Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pesan Agama dalam Cerita Canda

Selama Ramadan, tayangan religi kembali menjadi dagangan utama stasiun televisi. Ramuan seperti sinetron berkandungan pesan agama dan humor menjadi tren.

22 Agustus 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suatu hari pada bulan Ramadan, Udin ”Nganga” sengaja tidak berpuasa. Sebagai gantinya, dia mentraktir orang-orang berbuka puasa. Dia punya perhitungan tersendiri. ”Membukakan satu orang mendapat pahala sekali puasa, sudah tergantikan. Jadi tak perlu puasa,” gumamnya. Udin punya tafsir sendiri atas dalil keutamaan memberi buka orang puasa, dan langsung dipraktekkan. Ustad Jefri al-Buchori alias Uje pun meluruskan interpretasi bebas puasa ala Udin.

Fragmen Udin dan Uje itu merupakan satu episode program religi U2 di Trans 7, yang tayang setiap Ahad pagi. U2 merupakan akronim nama kedua pembawa acara itu. ”Udin jadi sosok lugu, Uje sosok baiknya,” Apriyandi, associate producer program itu, menjelaskan.

Resep acaranya adalah menyelipkan materi agama dalam dialog antara Uje dan Udin. Udin, aktor komedi dengan ciri khas mulut menganga, pun tampil nyablak, sok tahu, dan naif, dengan logat Betawi kental. Karakter khas ini jadi pakem penceritaan. ”Udin harus tampil selugu mungkin,” kata Apriyandi.

Karakter Udin yang mirip dalam sinetron Para Pencari Tuhan seri 5 tetap dipertahankan karena, berkat tayangan itulah, nama pemain lenong ini melejit. Di Para Pencari Tuhan, yang ditayangkan SCTV, Udin berperan sebagai hansip yang bersahabat dengan Asrul, urang awak miskin banyak anak, yang sudah menjadi kaya berkat berjualan soto Batak.

U2 membutuhkan skenario agar kedua host tidak keluar dari jalur. Dalam jalan cerita itulah adonan ajaran agama sehari-hari masuk. Agar U2 tetap ringan tapi tak merendahkan dan terkesan mempermainkan ajaran agama—karena memang harus ada unsur humor—Apriyandi berkonsultasi dengan ustad dan melakukan riset. Tujuannya agar penonton tidak terlalu mengerutkan kening.

Pada satu episode, misalnya, dikisahkan Uje dan temannya, Opie ”Kumis”, akan melakukan salat berjemaah di musala. Saat menunggu Uje yang akan jadi imam, keduanya bertengkar soal saf. ”Kaki juga ada matanye, biar liat-liat, enggak asal nginjak kaki orang,” kata Opie, yang sewot karena Udin berdiri terlalu rapat. ”Saf harus rapi, di sela-sela ada setannya,” Udin membalas. Opie makin menjadi. ”Setan enggak di sela-sela, dekat gue juga ada,” serunya. Setelah suasana memanas, datanglah Uje memberikan penjelasan salat berjemaah yang benar.

Program U2 menjadi contoh perkembangan format program agama di televisi. Sementara dulu program religi berupa tayangan ceramah monolog, yang terkadang diselingi humor, kini berubah menjadi memiliki jalan cerita. Ramuan baru ini lumayan menjaring penonton. Dari catatan Nielsen Audience Measurement, peringkatnya rata-rata 1,1 persen—persentase dari total populasi penonton televisi—dan menjaring share 9,4 persen dari populasi penonton pada jam yang sama. Program religi lain rata-rata rating-nya kurang-lebih 1 persen.

Menurut aktor senior Deddy Mizwar, program religi di televisi memang berkembang makin kreatif. ”Mengemas menjadi film atau cerita,” kata Deddy, yang membidani beragam sinetron keagamaan, seperti Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat, dan Para Pencari Tuhan.

Agar tayangan makin ringan dan enak ditonton, menurut Deddy, pembuatannya justru makin sulit. ”Content dan skenarionya harus kuat,” dia menjelaskan. Untuk itu, perlu tim penulis kuat dan jelas serta tim riset yang serius. Risikonya, waktu pembuatannya pun lama. Untuk 30 episode Para Pencari Tuhan, misalnya, penggarapannya butuh waktu setahun. Hasilnya, seperti yang bisa dilihat setiap hari selama Ramadan di SCTV sejak 2007. Memang jauh lebih repot dibanding membuat format ceramah biasa, tapi kemasan ala Para Pencari Tuhan jelas menjadi lebih menarik pemirsa.

Harun Mahbub

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus