Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Meredam spekulan tanah

Mulai 1 januari 1993 otorita batam menaikkan sewa tanah untuk membiayai investasi.

23 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA hari menjelang tutup tahun 1992, sejumlah orang berduit di Batam ramai-ramai mendatangi Bank Bumi Daya. Rush? Bukan. Mereka menyerbu bank pemerintah itu untuk melunasi uang sewa tanah. Soalnya, mulai 1 Januari tahun ini di Pulau Batam, Rempang, Galang, dan beberapa pulau sekitarnya, berlaku tarif sewa tanah atau Uang Wajib Tahunan Otorita (UWTO) yang baru. Tak pelak lagi, sewa baru berarti sewa naik. Kenaikan itu merupakan yang kedua di Batam. Berbeda dengan kenaikan sebelumnya (1986), dan penyesuaian tarif karena devaluasi 1987, alasan kenaikan kali ini agak lain. ''Karena investasi pemerintah di kawasan ini terus meningkat,'' kata Kepala Bagian Keuangan Otorita Batam, A. Gani Lasa. Maksudnya, Pemerintah memerlukan uang yang tidak sedikit untuk membangun infrastruktur di sana. Seperti diketahui, untuk menghubungkan Batam di sebelah utara sampai Galang Baru di selatan, akan dibangun enam jem- batan gantung. Biayanya minimal Rp 110 miliar. Sedangkan pembangunan lima pulau menjadi Barelang (Batam-Rempang- Galang), termasuk jalan raya sepanjang 70 kilometer, ditaksir akan menelan biaya Rp 1,2 triliun. Nah, dana itu akan ditutup dari sewa tanah selama 30 tahun. Namun, seperti dituturkan penasihat Otorita Batam, Mayjen. (Purn.) Soedarsono, kenaikan tarif juga dimaksudkan untuk meredam para spekulan tanah. ''Karena ulah mereka, harga tanah sudah tidak wajar,'' kata Soedarsono. Ucapan ini memang ada benarnya. Tanah di kawasan industri Muka Kuning saat ini sudah membubung sampai US$ 150 per m2 -- padahal tarif resminya cuma US$ 3,4 per meter. Dibandingkan dengan di negara pesaing seperti Malaysia, sewa tanah di Barelang memang relatif murah. Namun, harga itu bisa relatif. Seorang pengusaha asal Singapura malah berucap, ''Batam bukan tempat yang murah untuk investasi.'' Ucapan itu mungkin ada kaitannya dengan kenaikan sewa tanah di Batam yang cukup tinggi, dari 10% hingga 600%. Kenaikan tertinggi diberlakukan untuk kawasan yang padat dan rawan spekulasi, seperti Batuampar, yang tahun ini mengalami kenaikan 100% menjadi US$ 9,90 per m2 per 30 tahun. Sedangkan untuk lokasi pertokoan, seperti daerah Nagoya, naik 150% dari harga sewa semula yang US$ 7,45. Kenaikan tak begitu besar berlaku untuk lokasi pendidikan, rumah ibadah, dan kantor pemerintah. Tempat-tempat olah raga dan lapangan golf kenaikannya luar biasa, 600%. Sedangkan untuk pariwisata, misalnya di daerah Nongsa, naik US$ 2,29 (30%) menjadi US$ 7,24 per m2 per 30 tahun. Hingga pekan ini para pengelola kawasan industri tampaknya masih sibuk menghitung harga sewa yang baru. ''Untuk yang sudah commit, harga tidak akan berubah. Tapi untuk yang baru, kami masih menghitung,'' kata Department Manager PT Suar Batam International Development Co., Daniel Young. Begitu juga dengan PT Batamindo Invest. Corp., yang mengelola kawasan industri Batamindo seluas 166 hektare. ''Kami masih menunggu keputusan dari Jakarta,'' kata John Sulistiawan dari Batamindo. Apakah Otorita dapat menutup kebutuhan dananya dari sewa tanah? Masalahnya, belum banyak investor yang tertarik ke Rempang atau Galang. Yang pasti, baru satu pemodal Taiwan yang memesan 200 hektare untuk lapangan golf. Padahal, pem- bangunan Barelang sudah akan dimulai tahun ini. Dan tidak mustahil, para spekulan tanah sudah lebih dulu masuk ke sana. Bambang Aji (Batam)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus