Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Suara Dari Taiwan: Indonesia Akan...

Direktur CETDC, Wu Kuan-Hsiung berpendapat, normalisasi hubungan Indonesia-Cina berdampak negatif. Taiwan tentu akan mencari pasaran baru untuk kebutuhan impornya, akibatnya Indonesia yang dirugikan. (eb)

3 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CETDC (China External Trade Development Council atau Dewan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Cina) bertugas mempromosikan ekspor Taiwan. Didirikan 1 Juli 1970, CETDC merupakan organisasi besar yang kompleks, juga sangat memperhatikan perdagangan Indonesia-Taiwan. Wartawan TEMPO A. Dahana, ketika berkunjung ke Taipei hampir bersamaan waktunya dengan kepergian delegasi Indonesia pertama kali ke Canton Fair bulan Nopember 1977, telah menginterpiu Wu Kuan-hsiung, Direktur CETDC. Kecemasannya terbayang dari petikan berikut ini: Demi keuntungan Indonesia sendiri lebih baik Indonesia tak punya niat buat berhubungan dalam hal apa pun dengan rezim Peking. Di masa lalu, ketika masih mempunyai hubungan diplomatik dengan Peking, negeri anda menderita cukup berat. Dengan subversinya mereka nyaris meruntuhkan pemerintah anda. Ini suatu pelajaran yang pahit, tapi baik. Sekarang sama saja. Kalau pemerintah anda berniat untuk memulihkan kembali hubungan dengan Peking, hal yang terjadi belasan tahun lalu akan berulang. Kalau Indonesia membuka kembali hubungan dengan Peking, mungkin ada pengaruhnya terhadap hubungan bisnis Jakarta-Taipei. Kadang-kadang pemerintah kami bisa saja campur tangan dalam urusan swasta. Kami orang swasta setiap saat bisa diminta menghentikan atau mengurangi kegiatan dagang kami dengan Jakarta. Ini mungkin terjadi bila pemerintah kami berpendapat Jakarta bersikap tak bersahabat pada kami. Kami tak punya pilihan lain daripada mengikuti anjuran itu, karena kami tinggal di sini. Tapi kami di Taiwan tak ingin melihat sahabat kami di Indonesia menderita karena infiltrasi kaum komunis Cina. Kami lebih tahu tentang mereka. Sekali anda mengizinkan mereka menjejakkan kaki di bumi kalian, itu berarti awal dari suatu penderitaan panjang yang anda akan hadapi. Dewasa ini ekonomi Indonesia stabil, bahkan tumbuh dengan cepat. Kalau kaum komunis mengacau -- katakanlah dengan pengacauan ekonomi, misalnya -- maka yang akan menderita adalah rakyat anda sendiri. Andaikata Kami kini mengimpor banyak (kayu, minyak bumi, gas alam, hasil ladang dan rempah) dari Indonesia. Andaikata tak bisa berdagang dengan Indonesia karena adanya apa yang disebut "normalisasi" itu, Indonesialah yang akan dirugikan. Kami bisa membeli bahan-bahan itu dari negara lain, hingga tak akan berpengaruh banyak terhadap laju perkembangan ekonomi kami. Tentu saja kami harus bekerja keras buat mencari pasaran baru untuk hasil produksi kami. Perlu dicatat ini masih pengandaian. (Catatan terakhir: Jumlah volume perdagangan Indonesia-Taiwan mencapai US$549,3 juta pada tahun 1977, naik dengan 31% dari 1976. Di sini Indonesia mengalami surplus US$85,6 juta. Kecenderungan volume perdagangan kedua negeri ini meningkat, diharapkan mencapai satu milyar dollar AS beberapa tahun lagi).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus