Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

7 Maret 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Otomotif
Daihatsu Bangun Pabrik Baru

PT Astra Daihatsu Motor akan membangun pabrik baru di kawasan industri Suryacipta, Karawang Timur, Jawa Barat, tahun ini. Presiden Direktur Daihatsu Sudirman M.R., mengatakan bahwa pabrik berkapasitas produksi 100 ribu unit mobil ini akan selesai dibangun tahun depan. ”Pabrik di Sunter sudah tidak memungkinkan lagi untuk ekspansi,” katanya di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Investasi untuk mendirikan pabrik baru itu diperkirakan 20 miliar yen atau Rp 2,1 triliun. Nantinya kapasitas produksi Daihatsu akan bertambah menjadi 430 ribu unit mobil per tahun. Hasil produksi tak cuma untuk memenuhi kebutuhan domestik, tapi juga pasar luar negeri.

Pangsa pasar Daihatsu tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan pasar otomotif nasional. Selama lima tahun terakhir produksi melonjak 315 persen. Tahun lalu Daihatsu menjual 115.700 unit atau 15,5 persen dari total penjualan nasional—terbesar kedua setelah Toyota. Direktur Pemasaran Daihatsu Amelia Tjandra memperkirakan penjualan tahun ini akan tumbuh 10-15 persen atau menjadi 125 ribu unit.

Perpajakan
Kewenangan Pengawas Perpajakan Dipangkas

MENTERI Keuangan Agus Martowardojo akhirnya merevisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/2010, yang mengatur kewenangan Komite Pengawas Perpajakan di bidang kepabeanan dan cukai. Kini komite itu hanya berwenang mengawasi masalah perpajakan. ”Revisi dilakukan karena besarnya tantangan dan masalah di Direktorat Jenderal Pajak,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu.

Pada Januari lalu, aparat Bea dan Cukai menahan dua kontainer berisi BlackBerry selundupan. Barang tersebut milik PT Anugrah Karya Utama, yang didirikan pengusaha bernama A Pau Yanto. Beberapa anggota Dewan secara mendadak mendatangi Pelabuhan Tanjung Priok, tempat gadget selundupan itu ditahan. Tapi anggota Dewan gerah karena Komite Pengawas Perpajakan ikut masuk menangani penyelundupan tersebut. Komite dianggap melampaui kewenangan ikut campur menangani masalah kepabeanan.

Berubahnya sikap Agus sangat mengejutkan. Padahal bekas Direktur Utama Bank Mandiri itu awalnya ngotot mempertahankan kewenangan Komite Pengawas. Agus sempat menantang anggota Dewan untuk mengubah peraturan ke Mahkamah Agung.

Anggota Dewan menyambut gembira revisi ini. Dolfie O.F.P. dari Fraksi PDI Perjuangan mengatakan, Dewan tidak bermaksud menghambat pemerintah memberantas penyelundupan. ”Tapi jangan sampai niat baik melanggar undang-undang.”

Industri Farmasi
Harga Obat Tak Naik

GABUNGAN Perusahaan Farmasi sepakat menahan harga obat resep non-obat generik berlogo selama tahun ini. Produsen yang telanjur menaikkan harga diminta menurunkan kembali, paling lambat 1 Maret. ”Saat ini bukan waktu yang tepat menaikkan harga,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Farmasi Anthony Charles Sunarjo di Jakarta, Kamis pekan lalu.

Lima belas pabrik obat menaikkan harga sejak Januari. Produsen obat terpaksa mengubah harga karena tarif listrik naik, upah minimum tenaga kerja meningkat, dan inflasi di atas 6 persen. Industri juga terbebani bea masuk bahan baku obat 5 persen. Kini para pengusaha berharap pemerintah membebaskan bea masuk itu.

Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Sri Indrawati mengatakan Menteri Kesehatan Endang R. Sedyaningsih telah menyurati Menteri Keuangan Agus Martowardojo agar mencabut pungutan bea masuk.

Manufaktur
Coca-Cola Tambah Investasi

PT Coca-Cola Amatil Indonesia akan menambah investasi senilai US$ 500 juta (sekitar Rp 4,5 triliun) selama empat tahun hingga 2014. Dana segar itu untuk meningkatkan produksi minuman non-alkohol, mengembangkan distribusi, dan memperbanyak mesin pendingin. ”Tambahan investasi itu akan bisa memperluas jangkauan Coca-Cola ke seluruh Indonesia,” ujar juru bicara Coca-Cola Indonesia, Deva Rachman, di pabrik Cibitung, Bekasi, Kamis pekan lalu.

Direktur Business Service Coca-Cola Bruce Weterfield menambahkan perusahaan menjual lebih dari 700 juta liter minuman ringan per tahun, yang diproduksi delapan pabrik di Jawa Barat, Sumatera, dan Bali.

Manajer Produksi Budi Nurdjaya Bimantoro mengatakan penjualan sempat melemah pada Lebaran, September tahun lalu. Tapi perseroan optimistis produksi akan naik, menjangkau konsumen Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus