Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BANGUNAN tiga lantai dengan dominasi warna putih gading di kawasan perkantoran Tendean, Jakarta Selatan, itu jauh dari tampilan lazimnya perusahaan otomotif. Tak ada etalase luas dengan kaca-kaca besar untuk pamer mobil-mobil baru keluaran pabrik. Lobinya hanya 2 x 3 meter.
Di rumah kantor bernomor 26 itu, PT Adiperkasa Citra Lestari tercatat beralamat. Dua pekan terakhir, nama perusahaan ini mencuat setelah meneken kerja sama dengan Proton Holdings Bhd, industri otomotif asal Malaysia, awal Februari lalu. Namun petugas di meja informasi di kantor itu menunjukkan raut muka kebingungan ketika ditanya tentang Adiperkasa. "Tidak pernah ada perusahaan itu di sini," kata karyawan bernama Iqbal itu, Kamis pekan lalu.
Menurut dia, sejak awal alamat itu merupakan kantor Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Muhammad Hanafi. Mukhlis, koordinator lapangan pengelola perkantoran itu, mengatakan, sejak perkantoran berdiri pada 2004, tak pernah ada penyewa bernama Adiperkasa. Menurut dia, Hanafi membelinya tak lama setelah perkantoran selesai dibangun. "Mungkin Pak Hanafi yang mengurus akta Adiperkasa, karena memang perusahaan yang datang ke dia banyak," ujarnya.
Selain pegawainya, Hanafi tak bisa ditemui siang itu, dengan alasan sedang menerima klien. Dari penelusuran data Sistem Administrasi Badan Hukum Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Adiperkasa disebut berdiri pada 22 Februari 2012. Lalu setahun kemudian terdapat laporan pemberitahuan perubahan data.
Bukan hanya di Tendean Adiperkasa tak dikenal. Para pelaku industri otomotif di Tanah Air juga sempat heran dengan munculnya pemain baru yang tiba-tiba ramai dibicarakan hendak membangun proyek mobil nasional itu. "Baru saja tahu namanya dari Internet," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Noegardjito kepada Khairul Anam dari Tempo, Jumat pekan lalu.
Menurut Noergadjito, perusahaan yang disebut-sebut milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara Abdullah Makhmud Hendropriyono itu tak pernah terpantau melakukan aktivitas sebagai perusahaan otomotif, baik manufaktur maupun perdagangan. Hanya, beberapa pengusaha mengaku tahu ada nama Edi Yosfi di balik Adiperkasa. Edi bukan nama baru di kalangan bisnis karena selama ini dikenal banyak bermain di sektor energi dan mineral. Nama lain yang disebut dalam kongsi ini adalah Chandra Ekajaya.
Ditemui di sebuah restoran di kawasan niaga Sudirman, Kamis pekan lalu, Edi Yosfi membenarkan dialah tokoh di belakang kerja sama Adiperkasa-Proton. Menurut dia, keterlibatan Hendropriyono karena pertimbangan memiliki pengalaman di industri otomotif. "Pak Hendro dulu pernah berbisnis dengan Tomy Winata, mengimpor KIA Carnival," ucap Edi. "Meski ujung-ujungnya Indonesia hanya menjadi pasar."
Ihwal Adiperkasa yang tak punya jejak di bidang otomotif, Edi tak menyangkal. Dia mengakui membeli perusahaan itu dalam keadaan kosong tanpa catatan aktivitas pada 2013 dari notaris. Edi mengatakan ia bahkan tak kenal siapa pemilik sebelumnya. "Saya tak mau repot bikin baru," katanya. "Belinya murah."
Di Adiperkasa, Edi duduk sebagai komisaris utama. Adapun Chandra Ekajaya sebagai direktur keuangan dan Hendropriyono menduduki posisi direktur utama. Jadi, jangankan pabrik atau jaringan distribusi mobil, untuk kantor Adiperkasa saja Edi mengaku masih menyiapkannya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Ayu Prima Sandi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo