkat penghunian kamar hotel di Singapura yang tadinya rata-rata mencapai 95%, di bulan Januari tinggal 73%. Dengan sendirinya pusat-pusat perbelanjaan di Kota Singa itu berkurang pengunjungnya, terutama turis-turis dari Indonesia yang terkenal gemar shopping itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus