Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani menyatakan pihaknya masih menunggu realisasi rencana penjualan hotel-hotel BUMN. Ia mengungkapkan, sejumlah anggota asosiasi tertarik membeli hotel-hotel pelat merah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami prinsipnya hanya menunggu saja ya, nanti apakah ini akan dieksekusi, kalau memang akan dieksekusi, sebagian dari pada kami juga tentu ada minat untuk membeli, karena mengakuisisi, karena itu kan hotelnya sudah jadi,” tuturnya dalam jumpa pers yang digelar di kawasan Jakarta Pusat pada Selasa, 19 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat itu masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan sekaligus merupakan calon presiden, Prabowo Subianto menyebut, Indonesia tidak perlu memiliki hotel yang dikelola negara atau yang berada di bawah naungan BUMN. Hal itu ia sampaikan saat hadir di acara Mandiri Investment Forum 2024 di Hotel Fairmont pada Selasa, 5 Maret 2024.
Mengenai hal tersebut, Hariyadi menilai, fokus pemerintahan Presiden Prabowo memang terletak pada bisnis-bisnis inti (core business) milik negara. Sehingga, keputusan untuk melepas aset-aset yang tidak lagi memiliki relevansi merupakan sesuatu yang wajar dilakukan dalam dunia bisnis. “Jadi ya menurut saya itu hal yang biasa lah, bahwa namanya recycling aset kan, jadi aset-aset yang dipandang tidak ada relevansinya dengan core-nya itu dijual,” kata dia.
Sementara itu, apabila penjualan betul-betul dilakukan, sebagian dari anggota PHRI sudah menunjukkan ketertarikan mereka untuk mengakuisisi hotel-hotel tersebut. Mereka akan membelinya selama langkah tersebut didukung oleh perbankan. “Mestinya perbankan akan lebih mendukung mengingat ini adalah aset yang sudah jadi atau sudah beroperasi. Jadi mungkin bank mau tetap membiayai akuisisi," tuturnya.
Beberapa waktu lalu, Hariyadi sempat menerangkan bahwa rencana penjualan hotel-hotel milik BUMN tidak akan menimbulkan kerugian yang berarti bagi para investor. Hal ini dikarenakan perhotelan merupakan bisnis jangka panjang dengan margin yang tinggi dan yield yang rendah. “Jadi, menurut saya sih, kalau mau dijual bagus saja,” katanya saat dihubungi Tempo pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Lebih lanjut, Hariyadi menyampaikan bahwa investasi maupun pembangunan hotel di 2025 akan tetap berlangsung. Namun jumlah pembangunannya relatif lebih sedikit karena sebagian besar dibiayai oleh modal sendiri dan tanpa menggunakan utang. "Atau yang sudah memiliki izin lama dan mereka ingin melakukan penyelesaian. Karena kan ada yang mereka sudah berproses, tanggung nih kalau enggak diselesaikan mereka tambah rugi, gitu ya," kata Hariyadi.
Sejauh ini, menurut data PHRI, pembangunan hotel baru di 2025 masih akan terfokus di kawasan Jakarta dan sekitarnya seperti kawasan BSD. Hotel yang dibangun juga kebanyakan berupa hotel bintang 3 dan 4.
Pilhan editor: Bapanas Ingin Setop Impor Beras Tahun Depan, Ini Sebabnya