KETENTUAN Pakto agar setiap bank komersial punya modal sedikitnya Rp 10 milyar, rupanya, bisa mencekik bank-bank papan bawah. Namun, Bank Pelita ternyata tak kalah akal. Pemilik lama Bank Pelita, setelah mendengar nasihat bekas asisten direksi BI Ibnoe Soejajachmoen N.P., berhasil mengumpulkan dana tadi. Caranya adalah mengundang pemodal baru. Bank Pelita, yang Senin pekan ini mulai menempati gedung baru di Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta Kota, ternyata sudah mendapatkan suntikan modal dari Eka Tjipta Widjaja. Dengan demikian, modal bank itu yang tadinya cuma Rp 1,5 milyar sejak Mei lalu meningkat menjadi Rp 10 milyar. Menurut Ibnoe, komposisi saham bank itu kini 55% di tangan Eka Tjipta (PT Sinar Mas). Pemegang saham lama, Herlambang Halim, masih punya 30%. Sisanya, 15%, dipegang oleh orang BII, yang masuk ke sana untuk ikut membenahi manajemen Bank Pelita. Untuk itu BII antara lain menurunkan dua tenaga profesional, yakni M.F. Effy Handoko sebagai Direktur Operasi dan Ny. Artine S. Utomo sebagai Direktur Kredit. Menurut Presiden Direktur BII, Indra Widjaya, Pelita sebenarnya cukup sehat. Dengan modal Rp 1,5 milyar, dalam semeter pertama 1990 ini Pelita bisa mencatat laba Rp 805 juta. Nasabah Bank Pelita, kata Artine, umumnya adalah para pedagang antarpulau dari Indonesia Timur. Pelita memang sudah punya cabang di Manado, Ujungpandang, dan Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini