Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nama baru film warna

Film warna fujicolor super hr dikemas dalam selongsong bekas. banyak konsumen tidak puas, banyak bermunculan film-film warna tipe baru. persaingan pasar semakin ramai, hingga ke luar negeri. (eb)

27 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI mata PT Modern Photo Film, konsumen ternyata cuma Raja Lenong, yang tak perlu diladeni dengan baik. Lihat saja: akhir-akhir ini banyak konsumen mengeluh setelah membeli film warna Fujicolor Super HR, karena produk terakhir perusahaan itu dikemas dalam selongsong bekas. Orang lalu menduga Fujicolor Super HR tentu mutunya tak sesuai dengan bunyi iklan di kemasannya. "Secara psikologis, kami banyak dirugikan," kata Indra Adil, Direktur Utama PT Esok, Bogor. Ia salah seorang yang banyak memakai produk Fuji Film. Karena itu, PT Esok, yang bergerak di bidang konsultan pembangunan pertanian dan lingkungan, berniat meminta bantuan Lembaga Konsumen memperkarakan Fuji Film. Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) Tini Hadad berpendapat, jika ada barang diiklankan sebagai super ternyata tidak super, itu sama dengan menipu konsumen. Kendati demikian YLK belum merasa perlu menyeret produsen Fujicolor Super HR ke pengadilan. YLK baru mendekati biro-biro iklan yang tergabung dalam P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) agar menaati etika yang telah ditetapkan bersama, yaitu tidak membuat promosi yang bisa menyesatkan konsumen. "Konsumen tak perlu khawatir. Kami tidak menipu, karena filmnya benar-benar super," ujar Sungkono Honoris, Direktur PT Modern Photo Film. Tapi, ia mengakui bahwa ada 200.000 rol film Super HR dijual dalam patron film HR biasa, yang kemudian ditutup dengan kertas bertulisan Fujicolor Super HR. Produk itu dikeluarkan enam bulan lalu, dan diperkirakan habis terserap pasar Desember ini. Sejak pertengahan 1986, kata Sungkono, PT Modern Photo Film hanya memasarkan Fujicolor jenis Super. Sebab, film yang tidak super sudah tidak diproduksi lagi. "Kebetulan, patron film yang tidak super masih ada 200.000," kata Welly Chandra, staf Modern Photo film. Demi penghematan," Patron itu kami manfaatkan untuk film baru dengan menempel label jenis super." Ciri-ciri pengenal film super bisa tampak pada bolong-bolongnya yang berbeda dengan bolong-bolong paten pada film yang tidak super. Lagi pula, film super tidak disertai garisgaris hijau memanjang seperti pada film HR biasa. Bagi konsumen yang awam, tanda-tanda pengenal seperti itu tentu tak mudah dilihat. Sayangnya, PT Modern Photo Film tidak pernah mengumumkan secara luas, minimal lewat toko-toko pengecer, mengenai penggunaan selongsong ekstra untuk Fujicolor Super HR itu. Yang gencar diiklankan hanya tentang film Fuji yang lebih terang dan lebih tajam dibandingkan produk terdahulu. Mengenai beda kemasan dengan produk sebelumnya tak dijelaskan. Menurut majalah Popular Photography, Fuji Film mengeluarkan produk Super HR, karena Kodak, sejak April lalu, memperkenalkan film warna Kodak Gold atau VR-G. Kodak Gold diunggulkan karena memiliki emulsi istimewa di permukaan filmnya. Butir-butir perak halidanya lebih halus, sehingga efek gambarnya lebih tajam. Demikian pula bahan kimia komplemen perak halida (colour coppler) lebih saksama, sehingga bisa dicapai warna yang lebih matang. Film Kodak Gold ini terbukti mendapatkan peminat yang cukup banyak di Indonesia. PT Interdelta, yang memasarkan Kodak di Indonesia, mengungkapkan omsetnya meningkat sejak Kodak Gold diperkenalkan. "Enam bulan terakhir ini, penjualan Interdelta naik 2,5 kali lipat," kata Direktur Pemasaran Interdelta, Max Parlimbangan. Peningkatan mutu film Fuji itu ternyata belum diikuti kenaikan permintaan, seperti yang dialami Kodak. Interdelta mengaku omset filmnya naik 150%, sedangkan Modern Photo mengaku omset mereka baru naik sekitar 10%. Tak jelas apakah hal itu akibat kekecewaan masyarakat terhadap Fuji Super yang memakai selongsong film tidak super, atau bukan. Kendati demikian, Modern Photo Film Fuji, yang setiap bulan bisa menjual 500.000 rol film, diduga tetap berada di depan memimpin bisnis ini. Munculnya berbagai produk baru toh tidak pasar film di Indonesia menjadi jenuh. Buktinya, belakangan ini, ada lagi film baru dengan merek Procolor, yang dijual dengan memanfaatkan patron bekas Fuji (lihat Box). PT First Nirwana Photo, agen film Sakura, sejak Juni lalu pun memasarkan merk film baru Konica. Konica juga buatan Jepang. Produksi ini dibeli PT First Nirwana dari perusahaan Konishiroku, karena, kabarnya, mereka mempunyai keunggulan khusus pula. Selama ini, Sakura cenderung bagus untuk pengambilan gambar dalam ruangan, sementara Konica konon bagus untuk pemakaian di dalam dan di luar ruangan. Istimewan pula, film Konica bisa dicuci-cetak di toko-toko pencuci-cetak film Fuji ataupun Kodak. "Warna Konica tetap muncul seperti aslinya," kata Surya N.D., general manager PT First Nirwana. Nirwana mengaku, sejak Juni mereka berhasil menjual 720.000 rol Konica 100.000-150.000 rol setiap bulan. Dengan memasarkan Konica, pasaran Sakura tidak terongrong. Omset Sakura, menurut George Wenas dari bagian pemasaran First Nirwan masih sekitar 500.000 rol per bulan. Kendati pasar dalam negeri tampak belum jenuh, film-film rakitan Indonesia kini sudah mulai melebarkan pasar ke luar negeri. Modern Photo sejak dua tahun lalu sudah mengekspor film hasil rakitannya antara lain ke Italia, sekitar 900.000 rol per tahun. Sakura, sementara itu, sedang berusaha mencari pasar di Eropa, dan berharap tahun ini sudah bisa masuk ke sana. M.W. Laporan Suhardjo Hs & Putut Tri Husodo (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus