Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ceker atau kaki ayam tidak hanya untuk dimakan. Pemuda di Bandung, Nurman Farieka Ramdhany, 22 tahun, menjadikan kulit ceker ayam sebagai bahan pembuat sepatu. Ia memproduksinya berdasarkan pesanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kulit ceker ayam itu dibuat menjadi sepatu untuk lelaki dan perempuan dewasa. "Ketebalan kulit ceker ayamnya 1-2 milimeter," kata Nurman saat dihubungi, Selasa, 5 Desember 2017. Agar bisa menjadi bahan sepatu, kulit ceker ayam itu dirangkai dengan cara dijahit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun terkesan tipis dan mudah sobek, ia dan tim mengolahnya agar kuat dan layak menjadi bahan sepatu. Faktor motif ceker ayam yang berbeda membuat keunikan lain, yaitu sepasang sepatu akan tampak berbeda motif walau berwarna sama.
Sebuah sepatu, menurut Nurman, memerlukan kulit dari 22 ceker ayam. Jadi sepasang sepatu perlu dua kali lipatnya. Proses pembuatan sepatu dan pengupasan kulit ceker dilakukan secara manual, sehingga penyelesaian sepasang sepatu lebih dari sepekan. "Saya tertarik membuatnya karena unik dan belum ada yang membuatnya," ujarnya.
Ide pemakaian kulit ceker ayam berasal dari ayahnya, yang pernah menjajal kelayakannya pada 15-20 tahun lalu. Proses itu setahun lalu kembali diulang untuk menjadi bahan baku sepatu. Kulit ceker ayam diwarnai emas, cokelat, merah, biru, dan hijau. Eksperimennya itu berlangsung selama setahun sejak awal 2016.
Dibantu tiga pekerja di bagian produksi, pembuatannya berlangsung di rumahnya di Jalan Mohammad Toha, Bandung. Selain memakai kulit ceker ayam, produksi sepatunya lebih dulu memakai bahan kanvas khusus.
Rata-rata dalam sebulan pesanan sepatu ceker ayamnya sebanyak satu-dua pasang. Sepasang sepatu itu dibanderol Rp 700 ribu-2 juta. Pemesannya berasal dari luar Kota Bandung, seperti Jakarta, Semarang, dan Kalimantan.
ANWAR SISWADI