Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pencari kepala dua juta

Usaha jasa pencari tenaga eksekutif memasuki dunia bisnis di Indonesia, antara lain PT. Bina Utama consultans. (eb)

2 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANDA butuh manajer yang top? Di Jakarta kini muncul sebuah usaha jasa pencari tenaga eksekutif atau headhuntes (pemburu kepala) yang sanggup mensuplai manajer kelas apa pun. Usaha jasa jenis ini, yang bekerja diam-diam macam detektif, baru awal tahun 1980 memasuki dunia bisnis di Indonesia. Perusahaan pencari tenaga eksekutif ini tak pernah memasang iklan, mengumumkan secara terbuka kebutuhan rekanan akan manajer. Selain dianggap belum tentu bagus kualifikasi para pelamamya, kata Pujiarto Prawoto, Direktur PT Bina Utana Consultants, perusaha.an pencari tenaga eksekutif, hal itu justru menerbitkan kerepotan menseleksi lamaran. Cara kerja pemburu ini berbeda dengan perusahaan rekrutmen yang pasif menunggu calon pelamar datang sesudah membaca iklan di media massa. "Kami harus selalu aktif keluar, dan kembali membawa seseorang yang dibutuhkan rekanan," kata Tom King, pemburu berpengalaman dari Tom King-Selex & Associates, Hongkong. Karena itulah, menurut Pujiarto, pencari tenaga eksekuif harus punya hubungan luas baik di kalangan manajer (sumber tenaga), maupun perusahaan (pasar). Biasanya yang membutuhkan manajer puncak jenis ini adalah perusahaan multinasional yang berani memberi gaji awal sekitar Rp 2 juta disertai berbagai fasilitas dan bonus. Manajer yang diincar biasanya sudah menduduki jabatan empuk di sebuah perusahaan, yang tak mudah tergoda oleh iklan lowongan pekerjaan di media massa. Kontak lazimnya diadakan lewat acara santai, seperti makan siang, main tenis, golf, atau pada berbagai kesempatan yang memungkinkan terselenggaranya pertemuan tak resmi antara pemburu dan calon. Tapi Bina Utana, kata Prawoto, punya banyak stok manajer puncak yang sudah bosan bekerja di Eropa Barat dan ingin kembali ke Indonesia. Biasanya jika sudah ketemu beberapa kali dengan calon, pemburu memberitahukan gaji, fasilitas, sistem promosi, dan suasana kerja yang menggiurkan di tempat rekanan. Sesudah merasa menemukan "mangsa", pemburu kemudian mempertemukannya dengan pucuk pimpinan perusahaan. Di situ calon diwawancarai, sebaliknya calon pun berhak menanyakan soal gaji, sistem promosi, dan suasana kerja. Lewat jasa pencari tenaga eksekutif itulah, Dir-Ut PT Multi Bintang Indonesia Tanri Abeng, belum lama berselang memperoleh calon untuk menduduki jabatan manajer pemasaran, dan chief engineer. Mencari manajer puncak dengan cara demikian dianggapnya cukup efisien dan tak merepotkan. "Kalau kami pasang iklan, manajer yang baik pada umumnya kurang bereaksi, dan mereka pasti tidak suka melamar," katanya. Pada akhirnya memang, menurut Harlan Bekti, Ketua Perhimpunan Manajemen Indonesia, yang membuat manajer puncak tak tergoda bukanlah cuma tawaran gaji besar. Tapi juga soal rasa aman menghadapi masa depan, dianggap sebagai kawan oleh boss, dan sering diajak dalam proses pengambilan keputusan, turut pula menentukan seorang manajer puncak betah di suatu perusahaan. Toh pembajakan atau perpindahan manajer puncak masih saja terjadi sekalipun di antara sesama perusahaan multi nasional di Jakarta ada semacam perjanjian untuk tak saling membajak. Godaan pindah kerja untuk memperbaiki karir sesungguhnya datang pula dari perusahaan jasa konsultasi manajemen dan auditing yang mempunyai divisi rekrutmen. PWA-Siddik, misalnya, yang punya divisi latihan dan seleksi eksekutif lebih suka memasang iklan di media massa untuk mencari manajer puncak yang dibutuhkan rekanannya. Karena itulah, perusahaan ems ml harus mengeluarkan tenaga dan waktu cukup banyak untuk me nseleksi surat para pelamar. Tapi baik Siddik yang bekerjasama dengan PWA (Price Waterhouse Associates, auditor terkemuka di AS) maupun Bina Utana, berusaha menjaga identitas pelamar selama perundingan. "Pohoknya kerahasiaan pelamar akan kami pegang," kata Kemal A. Stamboel, Asisten Manajer PWA-Siddik. Imbalan jasa yang diterima pemburu, untuk setiap kepala, adalah biasanya sepertiga dari jumlah gaji setahun manajer puncak yang dicari. Ketentuan jumlah pembayaran sebesar itu memang sudah sejak awal diterapkan berbagai perusahaan pemburu di AS, tempat asal mula usaha ini tumbuh. Sejak mulai berdiri beberapa bulan lalu, Pujiarto mengaku baru menyalurkan manajer puncak kurang dari 10 orang. Untuk membantu mencari tekanan, dia kini bekerjasama dengan seorang asing yang punya hubungan luas di kalangan perusahaan multinasional, dan sudah berpengalaman di bisnis jasa ini. Sementara di Indonesia para pemburu masih bisa dihitung dengan jari, di Inggris jumlah perusahaan macam ini ada 40, yang berhasil memperoleh pendapatan US$ 25 juta setahun tiga tahun lalu. Kegiatan mencari tenaga eksekutif ini sudah sejak 20 tahun lalu memasuki Eropa Barat. Di kawasan itu kini beroperasi sekitar 170 head-hunters dengan pendapatan US$ 100 juta pada 1979. Sedang di Hongkong kegiatan mereka baru dimulai tahun 1965. Di antara pencari tenaga eksekutif yang menonjol di situ Korn/Ferry, Boyden Associates. Spencer Stuart Associates dan Russel Reynold Associates.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus