Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa perusahaan kopi asal Amerika Serikat, Starbucks, telah menyatakan komitmennta untuk menggarap potensi investasi hijau di Papua.
Bahlil mengatakan, dirinya ikut menyaksikan langsung penandatanganan nota kesepahaman investasi Starbucks dalam gelaran Forum High Level Meeting on Green Investment For Papua and West Papua akhir Februari lalu.
"(Bentuk investasinya) ada kebun kopi, kemudian kedai-kedai, ekspor juga. Ada beberapa tahapan-tahapannya sudah dilakukan, tapi nilai investasinya lagi dihitung," katanya di Jakarta, Jumat 6 Maret 2020.
Bahlil menjelaskan setelah menandatangi nota kesepahaman, langkah selanjutnya, Starbucks akan menurunkan tim studi kelayakan (feasibility study/FS). Hasil studi kelayakan itu aka digunakan untuk menghitung kebutuhan investasi. "Setelah FS selesai, baru kontrak, baru mulai kucurkan dana bulan depan," imbuhnya.
Bahlil menjelaskan, Papua merupakan salah satu daerah penghasil kopi dengan kualitas terbaik di dunia. Salah satu variannya , yakni kopi asal Wamena menjadi salah satu kopi arabika terbaik. Sayangnya, kopi di kawasan timur Indonesia memang belum ditanam secara massal dan masih terpisah-pisah di sejumlah titik.
Dengan masuknya Starbucks ke Papua diharapkan ke depannya investasi hijau di Papua dapat terus meningkat. "Kita kembali pada keunggulan keunggulan kearifan lokal. Maka pala, kakao, ini yang kita lagi kembangkan. Sawit kita stop-lah, sudah moratorium enggak boleh lagi sawit-sawit," kata Bahlil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini