GERAKAN hemat energi sudah lama dicanangkan oleh Pemerintah. Bahkan mulai tahun ini Presiden Soeharto menginstruksikan agar sebagian konsumsi bahan bakar diganti dengan batu bara. Namun, kegiatan mencari minyak dan gas jalan terus. Bahkan diperkirakan akan terjadi boom investasi sektor migas. Proyek terbesar adalah proyek gas Natuna digarap Pertamina dan Exxon yang menelan biaya sampai Rp 37 triliun. Untuk mengantisipasi boom itulah, empat perusahaan (swasta dan BUMN) bergabung untuk membangun sebuah galangan kapal di Muntok, Bangka, Sumatera Selatan. Mereka adalah PT Tambang Timah, PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari, perusahaan pengeboran minyak Meta Epsi Drilling Company, dan Sisa dari Norwegia. Keempat perusahaan tersebut masih bernegosiasi sampai kini. Yang pasti, PT Timah akan menyerahkan tanah di Muntok seluas 300 hektare, lengkap dengan perumahan serta berbagai sarana penunjang. Sedangkan Sisa, sejak tiga bulan lalu, telah melakukan studi kelayakan lokasi. Jadi, akhir April ini, rencana lengkap pembangunan galangan bernilai Rp 1 triliun itu sudah bisa dipresentasikan. Tapi, mungkinkah usaha galangan itu berkembang? Bukankah para pemakai jasa galangan lebih suka ''menyervis'' kapalnya di Singapura? Jaraknya lebih dekat, bahkan galangan di sana terkenal efisien dan bertarif miring. Kemungkinan itu rupanya sudah diperhitungkan. ''Konsultan kami pasti bertindak hati-hati. Mereka juga pasti telah memperhitungkan kemampuan bersaing dari perusahaan yang akan kami dirikan,'' kata Mulyadi, Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Usaha PT Timah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini