Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, London - Perusahaan furniture asal Swedia, Ikea disebut bakal segera merelokasi pabriknya dari Virginia, Amerika Serikat ke sebuah kawasan di Eropa yang belum diungkapkan. Saat ini, pabrik tersebut memperkerjakan sebanyak 300 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terhadap para eks karyawannya yang terdampak relokasi pabrik ini, Ikea berjanji akan memberikan bantuan yang diperlukan sampai mereka mendapat pekerjaan baru. Manajemen Ikea juga menyatakan siap memberikan bantuan pelatihan kerja agar mantan karyawannya tidak kesulitan mencari pekerjaan lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun pabrik di Danville, Virginia ini didirikan sejak 2008, atau 11 tahun silam. Produksi dari pabrik ini kemudian dipasarka ke wilayah Eropa.
Dalam keterangan resminya, Ike menyampaikan bahwa pemindahan lokasi pabrik terpaksa dilakukan karena tingginya biaya produksi Harga bahan material mentah di Amerika Serikat kini membumbung tinggi menjadi sangat mahal.
"Kami berusaha untuk meningkatkan dan bahkan menjaga kemampuan kami tetap kompetitif terhadap lokasi ini, tapi sayangnya, biaya produksi yang ada membuat kami agak kesulitan berproduksi di lokasi ini," kata manajer lokasi Ikea Bert Eades, seperti dilansir dari CNNBusiness, Selasa 16 Juli 2019.
CNNBusiness juga menulis bahwa pada 2018, seorang senator dari Partai Demokrat bernama Tom Kaine pernah menyatakan kekhawatirannya terhadap produksi Ikea. Sebab, kebijakan tarif yang diterapkan pemerintah Donald Trump bakal berdampak pada biaya yang lebih tinggi.
Laporan penelitian dari perusahaan konsultan AT Kearney seperti dikutip CBSNews menyatakan pertumbuhan produk manufaktur asal Amerika masih tertinggal dibandingkan negara di Asia. "Perusahaan itu, dalam laporanya juga mengutip bahwa kebijakan tarif administrasi Pemerintahan Trump bakal menciptakan "bumerang" bagi sektor manufaktur," seperti ditulis CBSNews, Selasa 16 Juli 2019.
Relokasi pabrik Ikea ini dilakukan di tengah pro-kontra kebijakan Pemerintahan Donald Trump yang gencar mempromosikan produk manufaktur buatan Amerika Serikat. Harapanya, bisa meningkatkan penjualan produk "Made in America" di seluruh dunia.
CNNBUSINESS | CBS NEWS