TAK ada harga barang yang tak ikut terangkat ke atas setelah
tembakan kenaikan harga BBM yang rata-rata di atas 60% itu. Yang
paling terasa sesudah naiknya harga BBM, adalah naiknya harga
kebutuhan sehari-hari di pasar, hingga uang belanja yang harus
dikeluarkan para ibu rumah tangga juga bertambah. Harga sayur
naik, begitu pula harga daging, ikan dan telur. Ini terjadi di
mana-mana. Sampai harga garam dan ikan asin juga ikut naik.
Naiknya cukup terasa lagi.
Menu - sehari-hari seperti kangkung, kacang panjang, dan bayem
di manamana naik 50%. Begitu juga harga cabe. Sedangkan harga
bawang, kelapa, tempe dan tahu rata-rata naik 30%. Karena
bumbu-bumbu ini merupakan bumbu pokok, maka kenaikan harganya
cukup terasa bagi yang berpenghasilan rendah. Bumbu-bumbu ini
dijual oleh pedagangpedagang kecil di pasar dan mereka memang
bermaksud mengambil keuntungan cepat-cepat.
Tidak Tanggung-tanggung
Harga beras naik sedikit, karena memang harganya masih bisa
dikendalikan pemerintah. Stok beras yang di tangan Bulog sekitar
2,2 juta ton, menurut Kepala Bulog Bustanil Arifin, cukup untuk
keperluan sekitar satu tahun. Naiknya harga harga barang yang
dikuasai Bulog memang lebih sedikit dibanding kenaikan harga
bahan-bahan seperti sayur, ikan dan bahan-bahan lain yang berada
di luar kekuasaan Bulog. Gula dan terigu, dua komoditi lain yang
dikuasai Bulog sampai pekan lalu naiknya hanya sekitar 1 atau
2%.
Mereka yang berpenghasilan rendah kena pukul lebih parah lagi.
Sudah harga bumbu masak dan minyak tanah untuk masaknya naik,
uang transpornya juga bertambah, karena selain bis kota, ongkos
naik colt dan bemo juga naik sekitar 50% di mana-mana. Untuk
pengusaha angkutan ini, menaikkan tarif sebegitu memang wajar,
karena mereka sangat tergantung dari bahan bakar. Tapi ongkos
taksi naiknya tidak tanggung-tanggung. Di Surabaya, trif taksi
jam-jaman naik dari Rp 1200 menjadi Rp 2000 perjam minimum
pakai dua jam. Ongkos taksi dari lapangan terbang Juanda ke kota
naik dari Rp 3500 menjadi Rp 5000.
Di Jakarta tarif permulaan naik dari Rp 250 menjadi Rp 360,
tarif tiap kilo meternya naik menjadi Rp 160 dari Rp 120. Tapi
argometernya tidak bisa terus diganti karena mahal, hingga sopir
taksi akan diberi tabel baru yang mesti ditunjukkan kepada
penumpangnya untuk menghitung ongkos yang mesti dibayar. Tapi
tentunya tak ke-13.000 sopir taksi yang ada di Jakarta mau
melakukan itu. Kebanyakan pasti lebih menyukai tarif damai tanpa
memakai argometer.
Pada barang hasil industri, kelihatannya belum terjadi kenaikan
harga, kecuali spekulasi kecil-kecilan yang dilakukan
penyalurnya. Harga resmi pabriknya sendiri pasti belum berubah.
Kalangan industri nampaknya masih bersikap tunggu dan lihat.
Biaya bahan bakar untuk kebanyakan industri memang bukan ongkos
utama, dan kalau yang naik itu hanya harga BBM, belum tentu
mereka langsung harus menaikkan harga.
Cuma masalahnya harga bahan mentah dan baku yang dibeli dari
leveransir dan jasajasa lain mungkin naik, hingga terpaksa
penyesuaian harga harus dilakukan. Karena itu tak heran kalau
sebentar lagi harga-harga barang industri juga akan merayap ke
atas.
Tapi yang sudah lebih dulu melaju ke atas setinggi 30% adalah
harga barang-barang bangunan. Karuan saja ini membuat para
pemborong yang tergabung dalam Asosiasi Kontraktor Indonesia
(AKI) menjerit seperti kucing terjepit ekornya. Beban kenaikan
BBMsatu setengah tahun lalu saja masih belum lepas, kini kami
sudah mulai memikirkan beban baru," kata Ketua Umum Eddi Kowara.
(lihat box).
Dapat dipastikan inflasi bulan Januari ini akan cukup tinggi.
Ketika harga BBM dinaikkan 50% pada April 1980 inflasi bulan
berikutnya tercatat 3,7%. Setahun sebelumnya ketika harga BBM
dinaikkan 40%, inflasi pada ei 1979 tercatat 3%. Kemungkinan
besar inflasi Januari 1982 ini juga bisa mencapai 3%, sesudah di
bulan-bulan sebelumnya inflasi di bawah 1%.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini