Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
STIKER merah ukuran dua kali kartu pos tertempel di pintu utama gudang nomor 22 kompleks Pergudangan Tambak Langon, Surabaya, Jawa Timur, sejak tiga pekan lalu. "Disegel oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak".
Hampir sebulan ini, ribuan karung gula parkir di dalam gudang tersebut. Total 10 ribu ton. Barang milik PT Perkebunan Nusantara X itu didatangkan dari Thailand bulan lalu. Tapi Gubernur Jawa Timur Soekarwo tak mau membuka pintu untuk peredaran bahan pemanis tersebut di wilayahnya. Izin akan diterbitkan bila ada jaminan harga jual eceran di bawah Rp 10 ribu per kilogram.
Pemerintah memang gerah atas membumbungnya harga bahan kebutuhan pokok, seperti beras dan gula. Kenaikan harga itu membikin inflasi melambung. Badan Pusat Statistik mengumumkan laju inflasi tahunan untuk Februari 3,81 persen. "Penyebabnya didominasi kenaikan harga beras," kata Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan di Jakarta, Senin pekan lalu.
Rusman mengatakan kenaikan harga beras rata-rata 8,02 persen menyumbang 0,13 persen inflasi. Bahkan harga beras murah naik lebih tinggi, yakni 8,45 persen, menjadi Rp 6.078 per kilogram. Pasokan ke pasar masih terbatas karena panen belum banyak. "Suplai cukup, tapi psikologi pasar terpengaruh stok yang tidak berlimpah." Cabai rawit juga menyumbang inflasi. Musim hujan menyebabkan pengiriman komoditas ini tersendat.
Kenaikan harga bahan pokok tersebut ternyata tak cuma mendongkrak angka inflasi. Berdasarkan Survei Danareksa Institute, indeks kepercayaan konsumen, terutama kelas menengah ke bawah, pun ikut merosot. Indeks kelompok masyarakat berpendapatan kurang dari Rp 500 ribu per bulan, misalnya, anjlok 13,4 persen. Indeks kelompok masyarakat berpenghasilan sekitar Rp 1,5 juta pun melemah 4,5 persen.
ROHIM, pemilik toko kelontong di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, tak terlalu bersemangat. Dengan wajah lesu, ia melayani pembeli, ketika Tempo menemuinya, Kamis tiga pekan lalu. Pria 24 tahun itu mengeluhkan soal harga bahan pokok yang terus-menerus mahal. Namun, sebagai pedagang, Rohim tak ikut kecipratan rezeki. Sebaliknya, ia mesti menyiapkan duit lebih banyak untuk kulakan.
Dalam sebulan terakhir saja, kata Rohim, harga beras rata-rata naik Rp 400 per kilogram per pekan. Ia biasa belanja 35-50 karung-tiap karung berisi 50 kilogram-di Pasar Beras Cipinang, Jakarta, seharga Rp 7.000-an per kilo. Harga kulakan minyak goreng curah pun naik Rp 3.000 per 15,5 kilogram. Maka ia mengecerkan Rp 9.000.
Harga bahan pokok di Surabaya, Jawa Timur, tak berbeda. Suprapto, pedagang di Pasar Menur, mengatakan kenaikan harga gula terjadi sejak akhir tahun lalu. Pada Oktober 2009, misalnya, masih Rp 7.000-8.000 per kilogram. Eh, sekarang sudah naik separuh menjadi di atas Rp 10 ribu. Menurut dia, harga di tingkat distributor memang sudah mahal.
Pasokan barang, Suprapto menambahkan, tidak jadi soal. Stok memang turun dari biasanya 100 kilogram menjadi 40-50 kilogram per pekan. Tapi jumlah konsumen juga menyusut. Dulu, kata dia, sepekan bisa menjual 100 kilogram. "Sekarang berat." Mirnawati, pedagang di Pasar Wonokromo, Surabaya, pun cuma mendapat kiriman separuh dari biasanya sejak distributor menaikkan harga.
Di Jember, gula pasir eceran menembus Rp 12 ribu. Di Pasar Tanggul, misalnya,hanya lima kilometer Pabrik Gula Semboro, dalam sepekan terakhir harga mencapai Rp 11.750. Pedagang dipasok agen yang memborong gula dari pabrik. "Harga kulakan Rp 10 ribu-10.500," kata Hardjito, pedagang di Pasar Tanggul.
Penjual kue, minuman, dan es buah di kawasan Alun-alun Kota Jember kebingungan. Bila harga jajanan dinaikkan, mereka khawatir pembeli kabur. Sebaliknya, kalau tak naik, bisa-bisa tekor.
Petani tebu di wilayah PT Perkebunan Nusantara XI Pabrik Gula Semboro, Jember, juga hanya bisa mengelus dada. Lonjakan harga gula di berbagai daerah tidak membikin asap dapur mereka mengepul lancar. Menurut koordinator Paguyuban Petani Tebu Rakyat wilayah tersebut, M. Ali Fikri, duit yang diterima petani dari hasil lelang gula cuma Rp 5.350-5.500 per kilogram.
Lelang gula terakhir hasil panen 2009 dilakukan November lalu. Artinya, selama tiga bulan terakhir, para petani tebu di Jember sudah tidak memiliki gula. Kebalikannya, mereka kini menjadi konsumen. Fikri mengendus adanya indikasi penimbunan ribuan ton gula milik para pedagang di gudang-gudang pabrik gula. "Ada manipulasi resi gudang," katanya.
Gonjang-ganjing gula ini yang membuat Gubernur Jawa Timur Soekarwo kesal. Di provinsi yang terkenal sebagai lumbung gula ini, harga bisa menembus Rp 12 ribu per kilogram. Ia jengkel ketika tahu PTPN X berencana melelang gula impor miliknya Rp 9.600 per kilogram. Itu berarti harga eceran di pasar akan lebih dari Rp 10 ribu. Menurut dia, produsen ataupun pedagang memang tidak dilarang mencari keuntungan di era pasar bebas ini. "Tapi konsumen harus dilindungi."
Gubernur yang baru setahun menjabat ini pun berencana mengintervensi pasar. Ia berniat menerbitkan peraturan gubernur tentang batas atas dan batas bawah harga gula. Pemerintah Provinsi telah meminta masukan petani, produsen, pedagang, dan importir. Ia lalu mengusulkan batas bawah harga dihitung dari harga pembelian pemerintah (HPP) plus 10 persen inflasi.
Pada HPP Rp 5.350 seperti sekarang berarti harga bawah sekitar Rp 6.000. Adapun batas atas ditambah 20 persen sehingga menjadi Rp 7.200. Persoalannya, kata Soekarwo, pabrik tak jujur soal ongkos produksi. Padahal, jika ongkos sudah diketahui, batasan harga bisa segera diterbitkan. Rancangan beleid tersebut telah disampaikan kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara.
Tapi pedagang dan produsen ngotot menerapkan mekanisme harga pasar bebas. Sejumlah importir gula yang ditunjuk pemerintah, seperti PTPN X, PTPN XI, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia, resah. Mereka khawatir kisruh soal penetapan harga ini akan membuat izin edar gula impor pun molor. Padahal sebagian gula pesanan PTPN X telah tiba di Tanjung Perak. Perusahaan pelat merah ini mengantongi izin impor 103 ribu ton.
Rencananya Jawa Timur akan diguyur 216 ribu ton gula impor agar harga gula bisa dikerek turun. Komoditas tersebut akan didatangkan oleh PTPN X 94,5 ribu ton, PTPN XI 41,5 ribu ton, dan PT RNI 80 ribu ton. Sejauh ini baru pesanan PTPN X yang telah tiba. Berton-ton lainnya masih dalam perjalanan. Tapi toh harga gula masih seret turun.
Meskipun demikian, pemerintah yakin harga bahan pokok, terutama beras dan gula, akan turun. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan harga beras pekan lalu terkoreksi 1,6 persen ketimbang pekan sebelumnya. Penurunan ini, kata dia kepada Pingit Aria dari Tempo pekan lalu, akan terus berlanjut hingga panen raya tiba akhir bulan ini.
Penurunan harga tersebut, Bayu menambahkan, ada kemungkinan akan membalik angka inflasi menjadi deflasi. "Kalau Maret deflasi, bisa mengurangi angka inflasi secara keseluruhan tahun ini." Kepala BPS Rusman Heriawan sepakat. Menurut dia, bila penurunan harga terus terjadi, ada potensi terjadi deflasi pada Maret. "Tapi masih harus dilihat, ini terlalu dini," kata Rusman seusai rapat koordinasi perekonomian pekan lalu.
Bila ramalan pemerintah benar, importir gula bisa-bisa gigit jari. Padahal manajemen PTPN X telah berhitung. Dari gula impor tersebut, semestinya mereka bisa menuai untung Rp 20 miliar.
Retno Sulistyowati, Rohman Taufiq, Dini Mawuningtyas (Surabaya),Mahbub Djunaidy (Jember)
Harga Rata-rata Beras di 10 Kota (Rp/Kg)
Kota | Oktober | November | Desember | Januari | Februari |
DKI Jakarta | 5.753 | 5.777 | 5.971 | 6.678 | 6.773 |
Semarang | 5.580 | 5.580 | 5.739 | 6.329 | 6.487 |
Surabaya | 5.768 | 5.775 | 5.920 | 6.000 | 6.000 |
Banda Aceh | 5.800 | 5.800 | 5.830 | 6.000 | 6.000 |
Medan | 6.218 | 6.000 | 6.000 | 6.500 | 6.500 |
Denpasar | 6.100 | 6.100 | 6.200 | 6.975 | 6.500 |
Banjarmasin | 5.003 | 5.000 | 5.000 | 5.138 | 6.250 |
Manado | 6.000 | 6.000 | 6.200 | 6.800 | 6.958 |
Ambon | 5.500 | 5.500 | 5.575 | 6.100 | 5.750 |
Jayapura | 5.000 | 5.000 | 5.000 | 5.900 | 5.500 |
Harga Rata-rata Gula di 10 Kota (Rp/Kg)
Kota | Oktober | November | Desember | Januari | Februari |
DKI Jakarta | 9.868 | 9.705 | 10.040 | 11.545 | 11.368 |
Semarang | 9.427 | 9.126 | 10.058 | 10.875 | 10.554 |
Surabaya | 9.027 | 8.608 | 9.815 | 10.490 | 10.321 |
Banda Aceh | 10.000 | 10.225 | 11.125 | 12.000 | 12.000 |
Medan | 9.414 | 9.525 | 10.205 | 11.400 | 11.047 |
Denpasar | 9.341 | 9.250 | 9.945 | 11.413 | 11.179 |
Banjarmasin | 9.429 | 9.122 | 9.777 | 10.179 | 10.479 |
Manado | 9.795 | 9.065 | 9.434 | 11.000 | 10.842 |
Ambon | 10.000 | 10.000 | 10.400 | 12.000 | 12.000 |
Jayapura | 10.432 | 10.450 | 10.600 | 12.200 | 12.000 |
Sumber: Departemen Perdagangan RI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo