Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bank Sentral
Neraca Bank Indonesia Defisit
NERACA keuangan Bank Indonesia akan defisit pada tahun ini. Menurut Direktur Keuangan Internal Bank Indonesia Harti Haryani, defisit 2010 bisa mencapai Rp 30 triliun, lebih besar daripada target semula Rp 22,3 triliun. ”Indikasinya, hingga Oktober defisit anggaran Bank Indonesia sudah menembus Rp 26 triliun,” ujarnya di Bandung, Selasa pekan lalu.
Membengkaknya defisit bank sentral disebabkan oleh besarnya anggaran operasi moneter. Belanja operasi moneter hingga Oktober mencapai Rp 24,8 triliun. Bank sentral, kata dia, harus masuk ke pasar uang untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Defisit neraca berdampak pada permodalan Bank Indonesia, turun dari Rp 93,5 triliun pada 2009 menjadi Rp 73,4 triliun pada Oktober lalu. Meski defisit, menurut dia, kondisi ini masih wajar. ”Defisit neraca juga dialami bank sentral negara lain akibat derasnya arus masuk dana asing,” ujar Harti.
Ekonomi Makro
Inflasi Melambung
LAJU inflasi November membubung tinggi di luar perkiraan. Lonjakan harga barang dan jasa mengagetkan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia. Menurut Kepala BPS Rusman Heriawan, inflasi November tercatat 0,60 persen. Laju inflasi tahun berjalan (Januari November 2010) sebesar 5,98 persen, dan inflasi tahunan (November 2010 November 2009) 6,33 persen.
”Angka itu cukup mengkhawatirkan. Jika Desember harga harga melonjak lagi, inflasi akan tembus 6 persen,” katanya di Jakarta, Kamis pekan lalu. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010, laju inflasi dipatok 5,5 persen. Komoditas makanan masih menjadi penyumbang terbesar inflasi. Beras menyumbang 0,12 persen, cabai merah 0,10 persen, bawang merah 0,07 persen, dan minyak goreng 0,04 persen. Sisanya disumbang produk retail dan jasa lain.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan tingkat inflasi November di luar perkiraan bank sentral. BI semula menduga laju inflasi November hanya 0,5 persen. ”Ternyata di atas itu,” ujarnya.
Daftar Orang Kaya
Pemilik Djarum Terkaya di Indonesia
MAJALAH Forbes merilis daftar 40 orang terkaya di Indonesia 2010. Budi dan Michael Hartono, keluarga pemilik produsen Djarum, merupakan orang terkaya di Tanah Air, dengan nilai kekayaan US$ 11 miliar (sekitar Rp 101,2 triliun). Dengan lonjakan kekayaan US$ 7 miliar dibanding tahun lalu, keluarga Hartono tetap tak tergoyahkan sebagai orang paling tajir di Indonesia.
Menurut majalah bisnis, keuangan, dan ekonomi berbasis di Amerika Serikat ini, orang terkaya kedua ditempati Susilo Wonowidjojo. Kekayaan pemilik pabrik rokok kretek Gudang Garam ini mencapai US$ 8 miliar (Rp 73,6 triliun). Naik tiga kali lipat dibanding kekayaannya tahun lalu. Keluarga Aburizal Bakrie orang terkaya versi Forbes 2007 hanya menempati posisi kesepuluh tahun ini. Keluarga Ketua Umum Partai Golkar itu mengakumulasi kekayaan US$ 2,1 miliar. Tahun lalu Aburizal Bakrie menempati posisi keempat dengan kekayaan US$ 2,5 miliar.
Menurut Forbes, kekayaan setengah dari 40 orang terkaya di Indonesia meningkat dibanding tahun lalu. Total kekayaan mereka melonjak hingga US$ 71 miliar, naik dari US$ 42 miliar tahun lalu. ”Rekor (kenaikan kekayaan) sepanjang sejarah,” tulis Forbes.
Privatisasi
DPR Minta Garuda Tunda Lego Saham
ANGGOTA Komisi Perhubungan Dewan Perwakilan Rakyat meminta Garuda Indonesia menunda penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) yang semula dijadwalkan 11 Februari tahun depan.
Anggota Komisi Perhubungan dari Fraksi PDI Perjuangan, Sukur Nababan, mengatakan harga saham Garuda akan jatuh bila penjualan saham kepada publik dipaksakan. Kekhawatiran itu, ujarnya, didasari perbedaan laporan keuangan yang dilansir Garuda dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Garuda menyebutkan berhasil mencetak keuntungan Rp 194,9 miliar sampai September 2010. Tapi Kementerian BUMN malah melansir pada periode September Garuda rugi Rp 39,5 miliar. ”Lebih baik Garuda membenahi kinerjanya dulu,” tuturnya di Jakarta, Selasa pekan lalu.
Anggota Dewan dari Fraksi Hanura Nurdin Tampubolon juga mengimbau Garuda menunda aksi korporasi itu. Kinerja keuangan Garuda yang belum maksimal, isu negatif jadwal penerbangan tak lancar, dan kisruh penjualan saham Krakatau Steel bisa menjadi sentimen negatif buat Garuda. ”Bisa mempengaruhi harga jual Garuda,” ujar Nurdin.
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan, pelaksanaan penjualan saham perdana merupakan kewenangan Kementerian Badan Usaha Milik Negara sebagai pemilik Garuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo