1880: Masyarakat Desa Ledok, Cepu, mengetahui adanya rembesan cairan dari dalam tanah berwarna cokelat kehitaman. Cairan yang mudah terbakar dan menyala itu ternyata minyak bumi. Inilah temuan minyak bumi pertama di Cepu, yang dikenal dengan nama "latung".
1880-1944: Belanda menggali sumur minyak lainnya dan menyewa sumur itu dari masyarakat.
1945: Penduduk Kawengan mengambil alih sumur minyak dari Jepang. Pada zaman Orde Baru, lapangan ini pernah dikelola oleh Shell dan Pertamina.
3 Agustus 1990: Blok Cepu diberikan kepada Humpuss Patragas dengan technical assistant contract (TAC) selama 20 tahun, dengan working commitment sebesar US$ 28 juta pada enam tahun pertama.
1990: Humpuss Patragas mengajak Ampolex Cepu Ltd. sebagai mitra dengan working interest 49 persen, sedangkan Humpuss menguasai 51 persen dan bertindak sebagai operator.
3 Agustus 1991: Dimulai pengeboran di sumur Nglobo Utara-1. Minyak ditemukan pada kedalaman 1.597 meter dengan perkiraan produksi sekitar 1.238 barel minyak per hari (BOPD) di samping temuan lain, yakni 0,722 juta kaki kubik gas per hari.
6 April 1992: Nglobo Utara-3 dibor dan dapat menghasilkan 50 barel per hari. Total 15 sumur dibor dan pada 9 di antaranya sudah dilakukan drill stem test untuk mengetahui cadangannya
4 Agustus 1992: Sindikasi BBD, Bapindo, PDFCI, dan Bank DKI mencairkan pinjaman senilai US$ 7,5 juta dan Rp 3 miliar ditambah pinjaman bilateral dari Bapindo kepada HP. Pinjaman itu jatuh tempo tahun 1999.
April 1996: Fasilitas kredit bilateral cair dan jatuh tempo tahun 2000 dan 2001.
30 November 1998: Penyelesaian proyek telah mencapai 74,22 persen, sementara hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Humpus kesulitan membayar cash calling karena terhentinya pinjaman dari kreditor.
24 April 1999: HP masuk BPPN dengan utang sekitar US$ 25 juta.
29 Juni 2000: ExxonMobil resmi menjadi operator Blok Cepu lewat perusahaan Mobil Cepu Ltd. (MCL). Nilai transaksi pengalihan 51 persen working interest HP diduga bernilai tak lebih US$ 50 juta.
26 Januari 2001: Majalah perminyakan Upstream memuat tulisan tentang cadangan minyak di Blok Cepu, yang diperkirakan sekitar 300 juta hingga 2 miliar barel.
1 Februari 2001: MCL telah selesai mengebor sumur Banyu Urip-3 dan menurut Direktur Hulu Pertamina, Gatot Wirojudo, MCL melaporkan telah menemukan cadangan minyak.
1 Februari 2001: Banyu Urip-3 ditutup sementara, dilanjutkan dengan pengeboran kembali di sumur Banyu Urip-1, yang ditinggalkan HP.
22 Februari 2001: Kedalaman pengeboran Banyu Urip-1 melewati 2.000 meter, tetapi minyak belum muncul ke permukaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini