Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Si Seno dari Laut Dalam

Ditemukan pertama kali ladang minyak laut dalam di Indonesia. Selain kaya minyak, pembagian keuntungannya juga besar.

8 Maret 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cadangan minyak Indonesia ternyata belum habis terkuras. Dua pekan lalu, Unocal bersama Mobil Oil menemukan ladang minyak yang cukup kaya di lepas pantai Kalimantan Timur. Ladang minyak Seno Barat, begitu kawasan konsesi milik Mobil Oil itu disebut, diyakini menyimpan cadangan sekitar 150 juta barel setara minyak. Dari satu sumur saja, Seno Barat IV, bisa disedot sekitar 19 ribu barel sehari dan 18 juta kaki kubik gas. Yang lebih penting, ini baru merupakan temuan pertama cadangan minyak di laut dalam. Berdasarkan survei yang dilakukan sejumlah perusahaan minyak, potensi minyak di laut dangkal bisa dibilang sudah menipis. Kalaupun masih ada yang ditemukan, cadangannya hanya sekitar 5 juta barel. Temuan besar terakhir adalah 20 juta barel dari ladang Kaji Semboga, Sumatra Selatan, milik Arifin Panigoro, pengusaha minyak Grup Medco. Temuan di ladang Seno Barat ini setidaknya bisa ''menunda" kekhawatiran banyak kalangan bahwa Indonesia bakal menjadi importir minyak pada awal dasawarsa 2000. Diakui oleh seorang praktisi perminyakan, laut dalam bisa dimasukkan dalam kategori lahan yang masih perawan. Tapi dia yakin potensi minyaknya masih sangat besar. ''Masa depan perminyakan Indonesia ada di laut dalam," katanya. Kepala Eksploitasi Pertamina M. Fauzi Alkaff menyebutkan, dengan ditemukannya cadangan besar di Seno Barat, perusahaan lain diharapkan mau ikut menggarap laut dalam. Repotnya, tak semua perusahaan mau atau mampu melakukan eksplorasi di perairan laut dalam. Selain perlu teknologi pemetaan yang bagus, biaya eksplorasi di laut dalam biasanya lebih besar dibandingkan dengan di laut dangkal. Sebaliknya, risiko yang mesti ditanggung juga lebih besar. Alhasil, tak banyak perusahaan minyak yang mencoba masuk ke laut dalam. Mobil Oil, si empunya konsesi lahan di Selat Makasar ini, misalnya, sebetulnya sudah menyerah. Pada 1995, perusahaan ini mengajak join Unocal, tapi penandatanganan kerja sama baru dilakukan dua tahun kemudian. Eksplorasi yang dilakukan Unocal dan Mobil Oil pada awalnya tak menggembirakan. Di ladang Panca I, 150 kilometer di selatan Seno Barat, cadangan minyak yang ditemukan tidak cukup ekonomis. Eksplorasi dilanjutkan ke ladang Merah Besar, 26 kilometer di barat daya Seno Barat. Dan ditemukanlah cadangan yang cukup besar, 80 juta barel. Ketika eksploitasi diteruskan di Seno Barat dengan kedalaman 1.000-1.250 meter itulah cadangan minyak yang lumayan besar ditemukan. Total cadangan di Seno Barat memang kalau jauh dibandingkan dengan di Duri (300 juta barel) atau di Minas (9 miliar barel)?keduanya di Riau. Namun, ladang lain di lokasi itu, Seno Tengah, diduga menyimpan kandungan minyak yang besar pula karena masih berada pada struktur yang sama di Cekungan Kutei. Kepala Badan Pembinaan Pengusahaan Kontraktor Asing (BPPKA) Pertamina, Gatot Karyoso Wiroyudo, menyebutkan bahwa ladang Seno Barat ini diperkirakan bisa menghasilkan sekitar 100 ribu barel per hari. Dengan begitu, produksi minyak mentah Indonesia bisa ditingkatkan menjadi 1,5 juta barel sehari. Gatot juga mengungkapkan, potensi minyak di Seno Barat per sumurnya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produksi minyak di Indonesia, yang berkisar 1.500-3.000 barel per hari. Sejauh ini, sumur tunggal yang punya kandungan besar antara lain Duri (10 ribu barel) dan Kasim (10 ribu-15 ribu barel). Fauzi Alkaff menaksir, investasi yang diperlukan hingga eksploitasi akan mencapai US$ 400 juta. Namun, investasi yang besar itu akan diimbangi hasil yang besar pula. Fauzi mengalkulasikan, jika sehari bisa dihasilkan 100 ribu barel, total duit yang berputar di Seno Barat saja sekitar US$ 1,5 miliar. Berkah yang diperoleh Unocal dan Mobil Oil tak hanya itu. Pembagian keuntungan dalam kontrak production sharing (KPS) bukan 85:15 sebagaimana kontraktor minyak lain, melainkan 65:35. Kepala Hubungan Eksternal Unocal, Harjono Dhanutirto, mengungkapkan bahwa besarnya bagian kontraktor di Seno Barat itu karena pemerintah Indonesia memang memberikan insentif bagi mereka yang mau melakukan eksplorasi dan eksploitasi di kedalaman lebih dari 200 meter. Siapa mau menyusul ''menyelam" di laut dalam? M. Taufiqurohman, I G.G. Maha Adi, dan Iwan Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus