Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menuturkan saat ini pasokan bawang merah dan cabai rawit merah sedang defisit. Karena kondisi curah hujan dan tanah yang membuat masa kedaluwarsa dua bahan pangan tersebut menjadi pendek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menanganinya, ia berujar Badan Pangan Nasional akan mendorong percepatan mobilitas dua komoditas tersebut. "Hari ini memang yang stoknya defisit adalah bawang merah dan cabai rawit merah. Kedua barang ini juga setiap hari kami lakukan mobilisasi, kami kerjakan semua," ujar Arief di kantor Badan Pangan, Jakarta Selatan pada Kamis, 30 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, karena masa kedaluwarsa atau shelf life cabai pendek maka Badan Pangan Nasional akan melakukan distribusinya melalui jalur udara. Ia mengaku telah bekerja aama dengan beberapa maskapai, sehingga dalam satu kali penerbangan bisa mengangkut dua sampai tiga ton.
"Kami kirimkan lewat udara, kami kerja sama juga dengan airlines, sehingga satu airlines itu bisa mengangkut sekitar 2-3 ton karena keterbatasan," kata Arief.
Lebih lanjut, pihaknya bersama dengan Kementerian Pertanian memprediksi bahwa pada bulan Juli pasokan cabai rawit merah maupun bawang akan kembali normal. Ia mengatakan, di Pasar Kramat Jati kebutuhan cabai rawit merah dan bawang bisa mencapai 30 hingga 32 ton. Namun dengan strategi tadi, Badan Pangan Nasional dapat mengirimkan pasokan sebanyak tiga sampai lima ton setiap hari.
"Percayalah bahwa hitungan kami dengan teman-teman Kementan bulan Juli itu akan kembali normal," tuturnya.
Arief mengaku telah bertemu dan berdiskusi dengan asosiasi petani cabai. Dari hasil diskusi tersebut, ia menyarankan pada petani di Jakarta agar melakukan cara alternatif agar tidak bergantung pada kondisi cuaca dan tanah.
"Kemarin ketemu juga dengan asosiasi cabai. Sebenarnya walaupun ini ranahnya di teman-teman Kementan, untuk produksi bisa juga dilakukan dengan green house, mengatur pola tanam, memperluas lahan sehingga tidak bergantung dari hujan, cuaca dan tanah. Ini bisa menjadi alternatif," kata dia.
Adapun selama ini pasokan bawang merah di Jakarta, kata dia, berasal dari Brebes, dan Nganjuk. Kemarin, Badan Pangan Nasional juga mencoba mengambil pasokan dari Bima. "Memang kita coba terus menyiapkan," ucapnya.
Sementara itu, selain mengatur pola tanam, menurutnya cara terbaik adalah menyiapkan cadangan pasokan. Untuk mempersiapkan cadangan bawang merah dan cabai rawit merah, diperlukan teknologi untuk memperpanjang masa kedaluwarsanya.
Selama belum mampu mengatur pola tanam, kata dia, diperlukan teknologi yang bisa memperpanjang shelf life hingga lima sampai tiga bulan. Ia mengaku Badan Pangan Nasional sedang mencari instrumen teknologi yang tepat untuk itu.
"Kita harus punya cadangan, sehingga perlu teknologi untuk melakukan penyimpanan. Sampai hari ini kami sedang mencari teknologinya," tutur Arief.
Ia menyebutkan pencarian teknologi itu menjadi tantangan bagi Badan Pangan Nasional. Sejauh ini teknologi yang sudah dicoba adalah CAS. Teknologi itu juga dimiliki Badan Urusan Logistik (Bulog) di Brebes.
"Ke depan kami harus cari lagi untuk teknologi penyimpanan bawang merah dan cabai rawit merah," kata Arief.