Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Sebagian masyarakat yang menyambung transportasi darat dari Bandara Ahmad Yani kini memilih menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang koridor V. Bus tersebut selain lebih murah juga lebih mudah didapatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu penumpang, Robby, 30 tahun, warga asal Kecamatan Tembalang Semarang mengatakan kini menggunakan BRT sebagai sarana penyambung menuju rumah. Ia mengaku BRT menjadi sarana yang lebih nyaman lantaran memiliki pelayanan yang lebih ramah.
"Sejak dulu pas di bandara lama dan sekarang di bandara baru, pelayanan taksi bandara selalu mahal. Jauh dekat minimal Rp 50.000. Memang cepat sekali saat mengantar, tapi kekurangannya di jarak dekat tarifnya masih mahal," ujar Robby kepada Tempo di Bandara Ahmad Yani, Sabtu 21 Juli 2018.
Robby menyarankan jika taksi bandara terpaksa harus dikelola hanya satu pihak, maka semeskinya pelayanan ditingkatkan. Mulai dari keramahan pengemudi, keramahan tarif, hingga kepastian mendapatkan taksi di jam padat kedatangan.
"Jangan sampai monopoli menyebabkan warga terpaksa menggunakan taksi bandara dengan tidak nyaman. Sekarang ada BRT, mending ini. Tarifnya murah, bisa disambung kendaraan online lain yang di sini tidak boleh masuk," ujar Robby.
Soal layanan BRT, Robby menyarankan agar ruang tunggu BRT terdapat pendingin ruang. Pasalnya ruang tunggu BRT masih terlalu terbuka, terlebih bandara sedang dalam tahap penyelesaian pembangunan di paket lain, sehingga debu pembangunan membuat kurang nyaman.
"Coba ada ruang tunggu di dalam, supaya nyaman. Ini kan pesisir, panas. Kalau ada ruang tunggu di dalam juga lebih bagus. Termasuk arah petunjuk menuju BRT belum ada dari pintu kedatangan. Jadi orang jarang ada yang tahu di bandara ada BRT," kata Robby.
Kepala Badan Layanan Umum (BLU) UPTD Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan mengatakan. Layanan BRT Koridor V tujuan Bandara-Meteseh Semarang mulai beroperasi mulai pukul 05.30. Dilanjutkan, Koridor Bandara rute Bandara-Simpanglima mulai pukul 18.00 hingga 00.00 WIB.
"Jarak antarbus tiap 10 menit sekali, tergantung kondisi lalu lintas. Tarifnya juga sesuai koridor lain. Untuk pelajar Rp1.000 dan umum Rp3.500," kata Ade.
Petugas Koridor V Bandara Ahmad Yani, Fabiola Anggi, 21 tahun mengatakan, dalam satu shift pukul 06.30 hingga 12.00 WIB, rata-rata terdapat 200 penumpang menggunakan BRT. Sehari setidaknya bisa mencapai 500 lebih penumpang, tergantung banyaknya kedatangan dari bandara.
"Mereka rata-rata warga bukan Semarang yang mau nyambung di terminal lain dan juga di stasiun kereta api," ujar Fabiola.
Lain hanya dengan Andhika Manunggal, 36 tahun. Ia memilih menggunakan taksi bandara dengan alasan menggunakan taksi bisa langsung sampai di rumahnya. Terlebih, ia tinggal di perumahan yang tidak dijangkau dengan kendaraan umum.
"Seminggu paling gak saya 2 kali ke Jakarta untuk meeting. Namun menggunakan taksi bandara lebih saya pilih. Karena harus bawa koper isi dokumen, lumayan repot, jadi tetap taksi aja. Kalau pakai BRT harus pindah ke kendaraan online repot juga mindahnya," kata warga asal Telogosari Semarang itu.
Baca berita tentang Bandara Ahmad Yani lainnya di Tempo.co.