Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nada Baru Di Semarang

Rapat pleno pengurus Perbanas di Semarang menganjurkan agar bank umum swasta melakukan merger. Bank kecil yang sehat & selalu berusaha memperbaiki diri akan diberi modal kerja & fasilitas lainnya.(eb)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERSISA 81, jumlah bank umum swasta nasional masih dianggap terlalu banyak. Bank Indonesia tetap menganjurkan mereka supaya merger. Anjuran bergabung itu, diungkapkan dalam rapat pleno pengurus Perbanas terakhir di Semarang (26 - 27 Mei). Maklum, cuma 18 di antara kesemuanya yang mempunyai volume usaha masing-masing di atas Rp 5 milyar. Dari kesemuanya, 10 mempunyai volume usaha di atas Rp 10 milyar dengan peranan lebih kurang 56,7% dari keseluruhannya. Dan 9 saja di antara mereka yang diakui sebaga bank devisa. Persoalan ialah apakah kwalitas atau kwantitas yang diutamakan. Gubernur BI Rachmat Saleh tadinya melihat jumlah ideal bagi bank umum swasta nasional adalah maximum 25. Tapi di Semarang itu terdengar nada baru dari BI, yaitu kehadiran "kelas teri" masih akan diterima asalkan sehat dan dibarengi usaha memperbaiki diri. Djoko Sudomo, Direktur BI urusan Pengawasan dan Pembinaan Bank, mengatakan "bank-bank yang kurang sehat dan tidak sehat akan ditinjau kasus demi kasus" untuk dibina. Artinya mereka diberi kesempatan lagi untuk memperbaiki diri, tentu dengan "bimbingan dan bantuan" pengurus Perbanas bersama BI, menjelang akhir Maret 1979. Nada baru BI itu jelas bertujuan mengurangi keresahan di kalangan bankir pribumi selama ini. Golongan pribumi ini, menurut Dir-Ut I Nyoman Moena dari PT Overseas Express Bank, "akan dilalap oleh golongan ekonomi kuat" jika merger. "Jika sesama pribumi bergabung atau bergabung dengan golongan ekonomi kuat, jumlah bank pribumi akan makin kecil," kata I Nyoman. Kekuatiran I Nyoman itu beralasan mengingat bahwa dari jumlah 18 yang tadi disebut tergolong kuat hanya 3 atau 4 yang masuk golongan pribumi. Asalkan Sehat Maka kini kalangan pribumi cenderung mengharapkan BI supaya suka juga membimbing bank kecil, supaya berpedoman "biar kecil asalkan sehat." Contoh bank pribumi yang kecil tapi sehat adalah PT Bank Nasional (Bukittinggi), PT Bank Swaguna (Cirebon), PT Bank Dagang Bali (Denpasar), PT Maranu Bank (Jakarta) dan PT Bank Propelat (Bandung). Untuk seperti mereka ini, Perbanas menganjurkan BI supaya memberikan modal kerja dan fasilitas lainnya. Perbanas dalam rapat di Semarang itu juga memberi perhatian besar pada soal bank sekunder seperti bank pasar bank pedesaan, bank koperasi, bank simpan-pinjam dan bank tabungan yang berjumlah 5000 di seluruh Indonesia. Mereka bukan anggota Perbanas. Tapi oleh BI telah dibuka jalan bagi mereka untuk bergabung dengan bank umum swasta nasional. Misalnya, Bank Tabungan Minahasa (Manado) sebagai pelopor meleburkan diri ke PT Bank Arta Pusara (Jakarta) yang termasuk besar. Bank Arta Pusara ini kemudian juga membeli satu bank tabungan lagi di Ujung Pandang, dan proses mergernya sedang diselesaikan dengan BI. Kini tinggal 4 saja bank tabungan swasta. Aktivitas mereka sudah diambil oleh Tabanas-Taska. Maka keempat itu pun mungkin segera menjadi rebutan bank umum swasta nasional yang mampu memperluas diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus