Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FACEBOOK
Pendapatan Facebook Melonjak
Perusahaan jejaring sosial Facebook Inc melaporkan pendapatannya pada kuartal ketiga tahun ini meningkat 60 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi US$ 2,06 miliar. Kali ini perusahaan mencatat laba US$ 425 juta. Kondisi ini berkebalikan dari periode yang sama tahun lalu, ketika perusahaan merugi US$ 59 juta.
Pendapatan iklan naik 66 persen menjadi US$ 1,8 miliar. Hampir separuhnya (49 persen) berasal dari layanan perangkat bergerak (mobile). "Pencapaian yang kuat pada kuartal ini menunjukkan kami siap untuk tahap selanjutnya," kata pendiri dan Chief Executive Officer Facebook Inc, Mark Zuckerberg, di California, Kamis pekan lalu, seperti dilansir BBC News.
Facebook mencatat peningkatan jumlah pengguna aktif bulanan 18 persen menjadi 1,19 miliar. Angka penjualan melalui perangkat bergerak juga tumbuh 45 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi 874 juta pengguna.
ALUMINA
Tiga Smelter Siap Pasok Inalum
Kementerian Energi dan Sumber DaÂya Mineral memastikan ada tiga perusahaÂan yang berkomitmen memasok alumina buat PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) setelah kontrak dengan Jepang berÂÂakhir. Ketiga perusahaan yang siap memÂÂÂbangun smelter alumina itu adalah PT Aneka Tambang, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, dan PT Bukit Merah Indah.
"Tapi pasokannya baru bisa direalisasi pada 2016-2017," kata Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dede I. Suhendra saat ditemui di kantornya, Rabu pekan lalu. Selama Inalum dikelola PT Nippon Aluminium Asahan, bahan bakunya didatangkan dari Australia. Pasokan itu akan dihentikan bersamaan dengan berakhirnya kontrak dengan Jepang. "Kapasitas produksi Inalum 250 ribu ton. Jadi butuh bahan baku alumina sekitar 1 juta ton," ujarnya.
PERBANKAN
Defisit Transaksi Berjalan Menyusut
Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal ketiga tahun ini menyusut menjadi 3,3-3,5 persen dibandingkan dengan realisasi kuartal kedua sebesar 4,4 persen dari produk domestik bruto. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan penyusutan defisit disebabkan oleh penurunan angka impor dalam neraca perdagangan. "Itu kemajuan yang baik," kata Agus di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Berdasarkan catatan BI, neraca perdagangan surplus US$ 130 juta pada Agustus lalu, sejalan dengan penurunan impor. Rinciannya, neraca perdagangan nonmigas surplus US$ 1,03 miliar dan defisit perdagangan migas US$ 900 juta. Surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan laju penurunan impor nonmigas 29,5 persen pada Agustus, lebih cepat dibandingkan dengan laju penurunan ekspor nonmigas 18,9 persen. Impor nonmigas pada Agustus mencapai titik terendah sepanjang 2013 karena penurunan impor barang modal, khususnya alat angkutan untuk industri.
Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini berada di level 5,8 persen. Penopang pertumbuhan di kuartal ketiga adalah penjualan otomotif dan retail yang masih cukup bagus. Selain itu, investasi mencapai Rp 100,5 triliun atau naik 22,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
PENERBANGAN
Garuda Rugi Rp 429 Miliar
PT Garuda Indonesia Tbk mengalami kerugian komprehensif US$ 37,3 juta atau sekitar Rp 429 miliar selama kuartal ketiga tahun ini. Kinerja itu turun jauh dibanding periode yang sama tahun lalu, ketika maskapai penerbangan milik negara yang telah melantai di bursa ini mencetak laba US$ 60,4 juta.
Namun, dari sisi pendapatan, pada kuartal ketiga lalu perseroan ini mampu mencatat pertumbuhan pendapatan 13 persen menjadi US$ 2,6 juta, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 2,3 miliar. "Pendapatan dari penerbangan berjadwal naik tipis 9 persen dari US$ 2,1 juta menjadi US$ 2,3 juta," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar di Jakarta, Kamis pekan lalu.
Kenaikan pendapatan itu tidak mampu mengimbangi kenaikan beban operasional, khususnya bahan bakar. Menurut Emir, beban bahan bakar naik 14 persen dari US$ 885 juta menjadi US$ 1,01 miliar. Begitu pula total beban operasional perseroan, yang meningkat 15 persen dari US$ 1,3 miliar menjadi US$ 1,5 miliar. l
PERBANKAN
Pertumbuhan Perbankan Syariah Melambat
Ketua Bidang Koordinasi Asosiasi Bank Syariah Se-Indonesia Imam Teguh Saptono memperkirakan bank syariah mengalami perlambatan pertumbuhan tahun depan. Salah satunya karena tahun depan berlangsung pemilihan umum presiden dan legislator, sehingga mempengaruhi kondisi makroekonomi.
Kondisi makroekonomi yang kurang menguntungkan itu, kata dia, antara lain terkait dengan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan defisit neraca berjalan yang masih akan berlanjut. "Dari sisi ekspor juga melambat," ujar Direktur Bisnis Bank BNI Syariah itu.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan yakin aset perbankan syariah bakal langsung terdongkrak seiring dengan pembentukan anak usaha perusahaan pelat merah yang berfokus pada bisnis syariah. "Agar terjadi lonjakan (aset) yang tidak biasa. Selama ini aset bank syariah Indonesia jika dikumpulkan belum sampai sepertujuh dari bank syariah Malaysia."
Perkembangan Aset Perbankan Syariah (Triliun Rupiah)
Indikator | 2007 | 2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013* |
Bank Umum Syariah | 27,9 | 34 | 48 | 79,2 | 116,9 | 147,6 | 166,4 |
Unit Usaha Syariah | 9,3 | 15,5 | 18,1 | 18,3 | 28,5 | 47,4 | 57,1 |
KEDELAI
Produksi Kedelai dan Jagung Turun
Data statistik triwulan III menyebutkan produksi kedelai pada 2013 diperkirakan turun 35,38 ribu ton (4,22 persen) atau hanya 807,57 ribu ton biji kering. Penurunan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena turunnya luas panen 13,49 ribu hektare (2,38 persen) dan produktivitas sebesar 0,28 kuintal per hektare (1,89 persen). Penurunan produksi kedelai pada 2013 diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 61,71 ribu ton, meskipun di luar Jawa mengalami peningkatan 26,12 ribu ton.
Produksi jagung juga diperkirakan menurun 0,88 juta ton (4,52 persen). PeÂnurunÂan tahun ini diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 0,53 juta ton dan di luar Jawa 0,35 juta ton. Selain karena cuaca, penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen 100.240 hektare (2,53 persen) dan turunnya produktivitas 1 kuintal per hektare (2,04 persen).
Untuk menambal produksi yang sedikit itu, Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo mengatakan pemerintah akan banyak mengimpor jagung dan kedelai. "Alasan impor adalah kebutuhan pangan yang luar biasa tinggi, sementara produksi dalam negeri kurang," ujarnya. Kepala BPS Suryamin menyebutkan pemerintah sedang melakukan program peningkatan produksi lima komoditas pangan, yakni beras, jagung, kedelai, gula, dan daging, supaya dapat mencapai swasembada pangan. "Akan ada perluasan lahan baru," kata Suryamin.
KEUANGAN
Antisipasi Pengurangan Stimulus Amerika
Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan pemerintah tetap siaga atas kemungkinan dampak pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. "Kami sudah siaga. Itu yang namanya bonds stabilization fund. Kalau dibutuhkan, ya, kami lakukan," kata Chatib di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Pemerintah bekerja sama dengan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan terus memonitor situasi global. Melalui badan usaha milik negara, pemerintah siap mengeluarkan kerangka kerja stabilisasi pasar obligasi.
Chatib memperkirakan The Fed belum akan mengurangi stimulus saat ini. Indikasinya, angka pengangguran Amerika masih berada di level 7,2 persen. Menurut dia, Amerika akan melakukan tapering off ketika angka pengangguran di bawah 7 persen dan inflasi di level 2 persen. "Jadi tidak sekarang," ujarnya. "Satu-dua hari terakhir pasar nervous. Rupiah melemah 100 poin itu wajar. Yield kita yang tadinya di bawah 6 persen sekarang sudah 7 persen."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo