Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sederet Temuan Penelitian Ihwal Makan Larut Malam

Penelitian yang paling menarik tentang makan larut malam berfokus pada hubungannya dengan berat badan dan kesehatan metabolisme.

27 Desember 2023 | 22.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda kerap telat makan malam, sehingga mengisi perut alias makan larut malam? Beberapa penelitian telah menemukan, misalnya, bahwa makan malam dalam waktu tiga jam sebelum tidur dapat memperburuk gejala mulas atau refluks asam lambung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dan penelitian terbatas menunjukkan bahwa makan satu hingga tiga jam sebelum tidur dikaitkan dengan tidur yang lebih terganggu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari CNA Lifestyle, penelitian yang paling menarik tentang makan larut malam berfokus pada hubungannya dengan berat badan dan kesehatan metabolisme, kata Frank Scheer, seorang ahli saraf di Rumah Sakit Brigham and Women's di Boston.

Dalam sebuah penelitian tahun 2019 terhadap hampir 900 orang dewasa paruh baya dan lebih tua di AS, misalnya, Dr Scheer dan rekan-rekannya menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi sekitar 100 kalori atau lebih dalam waktu dua jam sebelum tidur, sekitar 80 persen lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Yakni dibandingkan mereka yang tidak makan selama waktu tersebut. Para peneliti menemukan hasil yang sama pada orang dewasa di Swedia dan Jepang.

Dan dalam penelitian di tahun 2023 terhadap lebih dari 850 orang dewasa di Inggris, mereka yang secara teratur ngemil setelah jam 9 malam memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi. Inilah penanda risiko diabetes, dan lonjakan gula darah serta lemak yang lebih besar setelah makan siang hari dibandingkan mereka yang biasanya tidak mengonsumsi camilan larut malam.

Penelitian semacam itu tidak dapat membuktikan bahwa makan larut malam secara langsung menyebabkan kenaikan berat badan atau masalah kesehatan lainnya, karena faktor-faktor lain, seperti genetika, olahraga dan tidur juga terlibat, katanya. Namun penelitian terbaru yang mengontrol faktor-faktor tersebut telah mulai mengungkapkan efek langsung dari waktu makan terhadap kesehatan.

Penelitian lainnya memberikan bukti bahwa pola makan juga dapat memengaruhi fungsi kognitif. Sebuah studi observasional menemukan bahwa orang dewasa yang lebih tua yang membatasi makan sehari-hari mereka tidak lebih dari sepuluh jam cenderung tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan kognitif.

Khususnya, asosiasi ini didorong oleh mereka yang memiliki pola makan yang berubah lebih awal. Sebuah studi terpisah menemukan bahwa melewatkan sarapan dikaitkan dengan tingkat penurunan kognitif yang lebih cepat pada orang dewasa yang lebih tua.

Makan yang tidak selaras dengan ritme alami mengganggu jam internal dengan mengubah pola aktivitas seluler, yang dapat berdampak negatif pada fungsi sel. Di otak, ritme seluler memainkan peran penting dalam mekanisme yang mendasari pembelajaran dan memori, sehingga gangguan pada ritme ini dapat mengganggu kognisi.

Waktu makan juga dapat mempengaruhi produksi hormon yang terlibat dalam pengaturan siklus tidur-bangun. Akibatnya, makan larut malam dapat membuat Anda lebih sulit tertidur dan menurunkan kualitas tidur, yang juga dapat berdampak negatif pada fungsi otak.

CNA LIFESTYLE | ALZDISCOVERY
Pilihan editor: Mengapa Makan Larut Malam Harus Dihindari?

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus