Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 3,26 miliar pada September 2024. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan, tren tersebut membuktikan daya tahan ekonomi Indonesia masih kuat di tengah tekanan global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surplus, menurut Febrio, menggambarkan ekonomi dari kegiatan penghiliran berhasil. “Hal tersebut juga mencerminkan ekonomi kita yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis, 17 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Capaian itu memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Febrio menyatakan hal ini menjadi sinyal positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024. Kementerian Keuangan memproyeksikan pada triwulan tersebut ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,0 persen.
Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional. “Serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” tuturnya.
Adapun nilai ekspor Indonesia pada September 2024 masih tercatat sebesar US$ 22,08 miliar. Kondisi tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,13 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Sementara itu, ekspor sektor migas tercatat mengalami penurunan. Kontributor utama yang mendorong peningkatan ekspor nonmigas di antaranya besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel dan barang daripadanya, serta logam mulia dan perhiasan/permata.
Secara sektoral, pertumbuhan terbesar pada sektor pertanian sebesar 38,76 persen (yoy), diikuti sektor pertambangan dan lainnya sebesar 9,03 persen (yoy), dan juga sektor industri pengolahan sebesar 7,11 persen (yoy). Total ekspor periode Januari hingga September 2024 tercatat mencapai US$ 192,85 miliar.
Sementara itu, impor September tercatat sebesar US$ 18,82 miliar atau naik 8,55 persen (yoy). Kenaikan impor tersebut didorong oleh kenaikan impor nonmigas sebesar 16,29 persen (yoy) di tengah penurunan impor migas sebesar 24,04 persen (yoy).
Penyumbang terbesar impor nonmigas adalah komoditas plastik dan barang dari plastik, mesin atau peralatan mekanis, dan mesin perlengkapan elektrik dengan kontribusi ketiganya sebesar 31,38 persen. Secara kumulatif dari Januari hingga September 2024, nilai impor Indonesia tercatat mencapai US$ 170,87 miliar.