ANDA butuh manajer yang top? Di Jakarta kini muncul sebuah usaha
jasa pencari tenaga eksekutif atau headhuntes (pemburu kepala)
yang sanggup mensuplai manajer kelas apa pun. Usaha jasa jenis
ini, yang bekerja diam-diam macam detektif, baru awal tahun 1980
memasuki dunia bisnis di Indonesia.
Perusahaan pencari tenaga eksekutif ini tak pernah memasang
iklan, mengumumkan secara terbuka kebutuhan rekanan akan
manajer. Selain dianggap belum tentu bagus kualifikasi para
pelamamya, kata Pujiarto Prawoto, Direktur PT Bina Utana
Consultants, perusaha.an pencari tenaga eksekutif, hal itu
justru menerbitkan kerepotan menseleksi lamaran. Cara kerja
pemburu ini berbeda dengan perusahaan rekrutmen yang pasif
menunggu calon pelamar datang sesudah membaca iklan di media
massa. "Kami harus selalu aktif keluar, dan kembali membawa
seseorang yang dibutuhkan rekanan," kata Tom King, pemburu
berpengalaman dari Tom King-Selex & Associates, Hongkong.
Karena itulah, menurut Pujiarto, pencari tenaga eksekuif harus
punya hubungan luas baik di kalangan manajer (sumber tenaga),
maupun perusahaan (pasar). Biasanya yang membutuhkan manajer
puncak jenis ini adalah perusahaan multinasional yang berani
memberi gaji awal sekitar Rp 2 juta disertai berbagai fasilitas
dan bonus. Manajer yang diincar biasanya sudah menduduki jabatan
empuk di sebuah perusahaan, yang tak mudah tergoda oleh iklan
lowongan pekerjaan di media massa.
Kontak lazimnya diadakan lewat acara santai, seperti makan
siang, main tenis, golf, atau pada berbagai kesempatan yang
memungkinkan terselenggaranya pertemuan tak resmi antara pemburu
dan calon. Tapi Bina Utana, kata Prawoto, punya banyak stok
manajer puncak yang sudah bosan bekerja di Eropa Barat dan ingin
kembali ke Indonesia. Biasanya jika sudah ketemu beberapa kali
dengan calon, pemburu memberitahukan gaji, fasilitas, sistem
promosi, dan suasana kerja yang menggiurkan di tempat rekanan.
Sesudah merasa menemukan "mangsa", pemburu kemudian
mempertemukannya dengan pucuk pimpinan perusahaan. Di situ calon
diwawancarai, sebaliknya calon pun berhak menanyakan soal gaji,
sistem promosi, dan suasana kerja. Lewat jasa pencari tenaga
eksekutif itulah, Dir-Ut PT Multi Bintang Indonesia Tanri Abeng,
belum lama berselang memperoleh calon untuk menduduki jabatan
manajer pemasaran, dan chief engineer. Mencari manajer puncak
dengan cara demikian dianggapnya cukup efisien dan tak
merepotkan. "Kalau kami pasang iklan, manajer yang baik pada
umumnya kurang bereaksi, dan mereka pasti tidak suka melamar,"
katanya.
Pada akhirnya memang, menurut Harlan Bekti, Ketua Perhimpunan
Manajemen Indonesia, yang membuat manajer puncak tak tergoda
bukanlah cuma tawaran gaji besar. Tapi juga soal rasa aman
menghadapi masa depan, dianggap sebagai kawan oleh boss, dan
sering diajak dalam proses pengambilan keputusan, turut pula
menentukan seorang manajer puncak betah di suatu perusahaan. Toh
pembajakan atau perpindahan manajer puncak masih saja terjadi
sekalipun di antara sesama perusahaan multi nasional di Jakarta
ada semacam perjanjian untuk tak saling membajak.
Godaan pindah kerja untuk memperbaiki karir sesungguhnya datang
pula dari perusahaan jasa konsultasi manajemen dan auditing yang
mempunyai divisi rekrutmen. PWA-Siddik, misalnya, yang punya
divisi latihan dan seleksi eksekutif lebih suka memasang iklan
di media massa untuk mencari manajer puncak yang dibutuhkan
rekanannya. Karena itulah, perusahaan ems ml harus mengeluarkan
tenaga dan waktu cukup banyak untuk me nseleksi surat para
pelamar. Tapi baik Siddik yang bekerjasama dengan PWA (Price
Waterhouse Associates, auditor terkemuka di AS) maupun Bina
Utana, berusaha menjaga identitas pelamar selama perundingan.
"Pohoknya kerahasiaan pelamar akan kami pegang," kata Kemal A.
Stamboel, Asisten Manajer PWA-Siddik.
Imbalan jasa yang diterima pemburu, untuk setiap kepala, adalah
biasanya sepertiga dari jumlah gaji setahun manajer puncak yang
dicari. Ketentuan jumlah pembayaran sebesar itu memang sudah
sejak awal diterapkan berbagai perusahaan pemburu di AS, tempat
asal mula usaha ini tumbuh. Sejak mulai berdiri beberapa bulan
lalu, Pujiarto mengaku baru menyalurkan manajer puncak kurang
dari 10 orang. Untuk membantu mencari tekanan, dia kini
bekerjasama dengan seorang asing yang punya hubungan luas di
kalangan perusahaan multinasional, dan sudah berpengalaman di
bisnis jasa ini.
Sementara di Indonesia para pemburu masih bisa dihitung dengan
jari, di Inggris jumlah perusahaan macam ini ada 40, yang
berhasil memperoleh pendapatan US$ 25 juta setahun tiga tahun
lalu. Kegiatan mencari tenaga eksekutif ini sudah sejak 20 tahun
lalu memasuki Eropa Barat. Di kawasan itu kini beroperasi
sekitar 170 head-hunters dengan pendapatan US$ 100 juta pada
1979. Sedang di Hongkong kegiatan mereka baru dimulai tahun
1965. Di antara pencari tenaga eksekutif yang menonjol di situ
Korn/Ferry, Boyden Associates. Spencer Stuart Associates dan
Russel Reynold Associates.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini