Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

29 April 2024 | 15.58 WIB

Standard Chartered. REUTERS/Bobby Yip
Perbesar
Standard Chartered. REUTERS/Bobby Yip

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen. Hal ini disampaikan oleh ekonom senior dari Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra dalam keterangan resminya pada Senin, 29 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Penurunan perkiraan tersebut, kata Aldian mencerminkan pemasukan dari Pemilu yang lebih kecil dari perkiraan. "Kami masih memperkirakan pertumbuhan di semester pertama yang kuat, namun hasil Pemilu bulan Februari cukup meyakinkan sehingga tidak diperlukan Pemilu putaran kedua," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia mengatakan, kondisi tersebut akan berdampak pada menurunnya dorongan konsumsi. "Meskipun kemenangan telak Presiden terpilih Prabowo menghilangkan ketidakpastian politik, peningkatan investasi yang kuat diperkirakan tidak akan terjadi dalam waktu dekat."

Aldian menambahkan bahwa transisi pemerintahan, termasuk pembentukan kabinet, mungkin belum selesai hingga akhir tahun 2024. Sementara, pemilihan pemerintah tingkat daerah akan diadakan pada November.

Kemudian, inflasi pangan yang tinggi juga dapat mengurangi belanja konsumen, terutama di kalangan rumah tangga berpendapatan rendah. Meskipun demikian,  Standard Chartered Bank Indonesia meyakini perekonomian Indonesia masih berada dalam siklus ekspansi. 

"Sebagaimana tercermin dalam pertumbuhan pinjaman yang kuat, 11,3 persen secara year-on-year (yoy) di bulan Februari dan membaiknya pinjaman luar negeri swasta non-bank. Belanja pemerintah juga meningkat pesat sebesar 30,1 persen yoy pada bulan Februari, didorong oleh belanja Pemilu," kata Aldian.

Sedangkan untuk lingkup global, Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan PDB global tahun ini sebesar 3,1 persen. Angka ini tidak berubah dari perkiraan tahun 2023. Selain itu, Standard Chartered juga memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,2 persen pada tahun 2025, yang merupakan peningkatan dari perkiraan sebelumnya yakni 3,1 persen.

Berdasarkan laporan Global Focus Economic Outlook Q2-2024 yang dikeluarkan Standard Chartered belum lama ini, Asia akan tetap jadi mesin penggerak utama pertumbuhan perekonomian global. Sementara itu, Afrika dan Kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan dan Pakistan diperkirakan akan tumbuh lebih cepat pada 2024, bila dibandingkan tahun 2023. 

Namun demikian, kata Aldian, Pemilu di sejumlah negara tahun ini mungkin akan mempengaruhi aktivitas investasi sementara waktu. Kemudian, keputusan mengenai waktu dan kecepatan penurunan suku bunga akan tetap jadi tantangan karena kekhawatiran terhadap inflasi.

"Bank-bank sentral besar kemungkinan akan memulai siklus penurunan suku bunganya dalam beberapa bulan mendatang, sehingga memberi ruang pelonggaran kebijakan oleh bank sentral di Asia pada kuartal ketiga."

Meskipun inflasi telah melambat selama setahun terakhir, tekanan harga dalam negeri masih menjadi kekhawatiran. Mengingat kuatnya pasar tenaga kerja serta ketidakselarasan akselerasi penyesuaian upah atau gaji pekerja dengan perubahan kondisi ekonomi di banyak negara.

Sementara itu, Cina terus mengalami disinflasi ekspor. Akan tetapi, harga barang secara global masih tetap rentan terhadap gangguan rantai pasokan secara berkala. Meningkatnya proteksi perdagangan dapat menambah biaya. 

Standard Chartered menilai, dampak disinflasi akibat turunnya harga pangan dan energi mungkin akan berkurang sebelum perkiraan inflasi yang lebih rendah dapat dipertahankan. Secara khusus, meningkatnya permintaan minyak global dan rendahnya pasokan non-OPEC dapat mendorong harga yang lebih tinggi bahkan jika pengurangan produksi OPEC tidak berlanjut hingga semester kedua.

Meskipun target inflasi belum tercapai di beberapa negara, namun bank-bank sentral juga khawatir jika mempertahankan suku bunga terlalu tinggi dalam jangka waktu lama akan berisiko merusak aktivitas perekonomian. Kenaikan suku bunga riil dinilai telah melemahkan ketersediaan kredit dan meningkatkan tingkat tunggakan utang, serta dampak pengetatan moneter sebelumnya kemungkinan masih akan terus berlanjut.

Head of Research, Europe and Americas, Standard Chartered Bank Sarah Hewin mengatakan, Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan beberapa negara besar pada 2024 berada di bawah tren. Aktivitas global dinilai akan mendapatkan kembali momentumnya secara bertahap seiring dengan berkurangnya pembatasan kebijakan moneter. 

"Sementara kebijakan penurunan suku bunga akan mendukung pertumbuhan global yang lebih kuat pada tahun 2025."



close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus