Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Meski Mahal, Mengapa Mobil Listrik Makin Laris?

Di tengah lesunya pasar mobil domestik, penjualan mobil listrik kian laris. Mulai banyak mobil untuk kelas menengah. 

20 Juli 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Di tengah lesunya pasar mobil konvensional, penjualan kendaraan listrik di Tanah Air kian laris. Penjualan mobil listrik pada semester I 2024 mencapai 11.940 unit atau naik 104,13 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu.

  • COO PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto optimistis pasar mobil listrik akan terus tumbuh. Bahkan ia memprediksi tahun ini penjualan mobil listrik terus tumbuh hingga 30 ribu unit.

  • Melesatnya penjualan mobil listrik di Indonesia juga didorong oleh pemberian insentif fiskal dari pemerintah.

DI tengah lesunya pasar mobil konvensional, penjualan kendaraan listrik di Tanah Air kian laris. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo mencatat penjualan mobil listrik pada semester I 2024 mencapai 11.940 unit. Angka ini naik 104,13 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5.852 unit. 

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto menilai bertambahnya varian mobil listrik di Indonesia, khususnya di kelas menengah, membuat pasar mobil listrik melebar. “Karena makin banyak BEV (battery electric vehicle) yang diluncurkan dengan harga yang lebih terjangkau,” ujar Jongkie kepada Tempo, Jumat, 19 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun total penjualan mobil domestik secara wholesales atau dari pabrik ke dealer sepanjang semester I 2024 turun 19,4 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu, dari 506.427 unit menjadi 408.012 unit. Penjualan retail pun anjlok 14 persen, dari 502.533 unit pada semester I 2023 menjadi 431.987 unit pada periode yang sama tahun ini. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kontribusi penjualan mobil listrik naik dari 0,7 persen menjadi 1,9 persen pada 2023. Pada semester I 2024, kontribusinya melonjak 2,6 persen. Volume penjualan mobil listrik pun meningkat. Sepanjang 2023, mobil listrik terjual 17 ribu unit, sedangkan pada semester I 2024 sudah menembus 11 ribu unit. 

Meski pasar mobil domestik lesu, produsen mengaku memiliki harapan tinggi terhadap industri mobil listrik. Chief Operating Officer PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto optimistis pasar mobil listrik akan terus tumbuh. Bahkan ia memprediksi tahun ini penjualan mobil listrik tumbuh hingga 30 ribu unit.

Sependapat dengan Jongkie, Fransiscus melihat ada perluasan pasar mobil listrik di Indonesia. Dari yang tadinya didominasi segmen kelas atas, ia memperkirakan pasar mobil listrik kelas menengah justru sudah mencapai 73 persen. Terlebih, saat ini banyak merek baru asal Cina yang bermain di segmen kelas menengah.

“Terlihat sekali pasar mobil listrik terus bertumbuh. Segmen menengah ini juga mempengaruhi penjualan Hyundai,” tutur Fransiscus saat ditemui Tempo dalam pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, kemarin. 

Hyundai, yang sebelumnya berfokus pada segmen mobil kelas atas, mulai menghadirkan BEV dengan harga yang terjangkau. Contohnya Hyundai All-New Kona yang menggunakan baterai asal Indonesia buatan pabrik PT HLI Green Power di Karawang. Mobil listrik dengan baterai buatan Indonesia pertama ini dibanderol dari Rp 499 juta hingga Rp 590 juta per unit. 

PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) meluncurkan mobil listrik Ioniq 5 versi tercepat, Ioniq 5 N, dalam pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, 18 Juli 2024. TEMPO/Tony Hartawan

Di sisi lain, Fransiscus mengimbuhkan, melesatnya penjualan mobil listrik di Indonesia didorong oleh pemberian insentif fiskal dari pemerintah ditambah kebijakan lain, seperti bebas aturan lalu lintas ganjil-genap. Progres pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) juga dinilai turut meningkatkan jumlah konsumen mobil listrik. 

Penjualan mobil listrik premium merek BMW juga mencatatkan kenaikan signifikan. Director of Communications BMW Group Indonesia Jodie O’tania menuturkan peningkatan penjualan mobil listrik merek tersebut mencapai 40 persen, dari 186 unit pada semester I 2023 menjadi 261 unit pada tahun ini. Dibandingkan dengan segmen premium kendaraan listrik lainnya, tutur Jodie, market share BMW mencapai 71 persen.
 
Gaikindo menduga pelemahan rupiah juga mempengaruhi industri otomotif nasional. Sebab, sebagian komponen utama mobil nasional masih harus diimpor dari luar negeri. Bahkan beberapa merek masih harus mengimpor mobil secara utuh atau completely built-up (CBU) dari negara lain.

Merosotnya angka penjualan mobil domestik menjadi sorotan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Menurut dia, daya beli masyarakat saat ini sedang menurun. Salah satu penyebabnya adalah tingginya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. 

“Pada dasarnya, pemerintah meminta produsen-produsen jangan lagi atau jangan dulu menaikkan harga karena sekarang pasar lagi lesu,” ujar Agus, seperti dikutip Antara, seusai pembukaan GIIAS di Tangerang, Kamis, 18 Juli 2024.

Agus pun menyinggung program low cost green car (LCGC) yang merupakan bagian dari upaya untuk mendukung kendaraan ramah lingkungan. Pemerintah sedang menghitung seberapa besar kenaikan harga yang dapat diterapkan pada unit LCGC oleh produsen yang mengikuti program tersebut.

Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko mengakui penurunan penjualan mobil berbahan bakar bensin terjadi seiring dengan kenaikan penjualan mobil listrik. Ia menilai penurunan penjualan mobil berbahan bakar minyak (BBM) mengalami perlambatan karena beberapa faktor. Di antaranya rantai pasokan global dan daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya akibat pandemi Covid-19. 

Kenaikan harga BBM juga diduga membuat masyarakat mencari alternatif transportasi yang lebih hemat biaya. “Kenaikan harga BBM juga akan menjadi pertimbangan bagi masyarakat beralih ke kendaraan berbasis baterai,” kata Moeldoko kepada Tempo, Jumat, 5 Juli 2024. Sebab, biaya operasional dan perawatan kendaraan berbasis baterai lebih ekonomis dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.

Moeldoko berujar inflasi dan perang di beberapa negara di dunia juga menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat. Karena itu, pemerintah berupaya memperbanyak stasiun pengisian daya untuk mendorong adopsi mobil listrik. Dia menyebutkan munculnya berbagai merek mobil listrik di segmen medium dengan harga Rp 300 juta per unit juga menjadi cara agar jumlah peminat mobil setrum makin banyak. 

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, membeberkan penyebab kenaikan penjualan mobil listrik di tengah lesunya pasar mobil BBM domestik. Di antaranya langkah pemerintah Indonesia yang terus mendorong penggunaan kendaraan listrik melalui berbagai kebijakan, seperti insentif pajak, pembangunan infrastruktur SPKLU, dan regulasi yang mendukung. 

Harga baterai untuk mobil listrik juga terus menurun sehingga harga mobil listrik menjadi lebih terjangkau. Kemudian, tutur Yannes, teknologi mobil listrik terus berkembang, dengan jarak tempuh yang lebih jauh, waktu pengisian daya yang lebih singkat, dan fitur yang lebih canggih. 

Yannes juga menggarisbawahi segmentasi baru kelompok pembeli Indonesia terbesar saat ini memang dari kelompok pembeli pendapatan menengah. Misalnya generasi milenial yang mencari mobil hibrida dan electric vehicle dengan harga yang terjangkau, Rp 150-450 juta. “Milenial, yang dikenal tidak loyal terhadap merek tertentu, lebih tertarik pada pengalaman baru dan nilai terbaik,” ucapnya. Karena itu, merek Cina makin menarik perhatian kalangan milenial yang memiliki potensi besar sebagai pembeli baru.

Di sisi lain, pengamat otomotif yang pernah menjadi Marketing Vice President Hyundai Mobil Indonesia, Bebin Juana, berpandangan bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap mobil listrik sejak awal memang tinggi, tapi saat itu masyarakat dihadapkan pada produk-produk yang mahal. Baru sejak akhir tahun lalu, menurut dia, mulai ada pilihan mobil listrik dengan harga lebih terjangkau. Tahun ini berdatangan mobil listrik untuk segmen menengah sehingga lebih banyak pilihan yang membuat penjualan terus meningkat. 

Sementara itu, untuk produk-produk berbahan bakar fosil, Bebin menekankan masih sarat akan beban pajak barang mewah sehingga dinilai memberatkan konsumen. “Itu sebabnya angka penjualan makin turun. Industri ini sulit berkembang, ditambah terjerat fenomena (target) angka 1 juta unit per tahun,” ucapnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Dicky Kurniawan dan Vindry Florentin berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus