HANYA ada ekspansi kalau ada suntikan dana. Dan modal tambahan itulah yang diperoleh BUMN Perum Indofarma, sebesar US# 20 juta. Adapun sumbernya adalah pinjaman lunak pemerintah Italia, berbunga 3% setahun, dengan jangka waktu pengembalian 15 tahun. Seiring dengan pinjaman itu, Indofarma juga menerima konsultasi teknik dari Ficitec S.p.A (Farmitalia Carlo Erba & TechnimontS.p.A), sebuah nama terpandang di industri farmasi. Dengan dana sebanyak itu, Indofarma berhasil membangun pabrik baru seluas 23.212 m2 (termasuk fasilitas pendukungnya) dengan konsep GMP (good manufacturing practice) di Cibitung, Bekasi, di atas tanah seluas 20 hektare. Pabrik baru ini diresmikan 27 Juli depan. Presiden Direktur Indofarma, Gunawan Pranoto, optimistis mematok target penjualan tahun ini sebesar Rp 64 milyar,dengan keuntungan sekitar Rp 7 milyar. Penjualan tahun lalu tidak disebutkannya, tapi laba mencapai Rp 5 milyar. Tampaknya, Indofarma cukup berhasil dan dalam waktu dekat siap mengekspor ke Timur Tengah, Yordania, dan Vietnam. Kecuali itu, perusahaan bekas milikpemerintah kolonial yang berdiri pada tahun 1918 dan semula berlokasi di Jalan Tambak, Manggarai, Jakarta ini juga tetap memproduksi obat untuk proyek Inpres (di puskesmas), obat untuk Perum Husada Bakti (untuk keperluan askes pagawai negeri), dan obat generik berlogo. Dari tingkat penjualan obat generik memangIndofarma baru mengisi 2% dari seluruh pasar senilai Rp 1 trilyun setahun. Sisanya disuplai oleh Kimia Farma dan Paphros, keduanya juga BUMN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini