Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah hangatnya keputusan Pepsi untuk hengkang dari Indonesia, terungkap adanya perubahan pola konsumsi masyarakat di sektor minuman dalam kemasan. Berbagai terobosan produsen untuk menjual produk teh dalam kemasan dengan harga terjangkau, membuat produk itu justru tumbuh pesat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan, minuman teh dalam kemasan menjadi sektor dengan kinerja terbaik dan konsisten tumbuh. Menurut dia,selain air mineral dalam kemasan dan susu cair penjualan produk teh dalam kemasan berhasil merajai pasar dalam lima tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pertama, karena perubahan gaya hidup masyarakat. Teh menjadi produk minuman yang paling dekat dengan kultur masyarakat Indonesia, sehingga mudah bagi produsen untuk menarik minat konsumen untuk bergeser dari minuman jenis lain ke minuman teh dalam kemasan,” jelasnya seperti dilansir Bisnis, Rabu 9 Oktober 2019.
Rachmat menambahkan, dalam tiga tahun terakhir, produk teh dalam kemasan berhasil menghindari tren pelemahan konsumsi masyarakat pada 2018, yang membuat penjualan sejumlah produk minuman ringan lain mengalami penurunan. Ia optimis, kondisi itu akan tetap terjadi kendati makin banyak pemain di industri minuman dalam kemasan mulai mengembangkan produk teh sebagai upaya diversifikasi pasar.
“Apalagi sekarang sedang ada pemulihan konsumsi di masyarakat, saya yakin produk teh dalam kemasan akan ikut menikmati tren tersebut dalam beberapa tahun ke depan,” jelasnya.
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim), Triyono Pridjosoesilo, mengatakan banyaknya pemain baru di industri tersebut yang berani menjual produk dengan harga yang relatif murah, membuat konsumen tertarik untuk mengalihkan konsumsinya dari minuman jenis lain.
Hal tersebut berdampak pada tren penjualan minuman teh dalam kemasan yang terus mencatatkan kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Dia mengatakan, industri teh dalam kemasan menjadi salah satu sasaran para produsen minuman untuk menambah lini bisnisnya.
“Tren penjualan teh dalam kemasan dengan harga murah cukup menarik bagi konsumen. Terutama konsumen dengan segmen C dan D yang berada di level menengah ke bawah. Tidak heran jika industri ini penjualannya mampu tetap tumbuh di tengah industri lain mengalami pelambatan,” katanya.
Berdasarkan data Nielsen Indonesia, sepanjang Januari-Agustus 2019 penjualan teh dalam kemasan mencapai Rp12,37 triliun. Capaian itu tumbuh dari periode yang pada 2018 yang mencatatkan penjualan Rp11,96 triliun dan 2017 sebesar Rp11,81 triliun.
Direktur Pelaksana Nielsen Indonesia Agus Nurudin memperkirakan industri teh dalam kemasan masih akan melanjutkan pertumbuhan penjualan dan industrinya dalam beberapa tahun ke depan. Hal serupa terjadi pada industri air mineral, susu cair dan minuman mengandung buah-buahan.
“Gaya hidup sehat di masyarakat mengarahkan konsumsi terhadap minuman-minuman jenis tersebut. Hal itu bisa kita lihat di sejumlah gerai ritel modern, di mana porsi untuk jenis minuman-minuman tersebut mendominasi rak-rak dan kulkas di sektor minuman,” katanya.
Sebelumnya, PepsiCo, produsen minuman ringan berkarbonasi yang berkantor pusat Amerika Serikat, secara resmi menyatakan tidak lagi menjual produknya di Indonesia. Hengkangnya PepsiCo dari Indonesia disebut tak akan mempengaruhi industri minuman di dalam negeri. “Secara makro nasional tidak terlalu besar dampaknya. Persoalan yang mengakibatkan Pepsi keluar dari Indonesia lebih terkait kerja sama dengan mitra Pepsi berupa pemutusan kontrak bisnis,” kata Direktur Jenderal Industri Makanan dan Minuman Kementerian Perindustrian Abdul Rochim saat dihubungi di Jakarta, Kamis 3 Oktober 2019.
BISNIS