Diam-diam Presiden Abdurrahman Wahid punya ambisi yang tinggi dalam pengembangan teknologi informasi (TI). Sebelum melawat ke Timur Tengah, Presiden meneken Inpres No. 1/2001. Presiden menginstruksikan kepada Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi, Menteri Keuangan, Menteri Riset dan Teknologi, dan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menyiapkan pembangunan Pusat Informasi Berbasis Teknologi Informasi di Kemayoran. Proyek ini akan melibatkan Pemerintah Indonesia, Pemda DKI Jakarta, PT Jakarta International Trade Fair (JITF), dan perusahaan swasta Jepang.
Gus Dur, sapaan akrab Presiden Abdurrahman Wahid, rupanya ingin membangun pusat teknologi informasi layaknya Lembah Silikon (Silicon Valley) di Amerika Serikat atau Cyber Jaya di Malaysia. Dan pilihannya adalah bekas Bandar Udara Kemayoran. Nah, pilihan inilah yang kemudian memunculkan rumor bahwa Presiden sengaja membuatkan proyek untuk Edward sekaligus mencarikan pendanaannya.
Bekas bos Bank Summa ini memang punya PT Cyber City Indonesia, yang ingin membangun pusat pengembangan TI di Kemayoran. Kebetulan pula, Edward punya saham di PT JITF. Dugaan itu makin kuat karena Gus Dur sudah lama menjadi rekanan bisnis Edward, yakni sejak keduanya mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusumma. Abdurrahman Wahid dan Edward juga terlibat dalam pembelian saham PT Bank Papan Sejahtera pada tahun 1998. Keduanya juga menjadi pemegang saham Harawi Sekawan, organ bisnis Gus Dur dan kawan-kawan.
Namun, Edward mengaku belum tahu apa-apa mengenai proyek itu. "Saya belum dihubungi siapa-siapa," katanya. Wakil Komisaris CyberCity Indonesia ini menambahkan bahwa pemilihan Kemayoran bukan hal yang aneh karena banyak perusahaan yang hendak mengembangkan proyek teknologi informasi di sana, di antaranya PT Telkom dengan proyek hightech-nya dan Indosat yang akan membangun Menara Jakarta. Lahan bekas Bandara Kemayoran seluas 450 ha kini dikelola oleh JITF, 44 ha di antaranya akan dipakai proyek inpres tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini