Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sri Mulyani Beberkan Estimasi Biaya Konversi Energi Fosil ke Energi Terbarukan

Sri Mulyani menjelaskan kebutuhan pendanaan untuk mencapai target penurunan emisi karbon di Indonesia. Ia menuturkan kontribusi karbon terbesar dari sektor energi.

15 Desember 2022 | 19.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gestur Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat memberikan keterangan pers tentang realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 per akhir Oktober 2019 di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin, 18 November 2019. Sri Mulyani mengatakan, secara tahunan belanja negara hanya tumbuh sebesar 4,5 persen, jauh lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang tumbuh 11,9 persen. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan kebutuhan pendanaan untuk mencapai target penurunan emisi karbon di Indonesia. Ia menuturkan kontribusi karbon terbesar dari sektor energi. Alhasil, pendanaan yang paling mahal adalah biaya mengkonversi energi fosil ke energi terbarukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini membutuhkan investasi yang sungguh luar biasa besar yaitu Rp 3.500 triliun. Itu estimasinya," tutur Sri Mulyani dalam acara virtual Town Hall Meeting Tempo, Kamis, 15 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Total estimasi biaya tersebut adalah dana yang dibutuhkan untuk mengkonversi sektor energi dan transportasi. Tujuannya agar masyarakat mendapat fasilitas transportasi maupun energi yang baik, tanpa memperburuk emisi Co2 atau bahkan menurunkan emisi tersebut. 

Sedangkan sektor kehutanan membutuhkan dana yang jauh lebih kecil dibandingkan sektor energi, yaitu sebesar Rp 309 triliun. Namun kontribusinya untuk menurunkan emisi karbon cukup besar. Biaya terbesar ketiga adalah untuk sektor limbah, yaitu sebesar Rp 185 triliun. 

Lalu di sektor pertanian memerlukan biaya Rp 7,23 triliun, kemudian Rp 93 miliar untuk sektor industrial process and product uses (IPPU). Sehingga, total pendanaan yang dibutuhkan mencapai Rp 4 ribu triliun untuk mencapai target penurunan emisi karbon. 

"Jadi kalau kita bicara soal strategi, memang dua sektor ini sangat penting yaitu kehutanan dan energi," tutur bendahara negara tersebut. 

Sri Mulyani menuturkan tantangan pendanaan ini sangat jelas lantaran anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) tidak mampu menghasilkan kebutuhan pendanaan Rp 4 ribu triliun. Pasalnya, besaran APBN setiap tahun sekarang hanya mencapai Rp 3 ribu triliun. 

Selanjutnya: Meski demikian, Sri Mulyani menekankan...

Meski demikian, Sri Mulyani menekankan komitmen APBN dalam berupaya mencapai target penurunan emisi karbon tetap penting.

Sepanjang tahun 2016 sampai 2021, pemerintah telah mengalokasikan dana APBN untuk kepentingan perubahan iklim rata-rata senilai Rp 97,76 triliun per tahun. Angka tersebut setara dengan 4 persen dari total APBN. 

Ia berujar anggaran perubahan iklim pada 2021 mengalami rebound pasca-pandemi dengan pertumbuhan sebesar 41 persen. "Ini merupakan sinyal positif terhadap penguatan komitmen pemerintah dalam mendorong pemulihan hijau ke depan," kata Sri Mulyani. 

Kendati alokasi anggaran cukup besar, menurut Sri Mulyani, masih diperlukan modal yang cukup besar di luar APBN apabila membandingkannya dengan total ongkos pendanaan perubahan iklim. Oleh sebab itu, pendanaan pun tak hanya berasal dari domestik namun juga dari internasional.

Sri Mulyani juga menilai Indonesia termasuk negara yang sangat progresif dalam memanfaatkan berbagai skema domestik dan internasional, baik melalui bilateral maupun multilateral. Ia menyatakan pemerintah akan terus berusaha meningkatkan kemampuan pendanaan, mengoptimalisasi pemanfaatan APBN, serta memobilisasi pendanaan di luar APBN

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus