Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee menjelaskan pompom saham merupakan istilah untuk menghasut agar orang membeli saham. Hans menyebutkan ada beberapa risiko yang terjadi jika membeli saham yang direkomendasikan atau dipompom influencer untuk kepentingan tertentu.
Pertama, 'nyangkut' dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan investor rugi waktu karena menunggu dana yang tak bertumbuh. "Kalau kita beli saham yang dipompom kemudian bergerak turun dalam waktu lama, itu kan kita [investor] rugi waktu banyak," katanya dalam webinar virtual, Selasa, 5 Oktober 2021.
Kedua, rugi saat melakukan cutloss yang akhirnya menyebabkan investor rugi atau boncos. Hans menjelaskan investor yang hanya pemikiran paper loss dapat berubah menjadi realized loss.
"Banyak orang yang bisa, enggak usah direalisasikan cuma paper loss aja. Tapi masalahnya kalau kita jual akan tetap loss," katanya.
Hans menuturkan ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh influencer untuk melakukan pompom saham. Misalnya, sang influencer menyarankan untuk membeli sebuah saham tanpa mengingatkan risikonya.
Hans menyarankan masyarakat atau investor retail untuk melakukan konfirmasi atas semua informasi yang diberikan oleh influencer. Masyarakat bisa membaca fundamental perusahaan dan reputasi perusahaan.
Selain itu, Hans mengatakan masyarakat perlu melihat latar belakang influencer atau orang yang memberikan rekomendasi apakah memiliki pengalaman di pasar modal atau tidak. Jika tidak, masyarakat perlu berhati-hati dan meragukan kebenaran dari informasi yang disampaikan.
“Saya punya tips sendiri bahwa percayalah pada diri sendiri, kita belajar sendiri, kita investasi sendiri, pakai ilmu kita sendiri karena itu lebih baik daripada kita mendengarkan orang lain ngomong,” katanya soal fenomena influencer pompom saham.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini