Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Setelah antara setengah abad

Lkbn antara merayakan ulang tahun ke-50, dengan berbagai kegiatan: rapat kerja, olah raga & pesta. banyak kritik dan saran untuk perbaikan. dirjen ppg janner sinaga mengharapkan antara bisa jadi filter berita.

19 Desember 1987 | 00.00 WIB

Setelah antara setengah abad
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
INILAH salah satu modal perjuangan ketika Republik Indonesia diproklamasikan empat dekade silam: Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara. Minggu malam lalu, kantor berita nasional pertama ini merayakan ulang tahun ke-50. Konon, selama setengah abad, baru pada ulang tahun kali ini Antara "memperlihatkan muka" secara agak lain: ada rapat kerja, ada acara olah raga, dan ada pesta. Tapi, bagi mereka yang suka membaca berita-berita Antara, "wajah yang agak lain" itu tak terlihat banyak di sosok buletin. Antara masih saja sering kalah unggul dalam peliputan berita dibandingkan koran, majalah, radio, dan televisi, yang menjadi pelanggan kantor berita itu. "Kami menyadari bahwa Antara masih banyak kekurangannya," ujar Pemimpin Umum Antara Handjojo Nitimihardjo. Dalam diskusi panel sehari di Auditorium Udayana Wisma Antara, Jakarta, pekan lalu, Pemimpin Redalsi Harian Banjarmasin Post, Jok Mentaya, mencatat sejumlah kelemahan Antara dalam makalah yang disajikannya. Kritik Jok antara lain berita-berita hangat yang terjadi pada malam hari sering tidak dikirimkan ke daerah malam itu juga. Tidak heran bila pelanggan, terutama koran daerah yang tak punya teleks atau koresponden di tempat kejadian, sering memuat berita "basi" untuk pembacanya. Karena Antara, yang mereka andalkan sebagai sumber berita, baru mengirimkan berita itu esok harinya. Kritik lain adalah mengenai penulisan laporan wartawan Antara. Wakil Pemred Suara Pembaruan Laurens Samsoeri, yang sering memakai berita daerah Antara, mengatakan, "Bahasanya masih perlu diperbaiki." Keluhan pelanggan itu cukup wajar. Apalagi, seperti dituturkan Handjojo, ada koran daerah yang mengutip berita dari Antara sampai 80% setiap terbit. Mereka yang berlangganan berita umum, ekonomi, nasional, dan berita-berita luar negeri dari Antara tercatat 51 surat kabar. Tak semua koran tentu mengandalkan berita Antara. Surat kabar Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, misalnya, sudah lama mengurangi porsi pengutipan berita-berita Antara. Menurut Redaktur Pelaksana Thobari H.R., sekarang Kedaulatan Rakyat cuma mengutip sekitar 15% sampai 25%. Padahal, dulu berita Antara yang mereka kutip sampai 40%. Mengapa berkurang? "Risi juga kalau banyak memuat berita kutipan," tutur Thobari. Surat kabar Jawa Pos, Surabaya, koran pagi terbesar di Jawa Timur, sedikit mengutip Antara, karena jaringan liputan mereka cukup luas. Jawa Pos punya koresponden hampir di semua kota besar, maka mereka bisa menyajikan berita eksklusif untuk pembaca. Dan, "Pembaca memang lebih suka dengan berita hasil liputan wartawan Jawa Pos sendiri," ujar Wakil Pemimpin Redaksi Iman Soedjadi. Berita Antara yang mereka pakai umumnya berita nasional, terutama dari daerah-daerah yang tak terjangkau wartawannya. Harus diakui, jaringan Antara memang lebih luas dibandingkan penerbitan lain. Barangkali Antara satu-satunya penerbitan yang punya biro di semua provinsi. Untuk luar negeri, mereka cuma menempatkan orang di tiga kota: Tokyo, Kuala Lumpur, dan Hamburg. Konon, jaringan liputan itu pula yang membuat Partai Komunis Indonesia (PKI) berambisi sekali menguasai Antara. Tapi usaha PKI itu dapat dipatahkan oleh tokoh-tokoh pers, antara lain Adam Malik, pimpinan Antara di awal Republik, serta wartawan terkemuka lainnya. Nama yang juga tercatat pernah memimpin Antara adalah Ismail Saleh, yang sekarang menjabat Menteri Kehakiman. Setelah melalui riwayat yang panjang dan gonta-ganti pimpinan, Antara kini berkantor di Wisma Antara, dan mempekerjakan 505 karyawan -- jumlah yang tak mungkin pernah dibayangkan A.M. Sipahoetar, R.M. Soemanang, dan kawan-kawan, ketika mencoba menembus monopoli kantor berita milik Belanda, Aneta (Algemeene Nieuws en Telegraaf Agenstschap) pada 1937. Dari angka itu, mereka yang berstatus wartawan cuma 211 - 152 orang di Jakarta. Sisanya tersebar di semua provinsi dan biro luar negeri. Adalah orang-orang ini yang mengirimkan berita dari segenap penjuru. Berita yang masuk itu kemudian dikelompokkan menurut kebutuhannya. Karena Antara mengelola 15 penerbitan, seperti Warta Berita, Ekonomi Keuangan, Olah Raga, Info Pasar. Tujuh di antara penerbitan itu berbahasa Inggris, News Bulletin, Financial Economic News, Rubber News, dan Weekly Review. Jumlah wartawan Antara itu, menurut Handjojo, belum memadai untuk menjawab masalah peliputan berita dan kecepatan penyampaiannya. "Tahun depan kami akan menambah 30 tenaga wartawan," ujar Handjojo. Tak hanya itu yang diharapkan dari Antara, tentu. Menurut Dirjen Pembinaan Pers & Grafika Janner Sinaga, Antara juga diharapkan menjadi filter berita yang rawan, terutama mengenai pendapat-pendapat minor, baik di dalam maupun di luar negeri, yang tidak menguntungkan bagi iklim pembangunan nasional. Misalnya, berita yang berbau SARA, yang bila disebarkan melalui media massa dapat menimbulkan guncangan di masyarakat. Linda Djalil, Tri Budianto Soekarno (Jakarta), Budiono Darsono (Surabaya), Nanik Ismaini (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus