Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menargetkan jumlah eskpor Indonesia bisa meningkat di tahun 2025 sebesar 7,01 persen atau senilai Rp 4768 triliun. Budi menjelaskan strategi yang ia persiapkan untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satunya meningkatkan eskpor usaha makro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar 7,25 persen atau senilai US$ 19,33 miliar. Hingga kini, kata dia, Indonesia memiliki 113 UMKM yang sudah bisa ekpor dengan total transaksi sebesar USS 4.154.684.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, Budi mengatakan pemerintah juga melakukan pengamanan pasar ekspor melalui kontrak kerja sama internasional dengan sejumlah organisasi perdagangan. Budi menyebut Indonesia telah memiliki 19 FTA/CEPA yang mencakup negara ASEAN, Tiongkok, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, Hongkong, Pakistan, Chile, UAE, Iran, D8, dan OKI. "Sementara tahun ini kami akan menargetkan perundingan perdagangan dengan Tunisia, Sri Lanka, Turkey, Canada, GCC, dan Mercosur," ujar Budi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Budi melaporkan, surplus neraca perdagangan Indonesia terus meningkat selama 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 lalu. Surplus pada November 2024 tercatat sebesar US$ 4,42 miliar, dengan total surplus Januari-November 2024 mencapai US$ 28,86 miliar.
Secara keseluruhan, lanjutnya, nilai ekspor Indonesia selama Januari-November 2024 mencapai US$ 241,25 miliar, terdiri dari ekspor di sektor migas sebesar US$ 14,34 miliar, dan sektor non-migas sebesar US$ 226,91 miliar. Pada sektor non-migas, ekspor didominasi oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 78,86% dari total nilai ekspor non-migas Indonesia pada Januari-November 2024.
Budi mengatakan selama ini ada lima negara yang paling banyak menyerap ekspor non-migas Indonesia adalah China sebesar 23,99%, Amerika Serikat (AS) 10,51%, India 8,33%, Jepang 7,55% dan terkecil Malaysia dengan kontribusi 4,11%. "Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam mendorong penciptaan nilai tambah produk mulai menunjukkan hasil positif," ucap dia.
Budi merinci produk non migas yang menjadi langganan ke lima negara tersebut, antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati/hewani, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektri, dan kendaraan beserta bagian-bagiannya.