Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tepat 129 tahun silam, 16 Desember 1895, De Poerwokertosche Hulpen Spaarbank der Indlandsche Hoofden, cikal bakal Bank Rakyat Indonesia atau BRI didirikan. Pencetusnya adalah Raden Aria Wirjaatmadja. Koperasi sederhana itu ditaja untuk membantu para priayi yang terjerat lintah darat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wafat pada 1909, R. Aria Wiraatmadja mungkin tak menyana lembaga buatannya telah berkembang pesat menjadi salah satu bank terbesar di Tanah Air. Sebagai pelopor hadirnya bank pribumi di tanah jajahan Belanda, ia jelas berjasa. Kendati demikian, namanya belum terdaftar sebagai pahlawan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan catatan sejarah, Raden Aria Wirjaatmadja lahir di Adireja, Banyumas pada Agustus 1831. Ia merupakan putra dari Raden Ngabehi Dipadiwirja, seorang Kepala Demang Prajurit. Sementara ibunya adalah seorang putri dari Mas Ngabehi Kertajaya, kini Surakarta.
Raden Aria Wiriatmadja mengawali karier sebagai juru tulis Katrolir Belanda di Banjarnegara pada 1852 atau saat berusia 21 tahun. Dua tahun berselang, pada 1854, ia kemudian menjadi Mantri Polisi di Bawang, Distrik Singamerta, Banjarnegara selama 9 tahun atau hingga 1963.
Setelahnya, ia diangkat menjadi Wakil Wedana Batur dengan masa jabatan selama 3 tahun. Kemudian karirnya mulai menanjak menjadi Wedana Definit Batur, Banjarnegara pada 3 Agustus 1866, sebelum akhirnya dimutasikan ke tempat kelahirannya menjadi Wedana Adirerja.
Namun beberapa tahun berselang, R. Aria Wiraatmadja kembali dirotasi dan dipindahkan ke bagian lebih penting di Banyumas. Setelah 5 tahun menjadi wedana, ia diangkat lagi menjadi Patih Banyumas di kepemimpinan Adipati Mertadiredja II. Saat menjadi patih itulah dirinya mendirikan koperasi, menolong para pegawai, pedagang kecil dan petani dari rentenir.
Menurut Wahyudi Yuda Subrata, salah satu cicit atau buyut dari Raden Aria Wiriatmadja, pada saat itu ia merasa sangat miris melihat keadaan para priayi atau pegawai negeri yang terjerat hutang pada lintah darat. Mereka yang hanya mengandalkan gaji yang rendah semakin menderita saat para lintah darat itu menjerat mereka dengan bunga yang sangat tinggi.
R. Aria Wiraatmadja, dengan bantuan E. Sieberg, Asisten Residen Purwokerto kemudian mendirikan Poerwokertosche Hulpen Spaarbank der Indlandsche Hoofden. Lumbung-lumbung desa pun mulai didirikan dan menganjurkan para petani menyimpan padi pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik.
R. Aria Wiraatmadja, wafat pada 1909 dan dimakamkan di Grumbul Kalibogor, Kelurahan Rejasari, Kecamatan Purwokerto Barat. Makam tokoh penggerak koperasi pertama di Indonesia pada masa penjajahan Belanda ini satu kompleks dengan area pemakaman Adipati Mertadirejda II.
Seiring berjalannya waktu, bank yang didirikan R. Aria Wiraatmadja terus berkembang dan banyak mengalami pergantian nama sejak diubah pada 1897 jadi De Poerwokertosche Hulpen Spaar-en Landbouw Credie pada 1897. Yakni pada 1912 jadi Centrale Kas Voor Volkscredietwezen Algemene, pada 1934 jadi Algemene Volkscredietbak (AVB), dan pada masa pendudukan Jepang di 1942, AVB diubah jadi Syomin Ginko.
Setelah Indonesia merdeka, pada 22 Februari 1946, Pemerintah Indonesia mengubah lembaga ini menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI). Sejak itu, BRI menjadi bank pertama yang dimiliki pemerintah. Namun, pada 1960, seiring peleburan dari BRI, Bank Tani dan Nelayan (BTN) dan Nederlandsche Handels Maatschapij (NHM), bank ini sempat dinamai Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN)
BKTN kemudian diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia pada 1965 dan namanya berubah lagi, menjadi Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (BIUKTN) dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Ekspor-Impor. Lalu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1968, pemerintah menetapkan nama baru jadi Bank Umum.
Setelah berkali-kali berganti nama, seiring status hukumnya menjadi persero pada 1992, berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992, sejak saat itu bank ini kembali menggunakan nama Bank BRI dengan ejaan terkini, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). Nama itu digunakan hingga sekarang. Hari ini, Bank BRI genap berusia 129 tahun .
Myesha Fatina Rachman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Perjalanan Bank BRI yang Genap Berusia 129 Tahun