Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Oranye ciri rugi?

Pt garuda indonesia airways melakukan perbaikan menyeluruh. jalur penerbangan ditambah, logo dan warna akan diganti, dan penggunaan armada akan dioptimalkan. untuk meningkatkan produktivitas. (eb)

8 Juni 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GARUDA secara berangsur akan banyak berubah. Sebuah Airbus, misalnya, tahun ini akan diperbaikinya demikian rupa hingga cukup memadai untuk melayani penerbangan ke luar negeri. Di dalam pesawat itu, sebuah layar film, puluhan earphone, dan lampu baca pribadi akan dipasang. Dapurnya juga akan diperbaiki hingga bisa memanaskan makanan dingin. Dengan perbaikan US$ 1 juta itu, akhir September nanti, Airbus diharapkan sudah bisa beroperasi penuh. Sejumlah perubahan mendasar juga akan dilakukan ke seluruh jajaran untuk memperbaiki citra Garuda. Kata M. Soeparno, direktur PT Garuda Indonesia Airways, tindakan itu dilakukan agar perusahaan, "Mendapat uang sebanyak mungkin supaya bisa bayar utang." Persero ini memang harus ngebut kalau tidak ingin default (tidak mampu mencicil utang). Cicilan utang pokok dan bunga berikut pajaknya tahun ini US$ 267 juta. Tahun depan, cicilan itu masih akan meliputi jumlah sekitar US$ 200 juta. Karena itu, Soeparno menyebut tahun 1985 dan 1986 nanti merupakan tahun sulit. Apa akal? Langkah pertama sebetulnya sudah dimulai dengan menaikkan gaji pilot, manajemen, karyawan darat dan udara - tak lama sesudah Wiweko digantikan R.A.J. Lumenta sebagai dirut. Penumpang penerbangan jarak pendek lokal, seperti Jakarta-Surabaya, kemudian diberi sedikit makanan dan minuman. Memang, dengan segala perbaikan itu, biaya perusahaan naik Rp 12 milyar - untuk menambah penganan kecil saja dikeluarkan Rp 50 juta sebulan. Di luar dugaan, bertambahnya biaya sebesar itu ternyata bisa menutup kemungkinan munculnya tiket palsu, penumpang gelap, dan borosnya penggunaan bahan bakar. Pendapatan perusahaan juga naik. Pada bulan Februari, misalnya, bertambah dengan Rp 1,5 milyar. Dengan kata lain, perbaikan gaji dan pelayanan itu dinilai berhasil menaikkan produktivitas. Tapi itu saja belum cukup. Organisasi dan sistem dalam perusahaan itu dianggap perlu dlperbaiki pula - dengan bantuan Stanford Research Institute, AS. Untuk memperbaiki citra, warna merah dan oranye, yang jadi warna dasar bagi semua kekayaan dan pengenal perusahaan, akan diubah. Merah dan oranye dianggap bukan warna berciri Indonesia. Logo dengan tulisan Garuda dianggap sudah tidak layak. Lambang perusahaan, berupa burung seperti layangan, yang kelihatan kecil sekali itu, juga akan diubah. Jika kelak warna perusahaan sudah didapat, warna dasar untuk seragam pramugari dan semua kekayaan Garuda juga perlu disesuaikan. Warna Garuda sekarang serupa dengan warna perusahaan penerbangan Iberia, Spanyol. Secara sekilas, jika kedua perusahaan penerbangan itu memarkir pesawat mereka berdampingan di sebuah pelabuhan udara, memang sulit dibedakan. Padahal, Garuda adalah pembawa bendera Indonesia di luar negeri (flag carrier). Landor Associates di San Francisco telah ditunjuk untuk menemukan warna khas, logo, dan lambang Garuda. Perusahaan jasa ini juga telah melakukan usaha serupa bagi kepentingan Thai Airlines, British Airways, dan Philippines Airlines. Dengan perbaikan itu, kelak, diharapkan masyarakat bisa cepat membedakan, "Mana satpam dan mana pilot Garuda," ujar Soeparno setengah berkelakar. Sekarang ini, memang, seragam kedua jenis profesi itu mirip. Penggunaan armada juga akan dioptimalkan, antara lain melalui perbaikan rute penerbangan. Dalam jangka tidak terlalu lama lagi, perundingan untuk trayek ke Selandia Baru, Jepang, dan tambahan ke Eropa Barat sudah bisa ditetapkan. Sudah dua tahun terakhir ini manajemen cukup prihatin melihat tingkat penggunaan sembilan Airbus, yang hanya 4,5 Jam sehan dan tmgkat pengisian penumpang (loadfactor) hanya 45%. Supaya pemasukan dari pesawat berbadan lebar ini bagus, tingkat penggunaannya harus mencapai sembilan jam, dengan penumpang rata-rata di atas 60%. Sekalipun tingkat penggunaan dan pengisian penumpang nanti cukup baik, belum tentu hasil yang diperoleh akan memadai. Ambil contoh enam Boeing 747, yang tingkat penggunaannya mencapal 7 sampai 8 jam, dan rata-rata penumpangnya 60%. Pendapatan keenam jumbo itu ternyata kurang bagus karena yang dijual adalah karcis murah. Maka, cara pemasaran dan penjualan tempat duduk akan diperbaiki. "Secara berangsur penjualan tiket di luar negeri akan dilakukan secara komputer, supaya biro perjalanan tidak segan," ujar Soeparno. Semua perbaikan itu diharapkan selesai 1987. Sebagai penyedia jasa, manajemen Garuda beranggapan, cara itu layak ditempuh agar konsumen tetap betah menggunakan jasanya. Dengan perbaikan yang sudah dilakukan itu, tahun ini, manajemen berharap bisa mengantungi penghasilan sekitar US$ 715 juta (hampir Rp 800 milyar). Pertumbuhan pendapatan diproyeksikan akan mencapai 3% sampai 7% setahun. Tapi jalan panjang masih harus dilalui perusahaan penerbangan itu supaya bisa lepas landas. E.H.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus