Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Penyebab Mendag Sebut Daging Beku Lebih Murah dan Lebih Sehat

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui pemerintah lewat dinas di daerah akan terus meminta pedagang pasar tradisional menjual daging beku.

5 Mei 2018 | 19.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Diperlukan strategi pengembangan sapi potong sebagai upaya mencukupi kebutuhan daging sapi nasional, terutama yang mengandalkan sumber daya lokal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui pemerintah lewat dinas di daerah akan terus meminta pedagang pasar tradisional menjual daging beku eks impor yang harganya jauh di bawah daging sapi segar. “Kita akan meminta mereka. Kalau tidak (mau), nanti Bulog akan membuka tempat khusus untuk kita menjual,” ucapnya, di Pasar Andir, Kota Bandung, Sabtu, 5 Mei 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Enggartiasto, daging beku eks impor itu selain harganya lebih murah, juga lebih sehat. “Daging beku itu pada dasarnya lebih sehat. Tidak ada hotel, restoran di negara-negara maju, dan di kita itu yang memasak daging lokal. Karena daging beku itu bakterinya sudah mati dulu. Ini yang kita harus edukasi,” kata dia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Enggartiasto mengatakan, pemerintah menginginkan agar penetrasi daging beku eks impor itu lewat mekanisme pasar. “Tetapi kalau mereka (pedagang) masih tidak mau menjual, maka kita yang jualan. Nanti BUMN kita minta untuk menjual." 

Lebih jauh Enggartiasto mengatakan, masih ada resistensi pedagang daging sapi di pasar tradisional menjual daging beku eks impor. “Kami tidak memaksakan daging impornya. Tapi pada dasarnya, rakyat harus diberikan kesempatan, pilihan. Mau daging segar eks lokal mangga, silahkan. Tapi daging terjangkau Rp 80 ribu itu harus tersedia,” ucapnya.

Menteri Enggartiasto juga mengklaim, stok daging impor beku itu mencukupi. “Stok tersedia banyak. Kita tadi masukkin lagi 50 ribu ton dari India. Kita bisa siapkan lagi." 

Enggartiasto mengatakan, tidak hanya via Bulog, daging beku juga dipasok oleh importir. “Sekarang seluruh importir daging sapi dari Australia, wajib 30 persen dari impornya itu, setara paha depan, karkas, harganya Rp 80 ribu. Kalau tidak, saya tidak akan kasih izin impor,” kata dia. 

Lebih jauh, Enggartiasto mengklaim, seluruh importir yang mendatangkan daging sapi dari Australia sudah melakukannya. Daging beku yang dipasok importir itu juga sudah mulai masuk pasar.  “Sudah mulai. Makanya saya berani bilang sudah, sudah masuk (pasar)." 

Wakil Kepala Divisi Regional Bulog Jawa Barat Gunadarma mengatakan, Bulog masih menunggu keputusan soal penjualan daging beku impor itu di pasar tradisional. “Kami masih menunggu keputusan dari Menteri Perdagangan, khusus untuk daging impor. Apakah nanti akan ada kerjasama dengan pedagang di pasar, atau nanti menjual langsung ke konsumen. Kami menunggu satu dua hari ini, nanti ada kebijakan dari Menteri Perdagangan,” katanya.

Gunadarma mengatakan, Bulog meminta ada revisi harga untuk penjualan langsung ke konsumen karena sulit terserap. “Jadi memang apa yang disampaikan Pak Menteri, bahwa daging nanti akan direvisi lagi harganya,” kata dia.

Soal keengganan pedagang daging sapi di pasar tradisonal dikatakan langsung pedagang pada Menteri Perdagangan. “Saya pernah (menjual), tapi gak jalan,” kata Syahroni, pedangan daging PD Bangkit Rejeki Pasar Andir.

Syahroni mengatakan, di Kota Bandung ada pasar khusus yang menjual daging beku, yakni Pasar Ciroyom. “Kalau mau membeli daging beku ke Ciroyom saja. Hampir 70 persennya menjual daging beku,” kata dia.

Menjual daging beku di kios pasar tradisonal, menurut Syahroni, tidak bisa dijajakan seperti daging segar. Jika dibiarkan digantung, warnanya langsung berubah kecoklatan, dan malah mengundang kecurigaan pembeli. Kios sebelahnya sempat mencoba menjual daging beku, tapi hanya bertahan sebulan. “Gak jalan intinya, mah,” kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus