Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ribut Kicauan Urusan Beras

Dua kementerian adu cuitan soal beras di media sosial. Sejumlah politikus ikut meramaikan.

21 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ribut Kicauan Urusan Beras

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERDEBATAN soal beras yang riuh di jagat Twitter dalam sepekan terakhir membuat Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan turut melemparkan cuitan. Dalam berbagai kunjungan bertemu dengan kader Partai Amanat Nasional di daerah, Zulkifli tak henti mengkritik keputusan pemerintah mengimpor 500 ribu ton beras dari Vietnam. Foto-fotonya mengangkat serumpun padi hasil panen terpajang di akun Twitternya. "Ketimbang impor, jauh lebih baik prioritaskan beras lokal produksi petani," kata Zulkifli, Jumat pekan lalu.

Bukan cuma Zulkifli. Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Said Didu, ikut meramaikan perdebatan soal beras di dunia maya. Ia mempertanyakan penyebab harga beras naik. Padahal kepolisian telah menerjunkan tim Satuan Tugas Pangan di pasar. "Ada juga tentara yang membantu dalam urusan cetak sawah baru, dan klaim Menteri Pertanian yang menyatakan bahwa pasokan beras surplus," ujarnya. Komentar-komentar lewat akun @saididu ini kemudian disebarkan oleh warganet sampai 1.266 kali.

Mantan Menteri Koordinator KemaritimanRizal Ramli tak kalah cerewet. Kicauan yang ia buat masih terkait dengan penolakan impor beras. Rizal berkali-kali melakukan retweet berita media online yang memuat laporan saat ia berkunjung ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Senin pekan lalu. Cuitan Rizal Ramli agar pemerintah menghentikan impor beras dicuitkan kembali oleh akun lain hingga 1.851 kali. "Bulog sudah harus membeli panen petani mulai bulan ini. Jangan pasif lagi," kicau Kepala Badan Urusan Logistik tahun 2000 itu.

Perbincangan soal beras mulai muncul di Twitter pada Kamis dua pekan lalu. Sehari sebelumnya, Kementerian Perdagangan memberikan isyarat akan membuka keran impor beras. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita beralasan impor dilakukan untuk menekan harga beras di tingkat konsumen lantaran pasokan kurang. Harga beras medium merangkak naik di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.

Stok beras di Bulog saat ini di bawah batas minimum cadangan 1 juta ton. Sementara itu, Bulog harus melakukan operasi pasar dengan total penyaluran hingga 13 ribu ton per hari. Operasi akan dilakukan hingga 31 Maret 2018. Sebelumnya, Enggar membantah kenaikan harga lantaran penetapan klasifikasi jenis beras dan harga eceran tertinggi digunakan oleh spekulan. "Terbukti pada waktu yang lalu tak ada masalah. Ini ada masalah karena kekurangan pasokan," kata Enggar. Pernyataan ini direkam dalam bentuk video yang diunggah di akun Twitter Enggar (@EnggarMendag).

Pada saat yang bersamaan, muncul pula tagar #IlusiPanenRaya di jagat Twitter. Akun anonim @Pride_Jakarta menyebarkan beberapa meme yang memuat kutipan Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Djarot Kusumayakti. Menurut Djarot, stok beras yang ada di gudangnya saat ini hanya 958 ribu ton. Jumlah ini memang cukup untuk menutup kebutuhan bantuan sosial selama empat bulan, tapi tak cukup buat memenuhi kebutuhan nasional.

Sedangkan meme lain memuat kutipan Djarot tentang upaya operasi pasar yang tak mampu meredam gejolak harga beras. Di bawahnya tertulis, "Mana bukti data surplus produksi 17,4 juta ton yang diklaim Kementerian Pertanian." Tagar #IlusiPanenRaya hanya ramai beredar selama dua hari. Tagar ini tak banyak dipakai oleh pesohor.

Sehari setelah Kementerian Perdagangan resmi mengumumkan rencana impor beras khusus melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia-belakangan dialihkan ke Bulog-perang opini soal beras di jagat maya semakin panas. Analis media sosial Ismail Fahmi mengatakan penyebutan tentang beras di Twitter mencapai 23 ribu cuitan. "Untuk ukuran percakapan di Twitter, ini cukup tinggi," ucap Ismail, yang memantau tren percakapan topik beras di dunia maya melalui aplikasi Drone Emprit yang ia buat. Selama satu pekan, total obrolan soal beras mencapai 122 ribu cuitan di Twitter. Sedangkan di media online mencapai 17 ribu penyebutan.

Opini yang muncul setelah pengumuman impor semakin beragam. Ismail menemukan empat tagar yang paling banyak digunakan di Twitter: #panenpanenpanen, #SolusiHargaBeras, #IlusiPanenRaya, dan #RakyatMenolakImpor. Tiap tagar digunakan sebagai senjata tim Gambir versus Ragunan, lokasi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian berada. "Ada percakapan saling serang, terlihat dari posisi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian tidak satu cluster," ujar Ismail.

Penggunaan tagar #IlusiPanenRaya sebetulnya kalah banyak dibanding tagar #panenpanenpanen, yaitu masing-masing 740 cuitan dan 1.751 cuitan. Yang menarik, pemilik akun yang menyebarkan wacana nihilnya panen raya adalah buzzer yang terhubung dengan Kementerian Perdagangan. Mereka juga menggunakan tagar #SolusiHargaBeras (848 cuitan) untuk mendukung Menteri Enggartiasto Lukita. Isi cuitan itu menyudutkan soal klaim panen raya dan keterbatasan stok beras di pasar. Salah satunya kicauan Adriana (@Adrianaa8889). Selain menulis belasan status tentang harga beras, Adriana selalu me-retweet status Enggartiasto. "Ada beberapa akun yang mencuit dengan kalimat sama persis ditambah lagi tagar #SolusiHargaBeras," kata Ismail. "Begitulah gaya buzzer, tagar menjadi penting untuk menyampaikan pesan."

Anggota Tenaga Humas Pemerintah Kementerian Perdagangan, Hafizah Larasati, mengatakan tak menyewa buzzer untuk menyebarkan informasi soal beras. Menurut Laras, tim media sosial Kementerian Perdagangan hanya memakai tagar #StabilisasiHargaBeras untuk menyebarkan infografis. "Untuk yang lain, kami kurang tahu siapa yang menggunakan," ujar Laras. Di Twitter, tak terlihat satu pun politikus yang berada di belakang Enggar. Hanya, Enggar unggul karena kerap tampil di stasiun televisi, seperti di Metro TV dan Berita Satu. "Enggar memanfaatkan jaringan partainya," katanya.

Kementerian Pertanian mendapatkan lebih banyak dukungan dari politikus oposisi pemerintah. Di antaranya duo politikus Partai Keadilan Sejahtera, Fahri Hamzah dan Mardani Ali Sera, serta politikus Partai Demokrat, Zara Zettira. Mardani menuding tengkulak beras yang mendongkrak harga beras, bukan akibat kurangnya pasokan. Sementara itu, kelompok Muslim Cyber Army turut mendominasi perbincangan untuk menyerang pemerintah Joko Widodo. Akun @MCAOps kerap menyebarkan berita tentang gerakan Islam dan mengkritik pemerintah. "Kelompok MCA tidak terhubung langsung dengan Kementerian Pertanian, tapi punya cluster besar dan memanfaatkan isu," ujar Ismail Fahmi.

Anggota Tenaga Humas Pemerintah Kementerian Pertanian, Djayawarman Alamprabu, mengatakan lembaganya tak menyiapkan tim khusus untuk menangkis isu terbatasnya pasokan beras. Mereka hanya menyebarkan opini tentang #panenpanenpanen untuk menginformasikan panen raya di beberapa wilayah. "Supaya petani selalu nyaman bercocok tanam dan memanen hasilnya," kata Prabu.

Tim humas Kementerian hanya mengelola empat akun untuk Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram. Sementara itu, akun Twitter lain di bawah direktorat lain ditangani tim berbeda. "Kami tidak menggerakkan buzzer." Salah satu orang dekat Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengaku telah mengajak kawan-kawan aktivis media untuk membantu menyebarkan informasi soal panen di berbagai daerah. "Teman-teman sendiri yang bergerak," ucapnya.

Saat dihubungi Tempo pada Jumat pekan lalu, Menteri Amran Sulaiman enggan ambil pusing soal serangan validitas data pasokan beras di media sosial. "Di-bully itu biasa," ujarnya. Amran percaya panen raya yang ia gaungkan bukan ilusi. Menurut dia, ada tambahan 400 ribu hektare lahan tanam baru dengan padi siap panen. Kementerian Pertanian memprediksi terdapat 979 ribu hektare sawah akan panen dan menghasilkan sekitar 5,5 juta ton pada bulan ini.

Putri Adityowati, Khairul Anam, Praga Utama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus