Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan wabah Covid-19 memberikan banyak pelajaran bagi negara, terutama di sektor ekspor-impor. Hal itu tercermin dari membaiknya neraca perdagangan yang baru saja dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Banyak yang mengira ketika Covid-19 mulai (mewabah), kita negara yang akan runtuh duluan. Tapi kalau kita lihat BPS, neraca dagang malah membaik, ternyata defisit (perdagangan) kita yang jelek jadi bagus, negara tidak bubar, dan tidak kelaparan," kata Erick dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Selasa, 18 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BPS pada hari ini mengumumkan bahwa posisi neraca dagang Indonesia pada juli 2020 mengalami surplus US$ 3,26 miliar. Surplus berasal dari kinerja ekspor yang tercatat lebih baik ketimbang impor.
Sepanjang Juli 2020, ekspor Indonesia terdata mencapai US$ 12,03 miliar. Sejatinya, angka ini turun 9,9 persen secara year on year. Namun, kinerja impor tercatat lebih rendah, yakni hanya US$ 10,47 miliar atau turun 2,73 persen, sehingga menyebabkan neraca perdangan berada di level positif.
Menurut Erick, adanya pandemi telah mendorong Indonesia mengoptimalkan produk-produk lokal ketimbang impor. Indonesia pun mulai memanfaatkan potensi marketnya yang sangat besar untuk membangun kemandirian. Dampaknya, neraca perdagangan bergerak membaik.
Kendati begitu, ia menyebut masih perlu ada kolaborasi dari berbagai pihak yang lebih besar. Ia lantas meminta perusahaan-perusahaan pelat merah, seperti Garuda Indonesia, membangun komtimen dengan UMKM atau produk lokal untuk memenuhi kebutuhan maskapai, seperti seragam awak kabin hingga suvenir.
"Jadi dilihat, kalau bisa ya merek lokal harus didahulukan. UMKM yang sedemikian ragamnya harus disukseskan," ucapnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA