Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

PLN Interkoneksi Listrik Se-Kalimantan Jadi Sistem Khatulistiwa

PLN dalam proses interkoneksi jaringan listrik seluruh Kalimantan dengan nama Sistem Khatulistiwa yang berkemampuan daya 1.560 MW.

15 Mei 2018 | 11.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas memeriksa instalasi transmisi listrik di Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITET) PT PLN (Persero) di Bengkayang, Kalimantan Barat, 10 Mei 2016. GITET Bengkayang merupakan tempat transmisi listrik interkoneksi dari Serawak, Malaysia diterima dan disalurkan ke enam wilayah di provinsi tersebut. TEMPO/PRAGA UTAMA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Balikpapan – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam proses interkoneksi jaringan listrik seluruh Kalimantan. Jaringan listrik dinamakan Sistem Khatulistiwa diperkirakan nantinya berkemampuan daya 1.560 MW menjadi peleburan Sistem Mahakam (Kalimantan Timur, Kalimantan Utara) dan Sistem Barito (Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah).

“Interkoneksi dua sistem akan tersambung bulan Mei ini,” kata Manager Umum PLN Wilayah Kaltimra, Riza Novianto Gustam, Selasa, 15 Mei 2018.

Baca juga: PLN: Seluruh Kalimantan Timur dan Utara Teraliri Listrik 2018

PLN terus membangun jaringan Sistem Mahakam yang mengaliri listrik dua provinsi Kaltim dan Kaltara dengan kekuatan daya 790 MW. Infrastruktur sistem listrik ini dipertemukan dengan pembangunan jaringan di Tanjung Redeb (Berau) dengan Tanjung Selor (Bulungan).

Saat bersamaan, PLN sedang memproses pembebasan kawasan sepanjang 30 kilometer di Batu Kajang menghubungkan Kaltim dan Kalsel. PLN membangun tapak tower jaringan listrik menghubungkan Sistem Mahakam (790 MW) dan Sistem Barito (670 MW).

Interkoneksi empat provinsi Kalimantan, Riza memastikan mampu menjamin keandalan pasokan listrik bagi sektor industri maupun rumah tangga. Pertumbuhan perekonomian regional Kalimantan akan terus meningkat mengejar ketertinggalan dari Jawa.

“Jika ini berjalan maka dipastikan listrik andal dan lebih siap mendukung pertumbuhan ekonomi dari Kaltim hingga Kaltara,” katanya.

Sistem Mahakam sendiri menyimpan surplus daya listrik sebesar 200 MW yang bisa dimaksimalkan untuk kepentingan industri. Demikian pula Sistem Barito punya kelebihan daya listrik yang hampir sama sehingga akan maksimal dalam kolaborasi interkoneksi listrik Kalimantan.

“Kami ingin menghidupkan kawasan industri. Kenyataan di lapangan saat ini ada satu kawasan industri yang listriknya belum siap. Karena alasan regulasi, PLN belum dapat masuk ke sana,” ucap Riza.

Rasio elektrifikasi Kaltim dan Kaltara sudah mencapai 93,9 persen di mana tahun 2020 diharapkan terealisasi sebesar 100 persen. PLN memberdayakan kearifan lokal dalam mempercepat elektrifikasi listrik memanfaatkan energi matahari, PLTS dan komponen-komponen energi baru terbarukan.

Dalam realisasi kemampuan daya listrik ini, Riza mengatakan butuh dukungan seluruh stakeholder terkait di Kalimantan. PLN menetapkan realisasi pengembangan infrastruktur listrik Kalimantan memasuki tahun 2020 mendatang.

“Proyek pengembangan infrastruktur tenaga listrik tidak akan berjalan tanpa ada dukungan dari pemerintahan, aparatur negara dan stakeholders,” ujarnya.

Asisten II Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Ichwansyah mengatakan infrastruktur kelistrikan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang mobilitas masyarakat dan komoditi ekonomi. Pemerintah daerah punya kepentingan dalam turut mensukseskan visi diusung PLN ini.

Ichwansyah mencontohkan pertumbuhan perekonomian mulai terasa di sejumlah area terpencil di  Maratua hingga Mahakam Ulu. Kawasan terpencil di Kaltim ini mulai tumbuh bisnis perhotelan, vila, restoran hingga berbagai fasilitas umum masyarakat.

“Mahakam Ulu sudah ada rumah sakit dan puskesmas yang membutuhkan ketersediaan listrik. Saya pikir sangat tepat jika PLN dapat memperkuat ketersediaan listrik di pulau-pulau terluar dan potensial untuk pengembangan industri disana,” ujarnya.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Achmad Akbar Susamto menambahkan, sarana infrastruktur listrik sangat penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian kawasan. Idealnya, menurutnya, pertumbuhan listrik dan perekonomian harus berada pada level yang seimbang.

Provinsi Kaltim mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,77 persen memasuki triwulan pertama 2018 ini. Achmad memperkirakan angka pertumbuhan ini akan terkoreksi positif sebesar 0,7 persen berbarengan dengan ketersediaan suplai listrik yang dibangun PLN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus