Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Donat adalah primadona baru. Sarapan, sore-sore dengan teh atau kopi, atau jika sedang kelaparan tengah malam. Donat, seperti mi instan, sudah mulai menjadi penyelamat kehidupan malam di Jakarta (dan kota besar lain).
Tak aneh jika kini Dunkin’ Donuts tidak bisa menjadi diva di dunia donat. Setelah Dunkin’ Donuts menjadi pemain tunggal di bisnis ini sejak 1985, dan menyusul Country Style Donuts, waralaba asal Kanada, pada 1997, kini Jakarta diserbu oleh Krispy Kreme, J.Co, dan I-Crave. Di setiap mal, setidaknya pasti ada dua atau tiga kafe donat. Di Plaza Bintaro, misalnya, pengunjung bisa memilih antara Dunkin’ Donuts dan I-Crave. Di Mal Senayan City, Krispy Kreme ”bertemu” dengan J.Co; atau Mal Taman Anggrek menyajikan J.Co dan Dunkin’ Donuts. Pokoknya, Jakarta bergelimang donat.
Menurut juru bicara J.Co, Winny Octavia, pemilihan gerai ini memang kebetulan saja. ”Kami kan tidak tahu siapa yang akan menjadi tetangga, siapa pula yang ada di depan outlet kami,” ujarnya kepada Tempo, Rabu pekan lalu. Menurut dia, setiap perusahaan pasti memiliki strategi sendiri untuk menggaet pelanggan. Ia pun memamerkan satu program unik J.Co, yakni fieldtrip gratis bagi murid taman kanak-kanak.
Dalam program yang digelar sejak gerai pertama dibuka, Juli 2005, J.Co mengundang sekolah tertentu untuk bertandang ke dapur donat di mal yang terdekat dengan sekolah itu. Sebaliknya, sekolah juga bisa datang tanpa harus diundang. Di sini, bocah-bocah juga diajari cara bertransaksi dengan membeli donat.
Agus Arimbawa, Brand Operation Manager Krispy Kreme, punya cerita lain terkait dengan posisi gerai yang berhadapan. Pekan lalu, tuturnya, sejumlah anak TK yang tengah berjalan di depan outlet J.Co di Senayan City berlarian menuju outlet Krispy Kreme.
Mereka kepincut lampu merah yang tiba-tiba menyala. Nyala lampu itu adalah penanda bahwa proses produksi donat sedang berlangsung. Dan berderetlah bocah-bocah itu di sepanjang kaca, memandang takjub mesin yang bekerja membentuk adonan menjadi bulatan. Lantas mesin menggerakkan si kue bolong menuju tempat penggorengan, mencelupkannya ke gula cair, dan mengeringkannya.
Manajer Pemasaran Krispy Kreme, Agnes Suganda, mengatakan desain dapur transparan itu menjadi daya pikat tersendiri. Model promo lain, kata dia, ”mengikat” konsumen melalui e-mail group. Surat elektronik itu menjadi jembatan komunikasi antara produsen dan konsumen. Misalnya, pelanggan akan mendapatkan informasi terbaru tentang Krispy Kreme.
Pendatang baru lain, I-Crave, percaya diri dengan varian baru yang terus diciptakan. Kini perusahaan milik Melawai Group itu punya lebih dari 40 macam donat. Salah satunya menggunakan irisan buah strawberry segar. ”Ini produk alternatif yang menyehatkan,” kata Manajer Pemasaran dan Komunikasi I-Crave, Andreas Agung.
J.Co pernah melakukan promosi besar-besaran akhir tahun lalu. Saat itu, mereka mengirimkan gratis ratusan dus donatnya ke berbagai perkantoran di Jakarta. Krispy Kreme tak mau kalah. Ia memberikan gratis 52 lusin donat kepada konsumen pertama yang membeli di gerai yang baru dibuka. Konsumen kedua dan ketiga mendapatkan 26 lusin, konsumen keempat hingga keenam 13 lusin, sementara pembeli ketujuh sampai kesepuluh diberi gratis 5 lusin.
Rasanya, para pendatang baru itu tidak bisa dianggap enteng. Sebab, yang mengembangkannya adalah perusahaan kawakan. J.Co, misalnya, donat asli buatan dalam negeri yang dimotori penata rambut ternama, Johny Andrean, pemegang lisensi toko roti Bread Talk.
I-Crave juga produk lokal, yang diusung Benny Hadisurjo, pemilik Optik dan Apotek Melawai. Insinyur mesin ini memang tak memiliki latar belakang kuliner, tapi keluarga Hadisurjo sangat akrab dengan bisnis makanan. Restoran yang telah dikembangkannya antara lain Satay House (kini Sate Khas Senayan), Tam Nak Thai, Tamani Kafe, dan Seafood Senayan.
Sedangkan Krispy Kreme diimpor dari Winston, Carolina Utara, AS. Pemegang lisensinya adalah PT Premiere Doughnut Indonesia, kelompok Mitra Adi Perkasa. Kelompok ini terkenal sebagai ”pemborong” waralaba, seperti SOGO, Dabenham, dan Starbuck.
Bagaimanapun serunya serbuan donat baru ini, ternyata donat lokal tetap memiliki konsumennya yang setia seperti yang terjadi dengan donat buatan Salim dan juga Iqbal. Pada akhirnya, soal rasa dan selera (dan kantong) adalah unsur yang memutuskan suksesnya bisnis kuliner.
Retno Sulistyowati
Krispy Kreme Produk: waralaba asal AS Pemegang lisensi: PT Premier Doughnut Indonesia Berdiri di Indonesia: Agustus 2006 Jumlah gerai: 6 (di Jakarta dan Bali) Jumlah varian: 17 Kisaran harga: Rp 5.500-7.400 Omzet/gerai/hari: 15-24 ribu donat
I-Crave Produk: lokal Pemilik: Melawai Group Berdiri: Mei 2006 Jumlah gerai: 8 (di Jakarta) Jumlah varian: 38 Kisaran harga: Rp 5.500-6.000 Omzet/gerai/hari: 1.000-2.000 donat
J.Co Produk: lokal Pemilik: Johny Andrean Berdiri: Juli 2005 Jumlah gerai: 5 Jumlah varian: 25 Kisaran harga: Rp 5.000-5.500 Omzet/gerai/hari: 10 ribu donat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo