Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Segelintir laporan keuangan emiten bursa untuk enam bulan pertama tahun ini mulai tampak di media. Terlihat sebagian besar kinerjanya belum pulih benar. Segmen retail, seperti PT Matahari Department Store Tbk dan PT Hero Supermarket Tbk, masing-masing memperlihatkan pertumbuhan pendapatan di bawah setahun lalu. Begitu juga perusahaan konsumen, seperti PT Unilever Indonesia dan PT Indofood CBP.
Namun indeks harga saham gabungan (IHSG) terus mencatat tren kenaikan sejak awal 2017. IHSG, yang berada di tingkat 5.276 pada awal Januari tahun ini, naik 10,7 persen ke level 5.840 pada akhir Juli. Rupanya, optimisme para pemain pasar akan terjadinya perbaikan kinerja perusahaan di semester kedua masih tinggi.
Memang ada beberapa faktor positif yang mendukung kenaikan tren ini. Pertama adalah cukup stabilnya makroekonomi kita, yang seharusnya mendukung berkembangnya investasi dan kegiatan usaha. Tingkat inflasi tahunan 3,9 persen (year on year) untuk Juli masih dalam koridor target inflasi 3-5 persen dari Bank Indonesia.
Akibatnya, tingkat bunga patokan BI (7-Day Repo Rate) dapat dipertahankan di level 4,75 persen, masih cukup rendah. Sedangkan defisit transaksi berjalan, yang menurun ke level 1,8 persen, dan cadangan devisa yang tumbuh ke angka US$ 123 miliar pada akhir Juni ini, cukup membantu kestabilan nilai tukar rupiah. Pada awal tahun, rupiah tercatat 13.476 per dolar Amerika Serikat dan sejak Februari bergerak datar di sekitar 13.300 per dolar Amerika. Kestabilan rupiah ini dan peringkat layak investasi (BBB-) dari Standard & Poor's cukup membantu menarik modal asing masuk akhir-akhir ini.
Gangguan faktor negatif juga ada. Pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen masih belum optimal untuk menyerap tenaga kerja kita. Malah beberapa pelaku usaha, karena menghadapi pendapatan yang turun, sudah mulai memangkas biaya dengan merampingkan jumlah pegawainya. Di pihak pemerintah, lesunya kegiatan usaha menyulitkan pencapaian target pendapatan pajak, yang juga melemahkan peningkatan sisi belanja negara.
Perkembangan dan penerapan teknologi informasi juga membantu peningkatan efisiensi perusahaan sehingga mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Pola belanja online lewat smartphone juga secara bertahap mengurangi pengunjung ke sektor retail. Pengetatan belanja pemerintah, seperti pengurangan pertemuan rapat di hotel, juga menyumbang pada penciutan sebaran dan tingkat konsumsi.
Walau kestabilan indikator ekonomi dan peringkat layak investasi cukup menarik modal asing, ini sifatnya sementara. Dengan pemilihan umum tinggal dua tahun lagi, suhu politik sudah mulai memanas, banyak investor, baik luar maupun dalam negeri, memilih menunggu untuk indentasi jangka panjang sampai presiden baru terpilih dan kabinet terbentuk pada akhir 2019.
Dengan lemahnya konsumsi, terbatasnya belanja negara dan investasi, tinggal ekspor yang menjadi tumpuan penggerak ekonomi kita. Walau lamban, sudah terlihat ekonomi Amerika Serikat, Eropa, dan Cina mulai perlahan-lahan pulih sehingga terjadi perbaikan harga pada beberapa komoditas ekspor kita. PT PP London Sumatera, yang mengekspor crude palm oil, dan PT Bukit Asam, yang memproduksi batu bara, masing-masing membukukan kenaikan pendapatan pada semester pertama tahun ini, yang lebih besar dibanding pada tahun sebelumnya.
Hanya, dampak dari perbaikan perusahaan pengekspor komoditas belum menyebar ke sektor lain. Pertanyaannya, sampai kapan tren perbaikan ekonomi dunia akan berlangsung sehingga dampak positif yang dinikmati perusahaan pengekspor komoditas kita akan dirasakan juga oleh para emiten bursa dari sektor lain?
Manggi Habir
Kontributor Tempo
Kurs | |
Pekan sebelumnya | 13.326 |
Rp per US$ | 13.324 |
Pembukaan 4 Agustus 2017 |
IHSG | |
Pekan sebelumnya | 5.831 |
5.775 | |
Pembukaan 4 Agustus 2017 |
Inflasi | |
Bulan sebelumnya | 4,37% |
3,88% | |
Juli 2017 YoY |
BI 7-Day Repo Rate | |
4,75% | |
20 Juli 2017 |
Cadangan Devisa | |
31 Mei 2017 | US$ miliar 124,953 |
Miliar US$ | 123,094 |
30 Juni 2017 |
Pertumbuhan PDB | |
2016 | 5,02% |
5,1% | |
Target 2017 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo